Kotabaru (ANTARA) - Produksi padi di Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, dikhawatirkan akan turun setelah daerah yang menjadi lumbung padi di Pulau Laut tersebut dilanda dua kali banjir.
"Banjir pertama terjadi Januari-Februari 2021, dan ke dua pada Selasa (18/5), yang menyebabkan seratusan hektare tanaman padi terendam banjir," kata Camat Pulau Laut Timur, Tri Basuki Rahmad, dilaporkan, Kamis.
Dikatakan, banjir pertama merendam puluhan hektare tanaman padi yang sebagian sudah siap panen, sementara banjir kedua terjadi saat tanaman padi baru berumur sekitar satu bulan.
Selain kualitas padi atau berasnya turun setelah terendam banjir, produksi gabah kering giling juga dikhawatirkan akan berkurang, karena ada sebagian tanaman padi yang fuso atau gagal panen.
Baca juga: Galian tambang memicu banjir
"Kita berharap, apabila air sudah surut petani bisa segera kembali menanam padi, mumpung masih dalam musim tanam, untuk menjaga produktifitas padi agar tidak terlalu turun," harap Tri basuki.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Kabupaten Kotabaru, H Hairudin, menjelaskan, dalam kondisi normal produksi padi di Pulau Laut Timur rata-rata sekitar 3 ton - 4 ton per hektare.
"Kita masih melakukan infentarisasi terhadap sawah dan tanaman padi yang fuso akibat terendam banjir, dan seberapa luas tanaman padi yang baru ditanam itu rusak," kata dia.
Secara keseluruhan, lanjut Hairudin, luas tanaman padi di Pulau Laut TImur sekitar 1.100 hektare.
Dalam kondisi normal produksi padi di Pulau Laut Timur dengan luasan tanam sekitar 1.100 hektare diproyeksikan menghasilkan sekitar 3.300 ton-4.400 ton gabah.
Baca juga: Tanah Bumbu data lahan pertanian yang terdampak banjir di Satui