Jakarta (ANTARA) - Raksasa e-commerce Amazon pada Kamis (28/10) waktu setempat melaporkan laba pada kuartal terakhir turun menjadi 3,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp45 triliun karena masalah pasokan dan biaya tenaga kerja yang meningkat.
Perusahaan itu mengatakan penjualan naik menjadi 110,8 miliar dolar AS, namun labanya turun sekitar setengah dari pendapatan bersih dari kuartal yang sama tahun lalu.
Kemacetan rantai pasokan global dan kekurangan chip mulai membebani perusahaan-perusahaan besar bahkan pada saat kasus COVID-19 di Amerika Serikat melonjak yang biasanya telah mendorong permintaan dari pengecer barang elektronik seperti Amazon.
“Kami selalu mengatakan bahwa ketika dihadapkan dengan pilihan antara mengoptimalkan keuntungan jangka pendek versus apa yang terbaik untuk pelanggan dalam jangka panjang, kami akan memilih yang terakhir,” kata kepala eksekutif Amazon, Andy Jassy, dikutip dari AFP pada Jumat.
Microsoft, Google Alphabet, dan Facebook telah membukukan laba besar pada pekan ini, meskipun Twitter melaporkan kerugian besar karena masalah gugatan pemegang saham.
Awal pekan ini, induk perusahaan Google Alphabet mengumumkan pendapatan kuartalan sebesar 65,1 miliar dolar AS, melampaui periode yang sama tahun lalu sekitar 41 persen didorong oleh layanan iklan dan cloud perusahaan dengan laba yang dihasilkan sekitar 18,9 miliar dolar AS.
Microsoft juga mengumumkan lonjakan pendapatan kuartalan yang dipicu oleh permintaan komputasi awan dengan perolehan laba 20,5 miliar dolar AS dan pendapatan melonjak 22 persen.
Sementara Facebook mengumumkan bahwa laba pada kuartal ketiga tumbuh menjadi 9,2 miliar dolar AS atau meningkat 17 persen serta jumlah pengguna meningkat menjadi 2,91 miliar.
Namun Twitter pada Selasa (26/10) membukukan kerugian pada kuartal terakhir, didorong oleh masalah penyelesaian gugatan investor senilai lebih dari 800 juta dolar AS.
Laba Amazon turun karena masalah pasokan dan tenaga kerja
Jumat, 29 Oktober 2021 9:21 WIB