Banjarmasin (ANTARA) - Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhanas RI) menggelar Sosialisasi Wawasan Kebangsaan, Empat Konsensus Dasar dalam memantapkan nilai kebangsaan dan wawasan terkait biopolitik, di salah satu hotel di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (11/5).
Gubernur Lemhanas RI, Andi Widjajanto, mengatakan, kegiatan tersebut menjadi salah satu tugas di Lemhanas, terlebih wawasan biopolitik tentang pertarungan kekuatan di sekeliling kita, yang nanti dapat memberikan konsekuensi pada perebutan sumberdaya dan perebutan aktivitas yang kemudian akan mempengaruhi banyak aspek ekonomi sosial di Indonesia.
"Sosialisasi kebangsaan di Kalsel ini juga akan dikaitkan dengan dinamika-dinamika terkini, seperti krisis di Rusia-Ukraina, ketegangan antara Amerika dengan China dan bagaimana kita bisa bersama-sama mewujudkan 4 kosensus dasar itu sebagai perisai kita untuk mengatasi biopolitik," katanya.
Ia menuturkan, Pulau Kalimantan akan semakin strategis ke depan, karena ke depan kita akan masuk ke era ekonomi hijau (green economic) dan bagaimana mewujudkan pertumbuhan hijau dengan paradigma karbon zero.
"Kalimantan dan Papua dua pulau yang diharapkan akan memiliki kontribusi yang paling utama dalam pertumbuhan hijau itu," ucapnya.
Ia menambahkan, selain akan ada perpindahan ibukota di Kalimantan Timur, tentu Kalimantan Selatan juga menjadi strategis.
"Kalimantan Selatan ini akan menjadi gerbang masuk bagi dinamika politik, ekonomi, sosial," katanya
Sementara itu, Gubernur Kalimantan Selatan, H Sahbirin Noor dalam sambutan yang dibacakan Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Roy Rizali Anwar mengatakan, pertemuan ini merupakan bagian dari langkah kita bersama untuk menjadikan wawasan kebangsaan sebagai modal penting dan strategis dalam pembangunan karakter dan jati diri bangsa.
"Di era globalisasi ini, kita merasakan kemajuan teknologi telah mengubah pola kehidupan masyarakat. situasi pandemi dua tahun terakhir, telah mendorong perubahan ini semakin cepat, khususnya di sektor teknologi informasi dan komunikasi,"katanya.
Ia menuturkan, di satu sisi, perubahan tersebut mendatangkan berbagai dampak positif, membuka berbagai kesempatan bagi masyarakat dan dunia usaha, khususnya bagi mereka yang terdampak pandemi. sedangkan arus informasi dan komunikasi yang semakin cepat ini, juga menimbulkan tantangan tersendiri, khususnya dalam membangun kekohesifan kita sebagai suatu bangsa.
"Untuk itu, diperlukan kesatuan cara pandang kita sebagai bangsa Indonesia, untuk mengatasi berbagai tantangan yang disebabkan perubahan kultur dan budaya," ucapnya.
Ia mengakui, masyarakat yang semakin materialistis dan pragmatis akibat globalisasi ini, karena gejala-gejala tersebut sudah mulai terlihat ditambah kemudahan mengakses informasi melalui teknologi, ternyata tidak serta merta diikuti oleh semakin kuatnya rasa persatuan dan rasa senasib sepenanggungan kita sebagai sesama rakyat Indonesia. Begitu banyaknya kabar-kabar hoaks, berita bohong, narasi-narasi kekerasan yang beredar di lini masa sosial media, yang berujung pada perdebatan dan perpecahan.
"Kita harus bergerak bersama, mencegah dan mengurangi berbagai dampak negatif dari pengaruh kultur dan budaya negatif yang masuk ke semua lini kehidupan, bersamaan dengan kemajuan teknologi ini. kita harus berupaya keras untuk mencegah terjadinya degradasi moral serta perubahan pola perilaku dan komunikasi yang terjadi khususnya bagi anak-anak kita, generasi muda penerus bangsa. setidaknya gejala ini kita lihat dalam pola komunikasi yang bertebaran melalui internet dan sosial media,"katanya.
Sebagai negara dan daerah yang dikenal karena keramahan, gotong royong, serta saling membantu sesama tanpa pamrih. kekayaan ini tidak boleh kita biarkan tergerus oleh zaman. persatuan dan kesatuan NKRI tidak boleh dipecah-belah, diprovokasi, serta dihancurkan oleh paham-paham radikal, dan ideologi yang tidak sesuai dengan pancasila.
"Melihat berbagai masalah tersebut, saya kira sangat relevan apabila dialog dan sosialisasi wawasan kebangsaan ini terus disebarluaskan. melalui wawasan kebangsaan ini kita dapat mengajarkan kepada generasi muda tentang wawasan kebangsaan, nilai-nilai perjuangan, yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. mudah-mudahan, melalui kegiatan ini, kita dapat memperkuat empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika," katanya.