Kalimantan Selatan ditetapkan sebagai pelopor penyelenggaraan pendidikan inklusi, karena komitmen dan perhatian pemerintah provinsi setempat terhadap pendidikan itu, serta kaya sumber daya dan fasilitas pendidikan yang memadai bagi anak-anak berkebutuhan khusus.


Pencanangan Kalsel sebagai pelopor pendidikan tersebut ditandai dengan penyerahan Award penyelenggaran pendidikan inklusi dari Menteri Pendidikan Nasional kepada Gubernur Kalimantan Selatan Ruy Ariffin melalui Dirjen Dikdas Profesor Suyanto di Banjarmasin, Selasa.

Menurut Suyanto, Kalsel adalah satu-satunya daerah yang memberikan fasilitas dan tidak membeda-bedakan fasilitas pendidikan bagi anak umum maupun anak-anak berkebutuhan khusus, terbukti dengan akan dibangunnya autis senter di lahan seluas dua hektar di daerah Kayu Tangi.

"Penyediaan lahan untuk autis senter seluas dua hektar adalah salah satu bukti pemerintah cukup peduli terhadap kelangsungan pendidikan dan masa depan anak-anak berkebutuhan khusus," katanya.

Pemerintah pusat, tambah dia, akan terus mendukung dan mendorong terbangunnya pusat pendidikan anak-anak autis melalui dana APBN yang akan dianggarkan sebesar Rp5 miliar.

Diharapkan penyelenggaraan pendidikan autis tersebut, bisa membantu meringankan beban orangtua terutama dari kalangan menengah ke bawah.

"Bagi anak-anak dari golongan kurang mampu diharapkan bisa mendapatkan pendidikan secara gratis," katanya.

Menurut dia, pendidikan anak-anak dengan kebutuhan khusus relatif lebih mahal, karena baik fasilitas pendidikan maupun guru pengajar harus lebih banyak.

"Bisa jadi satu anak mendapatkan pengawasan dari tiga guru, dan itu sebaliknya dibanding pendidikan umum, sehingga biasanya biaya akan lebih mahal," katanya.

Masih mahalnya biaya pendidikan tersebut, membuat sebagian orangtua masih enggan untuk memasukkan anaknya sekolah, dengan adanya autis senter diharapkan persoalan itu bisa diatasi.

Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin mengatakan, beberapa pihak awalnya mengusulkan agar pembangunan autis senter tersebut dilakukan di luar daerah, tetapi ditolak, karena anak-anak berkebutuhan khusus justru harus ada ditengah-tengah masyarakat.

"Orangtua jangan lagi menyembunyikan anak-anak berkebutuhan khusus, tidak perlu malu, karena bila ada komunikasi dan dibina mereka bisa berkarya bagi kemajuan bangsa," katanya.

Menurut Gubernur, pemerintah harus memberikan perhatian kepada anak-anak tersebut, bukan hanya masalah pendidikan, tetapi juga fasilitas penunjangnya, baik itu transportasi, hotel ataupun ditempat umum lainnya.

"Saya pernah melihat di suatu negara, anak-anak berkebutuhan khusus tidak bisa naik ke bus, akhirnya sopirnya turun dan mengangkat anak tersebut, ini pelayanan yang sangat menyentuh dan harus diterapkan di Indonesia," katanya.

Anak-anak berkebutuhan khusus, kata dia, harus mendapatkan pelayanan dan kesempatan yang sama, untuk berada di tengah masyarakat sebagaimana anak-anak pada umumnya.

Anak-anak berkebutuhan khusus, tambah dia, juga harus mendapatkan kesempatan untuk bisa menikmati masa anak-anak dengan bahagia dan ceria, sama dengan anak-anak seusiannya.

  Pada kesempatan tersebut, ditampilkan berbagai kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus, mulai dari menari, menyanyi dan berbagia macam hasil ketrampilan, mulai dari membuat kain saserangan dan lainnya/D.
(T.U004/B/M008/M008) 30-10-2012 17:40:00

Pewarta:

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012