Banjarmasin (ANTARA) - Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) atau Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2020 ini ada kejutan.
Kejutannya adalah sang petahanan H Sahbirin Noor, Gubernur Kalsel periode 2016-2021 ini disandingkan dengan H Muhidin, mantan Wali Kota Banjarmasin periode 2010-2015 yang adalah mantan lawan pada Pilkada 2016 silam.
Pada Pilkada 2016 silam, H Muhidin menggandeng Anggota DPD RI H Gusti Farid Hasan Aman, sedangkan H Sahbirin Noor menggandeng Wakil Gubernur petahanan H Rudy Resnawan.
Satu kontestan lagi pada Pilkada 2016 itu adalah pasangan H Zairullah Azhar, anggota DPR RI dari PKB juga mantan Bupati Tanah Bumbu, dia memilih pasangan H Muhammad Syafi'i, Mantan Bupati Hulu Sungai Selatan (HSS).
Pertarungan tiga kandidat itu pun akhirnya di menangkan pasangan H Sahbirin Noor dan Rudy Resnawan, runner-up ditempati pasangan H Muhidin dan H Gusti Farid Hasan Aman, diposisi akhir adalah pasangan H Zairullah Azhar dan HM Syafi'i.
Perebutan kursi Gubernur yang ditinggalkan Gubernur Kalsel sebelumnya, yakni, H Rudy Ariffin, Gubernur Kalsel periode 2005-2010 dan 2010-2015 tersebut sangat sengit, sebab selisih suara kemenangan sangat tipis, bahkan tidak sampai satu persen.
Berdasarkan penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kalsel duet H Sahbirin Noor dan H Rudy Resnawan meraih suara sah sebanyak 41,09 persen dan duet H Muhidin dan Gusti Farid Hasan Aman meraih suara sah sebanyak 40,31 persen. Sedangkan duet Zairullah Azhar dan HM Syafi'i meraih suara sah sebanyak 18,6 persen dari total suara pemilih yang sah sebanyak 1.799.885 jiwa.
Meski hanya selisih suara tipis, namun hebatnya Pilkada Kalsel 2016 tersebut tidak ada sengketa, pasangan H Muhidin dan H Gusti Farid Hasan Aman secara jantan mengakui kekalahan dan mengucapkan selamat bagi pasangan H Sahbirin Noor dan H Rudy Resnawan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur selanjutnya.
Di Pilkada 2020 ini, Golkar sebagai Pemenang Pemilu Legislatif pada 2019 dengan perolehan 12 kursi legislatif di DPRD Kalsel, bahkan bisa mengusung sendiri pasangan calon tanpa koalisi memilih calon yang pas pendamping bagi ketua mereka, yakni, Ketua DPD Partai Golkar Kalsel H Sahbirin Noor.
Tanpa basa basi, Golkar Kalsel secara bulat meminang H Muhidin untuk mendampingi sang Petahanan H Sahbirin Noor, karena H Rudy Resnawan sudah dua periode menjadi wakil gubernur, hingga tidak bisa lagi di pasangkan.
Partai Golkar Kalsel tidak main-main memasang H Sahbirin Noor dan H Muhidin, sebab rekomendasi hanya satu nama itu dikirim ke DPP Golkar.
H Muhidin yang merupakan Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Provinsi Kalsel juga didukung partainya untuk mendampingi Gubernur petahanan tersebut, bahkan buru-buru SK dari DPP PAN sudah ke luar.
Jika menjadi kenyataan dua tokoh ini berdampingan, maka akan menjadi kekuatan besar yang tentunya sulit dikalahkan, karena keduanya berpengalaman dalam dunia politik di Kalsel.
Denny Indrayana penantang pertama
Kekuatan dan nama besar sang petahanan H Sahbirin Noor atau lebih akrab disapa Paman Birin di Pilkada 2020 tidak membuat ciut sebagian tokoh untuk tidak ikut berlaga.
Nama tokoh sebagai penantang pertama adalah Prof H Denny Indrayana, mantan wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
H Denny, panggilan akrabnya sekarang memiliki slogan hijrah untuk Banua, karena H Denny adalah putra kelahiran Kabupaten Kotabaru, Kalsel pada 11 Desember 1972.
