Kotabaru, (Antaranews Kalsel) - Sebagian warga Cantung Kiri Hilir, Kelumpang Hulu, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, hingga saat ini masih menggunakan lampu teplok karena belum mendapatkan penerangan listrik dari PT PLN.
Anggota Komisi II DPRD Kotabaru Halomoan Manik, Rabu mengatakan, selain menggunakan lampu teplok, ada pula sebagian warga yang mampu memanfaatkan listrik tenaga diesel yang diusahakan sendiri dengan membeli genset.
Warga yang menggunakan listrik tenaga diesel, katanya, harus mengeluarkan biaya cukup besar untuk membeli bahan bakar minyak jenis solar.
Namun, warga mengaku ketersediaan BBM jenis solar di daerah tersebut seringkali kosong. "Mereka juga tidak bisa menikmati penerangan listrik tenaga diesel setiap malam, terutama saat BBM kosong," imbuhnya.
Apabila BBM kosong, maka warga yang biasa mengunakan listrik tenaga diesel juga terpaksa memanfaatkan lampu teplok, kata Halomoan Manik.
"Warga umumnya menggunakan lampu teplok dengan sumbu yang dibuat dari bekas kaleng susu," ujarnya.
Manik menambahkan, belum adanya pemasangan listrik PLN di daerah tersebut berdampak pada kondisi kehidupan dan kemajuan masyarakat setempat.
"Seperti anak-anak tidak bisa belajar dengan baik, karena minimnya lampu penerangan," kata dia.
Hal yang sama juga dirasakan warga Sembilang, Kecamatan Kelumpang Tengah, Kotabaru, yang sangat mengharapakan pelayanan listrik dari PT PLN.
"Berapa lama lagi warga kami harus menunggu untuk bisa menikmati listrik dari PLN?" kata Kepala Desa Sembilang Abdul Rasyid.
Padahal, kata dia, akhir-akhir ini pemerintah daerah bersama pihak PT PLN yang dibantu swasta sedang gencar-gencarnya melayani pelanggan baru.
Rasyid mengaku, sudah beberapa kali mengajukan proposal bantuan pelayanan listrik kepada perusahaan batu bara di sekitar desanya, yakni PT Arutmin Indonesia, ditembuskan kepada Bupati, DPRD serta Dinas Pertambangan dan Energi Kotabaru.
"Namun sampai sekarang belum juga ada tanggapan dari perusahaan Arutmin," kata Rasyid setengah berputus asa.
Ia bahkan tidak habis pikir, kenapa perusahaan Arutmin yang jaraknya dengan Desa Sembilang cukup dekat yakni sekitar satu kilometer, tidak merespon permintaan pelayanan listrik bagi warga.
Padahal pihak PT Arutmin seharusnya bisa membantu kepentingan masyarakat setempat. "Jangan hanya mengeruk sumber daya alamnya saja, tetapi perhatikan juga kebutuhan masyarakat di sini," ucap Rasyid dengan nada jengkel.
Ia berharap pemerintah daerah bersedia turun tangan agar perusahaan Arutmin peduli terhadap masyarakat Sembilang.