Banjarmasin (ANTARA) - Sebanyak 76 Memorandum of Understanding (MoU) atau perjanjian kerjasama ditandatangani oleh lembaga pendidikan vokasi dengan mitra kerja dunia industri dan dunia usaha di Provinsi Kalsel pada acara Gebyar Menara Vokasi 2021, Selasa.
"Ini bukan penandatanganan MoU seremonial saja, tapi tindaklanjutnya jelas kedepannya," ujar Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin Joniriadi saat jumpa pers usai acara Gebyar Menara Vokasi 2021 yang dilaksanakan di Atrium Duta Mal Banjarmasin tersebut.
Joniriadi menyampaikan, MoU dengan mitra kerjasama tidak hanya dilakukan Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban), namun juga mitra kerjasama Politeknik Tanah Laut, mitra jerja SMK dan mitra kerjasama Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) di provinsi ini.
Untuk mitra kerjasama Poliban ada sebanyak 20 MoU dengan industri dan lembaga usaha lainnya, sementara itu untuk Politeknik Tanah Laut sebanuak 15 MoU, SMK sebanyak 29 MoU dan LKP sebanyak 12 MoU, hingga totalnya 76 Mou.
Dijelaskan Joniriadi, puluhan MoU ini ditindaklanjuti sebagaimana arahan Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud-Ristek, seperti digambarkan sebuah "Pernikahan" dunia industri, dunia kerja dan satuan pendidikan vokasi.
"Itu ada sembilan paket dalam kerjasama ini, diantaranya bersama-sama merumuskan kurikulum, magang mahasiswa atau siswa dan menjadi pengajar dari pihak industri dan praktisi di lembaga pendidikan vokasi," ujarnya.
Kebersamaan ini, tutur Joniriadi, agar anak-anak yang menempuh pendidikan vokasi, baik di SMK, politeknik dan LKP bisa benar-benar menjadi SDM yang berkualitas, kompetitif dan siap di dunia kerja.
Sementara itu, Direktur SMK, Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud-Ristek Wardani Sugiyanto menyatakan sangat apresiasi terhadap lembaga pendidikan vokasi di Kalsel yang menjalin kerjasama dengan mitra kerja dengan baik dan harmonis.
Menurut dia, kerjasama baik dan harmonis antara pendidikan vokasi dengan dunia industri dan dunia kerja serta pemerintah daerah ini sangat baik bagi kemajuan untuk terus mencetak SDM yang handal dan bisa bersaing di dunia kerja di negeri ini.
"Untuk di pendidikan SMK itu, para praktisi atau pihak industri ikut mengajar minimal 50 jam per semesternya," tutur Wardani.
Dengan dilibatkannya ini, kata dia, akan terjadi keselarasan antara permintaan dunia industri dan dunia kerja dengan pendidikan vokasi sebagai pencetak SDM yang siap kerja.
"Hingga penyerapan alumni pendidikan vokasi akan lebih maksimal," tuturnya.