Hong Kong (ANTARA) - Reli saham global berlanjut di awal perdagangan Asia pada Kamis pagi, sementara mata uang safe haven dolar melemah karena pasar mendapat dukungan dari tanda-tanda positif tentang dampak varian virus corona Omicron dan data ekonomi AS.
Indeks Nikkei Jepang menguat 0,3 persen dan indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang terangkat 0,6 persen, merupakan kenaikan sesi ketiga berturut-turut setelah tersandung pada Senin (20/12/2021) ketika kekhawatiran tentang jenis baru virus corona mencengkeram pasar dan mendorong investor ke aset-aset safe haven.
"Jalur pandemi yang tidak dapat diprediksi dan dampak terkaitnya terhadap pertumbuhan dan inflasi terus mendominasi selera risiko investor," kata ahli strategi pasar global Asia Pasifik di Invesco, David Chao.
"Data kesehatan baru-baru ini dari Inggris dan tempat-tempat lain di seluruh dunia menunjukkan bahwa kasus terburuk tidak mungkin terjadi: meskipun tingkat penularan dilaporkan lebih tinggi, varian ini tampaknya kurang ganas dan kurang rentan menyebabkan penyakit serius atau kematian."
Risiko perlunya tinggal di rumah sakit untuk pasien dengan varian Omicron dari COVID-19 adalah 40 persen hingga 45 persen, lebih rendah daripada pasien dengan varian Delta, menurut penelitian oleh London's Imperial College yang diterbitkan pada Rabu (22/12/2021).
Semalam, indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,74 persen, S&P 500 naik 1,02 persen, dan Komposit Nasdaq menguat 1,18 persen, setelah data menunjukkan kepercayaan konsumen AS meningkat lebih lanjut pada Desember, dan Gedung Putih mengatakan akan melanjutkan pembicaraan tentang pengeluaran sosial besar-besaran dan RUU perubahan iklim dengan senator Joe Manchin.
Namun, sementara pasar di kedua sisi Pasifik telah naik minggu ini, kenaikan indeks acuan MSCI di Asia dimulai dari level terendah tahun ini pada Senin (20/12/2021), sementara indeks-indeks acuan AS mencatat rekor tertinggi bulan lalu.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat di Amerika Serikat dan kegelisahan yang dipicu oleh perubahan peraturan di China awal tahun ini yang mengguncang saham-saham industri mulai dari teknologi hingga properti telah mendorong investasi menjauh dari Asia.
Indeks Hang Seng (HSI) Hong Kongtelah terpukul keras, anjlok 15 persen sejauh tahun 2021, yang akan menjadi tahun terburuk sejak 2011.
Pada Kamis, indeks acuan HSI terkerek 0,45 persen, meskipun saham penyusun indeks JD.com anjlok 9,0 persen, setelah pemegang saham terbesar perusahaan e-commerce Tencent mengatakan akan memberikan sebagian besar dari 16,4 miliar dolar AS sahamnya kepada pemegang sahamnya sendiri sebagai dividen.
Di pasar mata uang, sejalan dengan suasana pengambilan risiko (risk on) indeks dolar berada di 96,042, tidak jauh dari terendah semalam di 96,020, disentuh untuk pertama kalinya sejak 17 Desember.
Kerugian dolar baru-baru ini cukup luas; euro telah naik selama empat sesi terakhir, dan dolar Australia - sering dilihat sebagai proksi untuk selera risiko - naik 1,1 persen pada minggu ini.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun terakhir di 1,4145 persen, nyaman di tengah kisaran baru-baru ini.
Harga minyak juga naik, sekali lagi sejalan dengan optimisme tentang keadaan ekonomi global, juga dibantu oleh penarikan persediaan AS yang lebih besar dari perkiraan pada Rabu (22/12/2021).
Minyak mentah berjangka Brent naik 0,3 persen menjadi diperdagangkan di 75,53 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,38 persen menjadi diperdagangkan di 73,04 dolar AS per barel.
Emas di pasar spot stabil di 1.804 dolar AS per ounce, di atas level psikologis 1.800 dolar AS dibantu oleh dolar yang lebih lemah.
Saham Asia naik, dolar melemah
Kamis, 23 Desember 2021 10:41 WIB