London/Brussel (ANTARA) - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pada Kamis (10/12) bahwa ada "kemungkinan kuat" Inggris dan Uni Eropa (EU) akan gagal untuk mencapai kesepakatan perdagangan baru, namun berjanji untuk mengambil langkah apapun yang dapat dilakukan untuk menghindari perpisahan yang kacau tiga pekan lagi.
Meski telah menghabiskan waktu berbulan-bulan dalam pembicaraan terkait perdagangan untuk diberlakukan mulai 1 Januari, ketika Inggris akhirnya keluar dari orbit blok tersebut, Uni Eropa dan Inggris berselisih mengenai hak penangkapan ikan, pengaturan ekonomi yang adil dan penyelesaian sengketa.
Kedua belah pihak telah menetapkan batas waktu hari Minggu untuk mencapai kesepakatan dan mencegah perpisahan yang kacau.
Usai bertemu dengan para menteri seniornya, Johnson mengatakan pakta yang ada saat ini tidak dapat disetujui oleh Inggris.
"Kita harus benar benar menjelaskan sekarang bahwa ada kemungkinan kuat, kemungkinan kuat bahwa kita akan memiliki solusi yang lebih mirip dengan hubungan Australia dengan Uni Eropa, dibandingkan dengan hubungan Kanada dengan Uni Eropa," kata Johnson.
Di bawah skenario tersebut, Uni Eropa akan memberlakukan hambatan perdagangan terhadap Inggris hanya dalam tiga pekan. EU sendiri merupakan mitra perdagangan utama Inggris.
Nilai sterling terhadap dolar AS turun menjadi 1,3262 dolar terkait pernyataan itu, dari sebelumnya sebesar 1,33 dolar AS. Angka tersebut hampir 0,9 persen lebih rendah pada hari itu dengan 1,3274 dolar.
Johnson berbicara saat 27 pemimpin nasional UE bertemu di Brussel dan pemimpin eksekutif blok itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, mengatakan bahwa menjembatani perbedaan yang terus menerus dalam pembicaraan perdagangan dengan Inggris "sulit".
"Kami bersedia memberikan akses terhadap pasar tunggal kami... namun kondisinya harus adil," katanya. "Keseimbangan keadilan yang tepat belum tercapai sejauh ini."
"KEADILAN" VS "KEDAULATAN"
Perdana Menteri Inggris, yang mengkampanyekan Brexit di atas rencana mengembalikan kedaulatan Inggris, mengatakan bahwa permasalahannya adalah Uni Eropa yang bersikeras untuk mengikat Inggris kepada standar-standar lingkungan, sosial, dan tenaga kerja masa depan blok itu, serta aturan bantuan negara.
UE menginginkan apa yang disebut sebagai "klausa ratchet" untuk memastikan bahwa Inggris menyanggupi berbagai perbaikan dalam standar UE di masa depan, guna menjaga akses ke pasarnya.
"Tidak ada kesepakatan bukan hal yang baik, tetapi kesepakatan yang buruk akan lebih buruk lagi. Memberikan akses ke pasar umum Uni Eropa... harus dari posisi yang sama," kata Perdana Menteri Belgia Alexander de Croo.
Pada Kamis pagi, UE menyusun rencana cadangan untuk perpisahan mendadak dalam hubungan, guna menjaga "beberapa layanan udara" antara Inggris dan UE, koneksi dasar melalui kargo darat dan untuk penumpang darat untuk enam bulan apabila Inggris setuju.
Inggris akan memeriksa proposal-proposal itu, kata seorang juru bicara pemerintah. Namun London dengan cepat menegur tawaran Komisi untuk menjaga akses timbal balik ke perairan penangkapan ikan selama setahun.
Sementara Johnson mengatakan publik dan bisnis perlu mempersiapkan diri untuk prospek tidak adanya kesepakatan, dia tetap menyatakan prospek kesepakatan masih dapat ditemukan.
"Saya akan pergi ke Brussel, saya akan pergi ke Paris atau pergi ke Berlin atau ke mana pun, untuk mencoba menyelesaikan ini dan mencapai kesepakatan," katanya.
Inggris meninggalkan Uni Eropa pada Januari dan sejak itu berada dalam masa transisi, dengan aturan perdagangan, perjalanan, dan bisnis tidak berubah. Masa transisi itu berakhir pada 31 Desember.
Jika hingga saat itu tidak ada kesepakatan untuk melindungi sekitar 1 triliun dolar perdagangan tahunan dari tarif dan kuota, bisnis di kedua belah pihak akan menderita.
Sebagai potensi tanda gangguan di depan, truk yang menuju pelabuhan Dover Inggris mengular bermil-mil pada hari Kamis, akibat penimbunan Brexit dan lalu lintas sebelum Natal.
Sumber: Reuters