Jakarta (ANTARA) - Tidak kurang dari 2.000 orang menghadiri acara halal bihalal di Wisma Duta, di Wassenaar, Selasa (4/6).
Tidak hanya kaum Muslim Indonesia di Belanda yang hadir dalam kegiatan tersebut, melainkan juga warga non-Muslim, pelajar, mahasiswa, diaspora Indonesia, friends of Indonesia, pers dan warga Belanda.
Sekretaris Pertama Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI Den Haag, Noira Solani dalam keterangannya, Kamis, mengatakan berbeda sehari dengan di Indonesia, 1 Syawal 1440 H di Belanda jatuh pada Selasa, sesuai keputusan para alim ulama dan tokoh-tokoh umat Islam di Den Haag,
Di Belanda, orang menamakan Idul Fitri dengan sebutan Suikerfeest, yang arti harfiahnya adalah pesta gula, karena pada hari itu banyak dihidangkan makanan manis.
Sebutan itu muncul dari komunitas Maroko dan Turki di Belanda. Kalau Suikerfeest di Belanda dirayakan dengan menyuguhkan makanan manis, maka Idul Fitri di Wisma Duta dirayakan dengan suguhan khas Lebaran tanah air, yakni lontong opor.
Warga Indonesia yang terdiri dari diaspora dan pelajar Indonesia datang dari berbagai kota di Belanda seperti Amsterdam, Den Haag, Groningen, Leiden, Rotterdam, Utrecht, dan Wageningen.
“Saya dari Groningen, datang ke sini karena ingin berlebaran bersama teman-teman,” kata Shania Aurielle, mahasiswi Indonesia yang kuliah di Universitas Groningen. Ia rela naik kereta api menempuh jarak lebih dari 200 km, untuk mengobati rasa kangen suasana Idul Fitri di kampung halaman.
Sementara itu, Daan Goppel menggenjot becaknya dari Amsterdam ke Den Haag, dilanjutkan dari Den Haag ke Wassenaar, untuk turut merayakan Idul Fitri bersama warga Indonesia.
“Dari kecil saya memang tertarik pada Indonesia,” kata pemenang lomba pidato berbahasa Indonesia 2017, yang pernah kursus Bahasa Indonesia selama dua bulan di Universitas Indonesia, Jakarta.
Sementara itu, Tran Ngoc Linh Phuong, warga Vietnam yang kuliah di The Hague University of Applied Sciences, datang ke acara halal bihalal ini ingin merasakan budaya Indonesia. Begitu juga Kililou Agrien, warga Rotterdam asal Togo, Afrika, yang sudah dua kali ikut merayakan Idul Fitri di Wisma Duta.
Acara halal bihalal kali ini juga terasa istimewa dengan kehadiran duta besar dan perwakilan dari kedutaan besar negara-negara ASEAN dan negara sahabat lainnya.
Tampak hadir, antara lain, adalah Dubes Filipina untuk Kerajaan Belanda, Dubes Malaysia, Vietnam, Thailand dan Dubes Iran, serta Kuasa Usaha Ad-Interim Azerbaijan, yang akan menjadi Dubes Azerbaijan untuk Indonesia, serta Counsellor Bangladesh, India, dan Thailand.
Tidak hanya lontong opor yang dapat dinikmati siang itu. Jenis makanan lain juga berlimpah seperti sate, soto Betawi, sup konro, karedok, kambing guling dari restoran Bali James, nasi kebuli, dan masih banyak lagi.
Jajanan kecil juga dihidangkan, seperti lumpia, lapis sagu, lupis, dan pastel. Untuk minuman, hadirin dapat menikmati wedang ronde, es cendol, dan es buah.
Sambil menyantap hidangan, hadirin dihibur dengan lagu Indonesia, persembahan penyanyi Indonesia di Belanda Duo Cici - Rudy, Asti Dewi, dan Vivi Subono.
Selain lagu Indonesia, seperti Burung Camar, juga tembang kondang Belanda, seperti Leef, lagu dangdut, dan lagu Jawa, seperti Bojoku Galak. Sudah menjadi tradisi, acara ditutup dengan menyanyi dan menari bersama tarian Poco-Poco dan goyang Maumere.
Acara Halal bihalal, yang diadakan KBRI di Den Haag, merupakan acara tahunan puncak dari rangkaian kegiatan Ramadhan dan Idul Fitri di Belanda.
Selain merayakan kemenangan umat Islam, juga mempererat tali silahturahim dan persaudaraan antara KBRI Den Haag dengan masyarakat Indonesia, termasuk dengan pemuka agama non-Islam Indonesia dan warga Belanda yang memiliki kedekatan dengan Indonesia.
Sebelum berkumpul di Wisma Duta, KBRI dan umat Muslim Indonesia melakukan sholat Idul Fitri di Masjid Al-Hikmah, Den Haag.
Bertindak sebagai Imam adalah Ustazd Mukhtar Hanif Zamzamy dan sebagai Khotib, Ustazd Muhammad Iqbal, yang menyampaikan khotbah berjudul Idul Fitri dan Merawat Pesan Ramadhan Dalam Kehidupan.
Sholat ini dihadiri sekitar 1.800 orang, terdiri atas warga Indonesia, warga Belanda, dan warga negara lainnya, seperti Turki dan Maroko.