Jakarta (ANTARA) - Sejumlah warga mendatangi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Jakarta, Kamis malam, untuk mencari anggota keluarganya yang diduga menjadi korban kericuhan 22 Mei 2019.
Suato (51), warga Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat mencari anaknya bernama M Andi (18), karena tak kunjung pulang sejak pamit ikut demo pada Rabu (22/5).
"Kemarin jam enam pagi pamit, salaman sama saya, mau ikut demo di Thamrin. Ikut-ikutan temennya," kata Suato, ditemani seorang kerabatnya di RSUD Tarakan, Jakarta.
Namun, setelah mengamati daftar korban kericuhan di RSUD yang ditulis di papan pengumuman depan instalasi gawat darurat (IGD), dia tidak menemukan nama anaknya.
Ia menuturkan pada Rabu sore sempat menelepon anaknya untuk menyuruh pulang, tetapi setelah itu telepon selulernya tidak aktif ketika dihubungi.
"Sorenya (Rabu, 22/5), saya nelepon masih aktif. Katanya, nanggung (mau pulang). Abis itu, ditelepon udah enggak aktif," katanya pula.
Suato baru mendatangi RSUD Tarakan, setelah sempat mencari informasi di Kepolisian Sektor Bendungan Hilir tak juga menemukan jawaban.
Ridwan (23), warga Kebon Kacang, Jakarta Pusat juga mendatangi RSUD Tarakan untuk mencari tahu keberadaan adiknya, Randiasyah (19).
Ia menduga adiknya yang akrab disapa Ando menjadi korban kericuhan, karena sampai saat ini belum kunjung pulang ke rumah.
Ridwan menjelaskan, adiknya pada Rabu malam sempat berada di depan daerah tempat tinggalnya yang terletak tidak jauh dari Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI.
"Dia sih awalnya emang lagi tidur istirahat, tiba-tiba ada baku pukul, terus dibawa enggak tahu ke mana, sampai sekarang kita belum tahu di mana," katanya lagi.
Ridwan juga berencana ke RS Pelni untuk mencari tahu keberadaan adiknya.
Data terbaru, RSUD Tarakan sampai saat ini sudah menangani 169 pasien korban kericuhan di kawasan Tanah Abang, Jalan Thamrin dan Petamburan, Jakarta.
Sebagian besar pasien sudah diperbolehkan pulang, sementara 11 korban kericuhan pada 22 Mei 2019 masih dirawat inap di rumah sakit tersebut.