Keseriusan tokoh muda nasional mantan Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada untuk menantang sang petahanan sudah dilakukan dengan rajin turun menemui masyarakat, bahkan spanduk dan baliho sosialisasi dirinya sudah tersebar ke penjuru Kalsel di 13 kabupaten/kota ini.
H Denny pun rajin safari ke partai-partai politik untuk menjalin komunikasi, khususnya ke Partai Gerindra dan Partai Demokrat.
Dua partai ini memiliki ikatan kuat dengan H Denny pastinya, karena dia menjadi orang dekat dua tokoh pendiri partai-partai tersebut.
Bahkan sudah beredar foto pertemuan H Denny dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto juga dengan SBY dan foto bersama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat, diklaim sudah memberi dukungan maju di Pilkada Kalsel tahun 2020.
Jika kedua partai itu bersatu mengusung H Denny, maka tiket mendaftar ke KPU Provinsi pada 4-6 September untuk menjadi calon Gubernur pada Pilkada tahun 2020 yang dijadwalkan pada 9 Desember nanti, sudah aman ditangannya.
Pasalnya, Partai Gerindra memiliki delapan kursi di DPRD Kalsel dan Partai Demokrat sebanyak tiga kursi, pas sesuai syarat batas minimal 11 kursi untuk bisa mengusung pasangan calon maju di Pilkada Kalsel tahun 2020 ini.
H Denny tinggal memilih pasangan atau bakal calon wakil gubernur yang mempuni agar bisa bersaing ketat dengan sang petahanan yang hampir pasti dipasangkan dengan H Muhidin.
Perhitungan kasarnya, H Denny harus memilih sosok pendamping yang cukup di kenal masyarakat Kalsel, baik tokoh agama maupun tokoh politik yang sudah berpengalaman memimpin daerah.
Sebab harus disadari H Denny, dirinya baru berkecimpung di dunia politik, khususnya Pilkada di Kalsel, padahal waktu tinggal beberapa bulan lagi laga nyata, perlu kejutan untuk meningkatkan elektabilitas.
Timbul wacana poros ketiga
Dinamika politik di Pilkada Kalsel nampaknya mulai berkembang, itu setelah adanya ke putusan DPD Partai Golkar Kalsel memutuskan menggandengkan sang petahanan H Sahbirin Noor dengan H Muhidin, Ketua DPW PAN Kalsel.
Koalisi Golkar dan PAN yang dirintis ini rupanya membuat riak di kalangan partai lain, khususnya di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menjadi runner-up di Pemilu Legislatif tahun 2019.
Bahkan secara terang-terangan politisi PDIP yang kini duduk di DPRD Kalsel H Rosehan Noor Bahri, mantan Wakil Gubernur periode 2005-2010 menyatakan partainya tidak ingin menjadi penonton di Pilkada Kalsel tahun 2020 ini.
Julak Rossi, sebutan yang mulai dipopulerkannya saat ini siap ditugaskan partai untuk menjadi calon Gubernur Kalsel pada Pilkada 2020 ini, melawan sang petahanan H Sahbirin Noor.
Julak Rossi menyatakan dirinya seorang petarung di politik, hingga tidak gentar dengan para kontestan lainnya.
Dalam dunia maya atau media sosial, Julak Rossi terlihat akrab dengan H Aditya Mufti Arifin, Ketua DPW PPP Kalsel, mantan anggota DPR RI dua periode dan putra Gubernur Kalsel periode 2005-2010 dan 2010-2015, H Rudy Ariffin.
Seperti menandakan merah dan hijau akan jadi poros ketiga di Pilkada Kalsel yang akan menantang sang petahanan H Sahbirin Noor.
Meski sudah ramai diperbincangkan, namun belum ada pernyataan pasti dari PDIP terkait partainya akan menjadi poros ke tiga di Pilkada Kalsel tahun 2020 ini, karena keputusan itu berada di tangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
Bahkan ada prediksi pula PDIP akan mencalonkan H Mardani H Maming yang merupakan ketua PDIP Kalsel, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) pusat, juga pernah menjadi Bupati Tanah Bumbu dua periode.
Politik di Pilkada Kalsel sepertinya akan berkembang dinamis, sehingga tidak bisa diprediksi pasti siapa saja yang pasti maju selain dipastikan sang petahanan H Sahbirin Noor. Sebagian besar parpol sepertinya sedang menahan diri untuk memunculkan lebih dini pasangan calon.