Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menegaskan pentingnya Palestina dan Israel kembali ke meja perundingan untuk mewujudkan perdamaian yang langgeng, menyusul pengumuman gencatan senjata di Gaza.
Menlu menyampaikan pernyataan itu dalam pertemuan tertutup dengan sejumlah menteri luar negeri dan Presiden Sidang Majelis Umum ke-75 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Volkan Bozkir di New York, yang dilakukan setelah sesi debat yang digelar badan dunia itu khusus untuk membahas situasi Palestina pada Kamis (20/5).
“Jadi setelah gencatan senjata dilakukan, harus diberikan tekanan agar negosiasi segera dilakukan untuk menyelesaikan isu mendasarnya,” kata Menlu Retno dalam pengarahan media secara virtual pada Jumat pagi waktu Jakarta, atau Kamis malam waktu New York.
Pandangan yang sama, menurut Retno, juga disuarakan oleh para menlu yang hadir dalam pertemuan tersebut yaitu agar tekanan internasional diberikan kepada Palestina dan Israel serta pihak-pihak terkait lainnya, untuk menangani isu utama yakni diakhirinya pendudukan---agar kekerasan tidak terus-menerus berulang.
“Dalam kesempatan tersebut, saya sampaikan pentingnya semua negara yang hadir menggunakan pengaruhnya agar isu mendasarnya yaitu penjajahan, dapat diselesaikan,” kata Retno, menegaskan.
Gencatan senjata antara Hamas, kelompok Palestina yang mengontrol wilayah Gaza, dan Israel dimulai pada Jumat pada pukul 02.00 waktu setempat.
Masing-masing pihak menyatakan siap membalas pelanggaran gencatan senjata apa pun oleh pihak lawan. Sementara Mesir sebagai mediator, akan mengutus dua delegasi guna memantau gencatan senjata.
Pengumuman gencatan senjata itu muncul pada hari yang sama saat Majelis Umum PBB menyelenggarakan sesi debat untuk membahas situasi di Palestina dan Timur Tengah.
Terdapat setidaknya 103 negara dan organisasi internasional yang sudah dan akan menyampaikan pandangan mengenai isu tersebut, dalam pertemuan yang akan dilanjutkan minggu depan.
Mewakili Indonesia dalam sesi debat itu, Menlu Retno menyampaikan tiga seruan di hadapan Majelis Umum PBB yaitu penghentian kekerasan dan dilakukan gencatan senjata, memastikan akses kemanusiaan dan perlindungan rakyat sipil, serta mendorong dimulainya kembali proses negosiasi multilateral yang kredibel.
Sejak pertempuran berlangsung pada 10 Mei, pejabat kesehatan di Gaza menyebutkan bahwa 232 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak, tewas dan lebih dari 1.900 orang terluka akibat bombardir udara. Israel mengaku telah menewaskan sedikitnya 160 petempur di Gaza.
Otoritas menyebutkan jumlah korban tewas di Israel sebanyak 12 orang, dengan ratusan orang dirawat karena cedera akibat serangan roket yang menyebabkan kepanikan dan membuat warga mengungsi.
Menlu RI tegaskan pentingnya Palestina dan Israel kembali berunding untuk perdamaian
Jumat, 21 Mei 2021 9:18 WIB