Singapura (ANTARA) - Harga minyak jatuh di awal perdagangan Asia pada Kamis pagi, mencatat penurunan untuk sesi ketiga berturut-turut setelah data menunjukkan peningkatan besar yang tidak terduga dalam stok minyak mentah AS minggu lalu, memicu kekhawatiran kelebihan pasokan di tengah tanda-tanda permintaan China yang melemah.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus turun 40 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 72,20 dolar AS per barel pada pukul 00.23 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 39 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 67,70 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan minyak telah merosot lebih dari satu dolar AS pada Rabu (31/5/2023) setelah penurunan tajam sehari sebelumnya.
Persediaan minyak mentah AS naik sekitar 5,2 juta barel pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Rabu (31/5/2023). Itu dibandingkan dengan perkiraan dalam jajak pendapat Reuters untuk penarikan 1,4 juta barel.
Dalam tanda bearish lebih lanjut, persediaan bensin juga membukukan peningkatan mengejutkan sekitar 1,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 26 Mei, menurut data, dibandingkan dengan perkiraan penarikan sekitar 500.000 barel.
Pelaku pasar sekarang menunggu data pemerintah tentang stok minyak mentah AS yang akan dirilis Kamis nanti. Data tertunda satu hari karena hari libur AS awal pekan ini.
Sementara itu, data China menunjukkan aktivitas manufaktur berkontraksi lebih cepat dari yang diharapkan pada Mei, mengkhawatirkan pasar tentang permintaan di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu.
Investor juga mengamati pertemuan OPEC+ pada 4 Juni mendatang, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, setelah sinyal beragam sejauh ini mengenai kemungkinan pemotongan lebih lanjut.
Analis di HSBC dan Goldman Sachs mengatakan mereka tidak memperkirakan OPEC+ untuk mengumumkan pemotongan lebih lanjut pada pertemuan ini.
Data pasar tenaga kerja yang kuat secara tak terduga pada Rabu (31/5/2023) juga mengguncang investor yang khawatir Federal Reserve akan menaikkan suku bunga lagi pada Juni, berpotensi memangkas permintaan bahan bakar di AS, konsumen minyak terbesar di dunia.
Sebuah RUU untuk menangguhkan pagu utang pemerintah AS sebesar 31,4 triliun dolar AS dan mencegah gagal bayar menyelesaikan rintangan prosedural utama di Dewan Perwakilan Rakyat pada Rabu (31/5/2023), menyiapkan panggung untuk pemungutan suara pada kesepakatan utang bipartisan itu sendiri.
Baca juga: Harga minyak perpanjang kerugian di tengah kekhawatiran permintaan
Baca juga: Minyak naik di awal Asia setelah anjlok jelang voting plafon utang AS
Baca juga: Minyak jatuh terseret ketidakpastian atas OPEC+, kesepakatan utang AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto