Banjarmasin (ANTARA) - Elang brontok (Spizaetus cirrhatus) yang termasuk populasi satwa langka di Stasiun Riset Bekantan dan Ekosistem Lahan Basah Pulau Curiak di Kabupaten Barito Kuala milik Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) dan Universitas Lambung Mangkurat bertambah menjadi enam ekor.
Hal ini karena awal bulan Agustus 2019 lalu telah menetas dua ekor anak elang jenis brontok, kehadiran anak elang ini tentunya sangat menggembirakan bagi Ambar Pertiwi selaku kepala stasiun riset bekantan.
"Menetasnya baby elang brontok ini tentunya membawa kabar gembira bagi kami. Mengingat populasi elang brontok dialam semakin menurun.Ini adalah penetasan kedua setelah tahun lalu juga menetas dua ekor", tutur Ambar Pertiwi.
Baca juga: Selamatkan satwa endemik melalui konservasi Elang Jawa
Menurut Ambar, Elang brontok hanya berpasangan di musim berbiak, dan di luar waktu-waktu tersebut sering ditemukan menjelajah sendirian di hutan-hutan terbuka dikawasan pulau Curiak, bahkan sering terlihat didekat lahan pertanian warga disekitarnya. Sedang berburu mangsa, berupa mamalia, unggas bahkan reptil
elang brontok adalah salah satu top predator yang juga memangsa anak bekantan di Pulau Curiak.
Dengan keberadaan elang brontok dikawasan stasiun riset ini menjadi kekayaan hayati dalam ekosistem lahan basah tersebut. Dari tiga jenis elang yang sering ditemukan dikawasan stasiun riset, seperti elang bondol (Haliastur indus), elang tikus (Elanus caeruleus) dan elang brontok, namun hanya elang brontok yang membuat sarang di Pulau Curiak.
Profesor Matt Hayward dari University of Newcastle (UoN) Australia, sangat tertarik dengan keberadaan elang brontok.Dia sanggup berendam disungai Curiak hanya untuk mengamati dan mengambil foto prilaku elang brontok yang sedang menyuapi anaknya.
Baca juga: Taman Safari gelar Parade Satwa di peringatan Hari Kemerdekaan
"Luar biasa, saya sangat beruntung dapat melihat langsung keberadaan elang brontok dialam dan ini merupakan pengalaman menarik", tutur Prof. Matt Hayward sebutan akrab dosen Environmental and Life Sciences di UON Australia ini.
Sementara itu Amalia Rezeki ketua SBI menuturkan, ada satu pasang elang brontok yang bertelur dan berhasil menetas dengan selamat pawal bulan Agustus 2019 lalu dikawasan stasiun riset.
Baca juga: Pemerintah atasi gajah liar
Setelah menetas, pihaknya melakukan pengawasan dan pengamanan di sekitar sarang agar anak elang yang baru lahir tak terganggu pertumbuhannya, baik dari manusia maupun hewan pemangsa lain. Selain itu, pihaknya juga mengamati setiap pertumbuhannya bersama tim riset SBI.
Amel panggilan akrab Amalia Rezeki, lebih jauh mengimbau kepada masyarakat disekitar kawasan stasiun riset, agar turut bersama menjaga keberadaan elang brontok, mengingat sekarang sudah langka. Ia juga menyampaikan, keberadaan hewan ini penting untuk menjaga keseimbangan rantai makanan dialam.