Pascagelombang tinggi, nelayan bagan di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan dalam dua pekan terakhir mulai berani turun ke laut untuk menangkap ikan.


"Beberapa hari ini, keluarga kami mulai turun ke laut untuk membagan, setelah beberapa bulan itirahat karena gelombang," kata warga nelayan Sahbudin di Kotabaru, Rabu.

Setiap kali turun, ujar dia, nelayan belum pernah mendapatkan hasil tangkapan yang cukup menggembirakan.

Hasil tangkapan rata-rata setiap kali turun masih cukup untuk menutupi biaya operasional membeli BBM, dan biaya konsumsi selama di tengah laut.

Dalam satu kali turun membagan, nelayan harus mengeluarkan modal minimal Rp50 ribu-Rp100 ribu per malam.

"Terkadang, satu malam bisa mendapatkan kurang Rp50 ribu dan terkadang juga lebih Rp100 ribu," terangnya.

Belum lagi dengan biaya perawatan bagan yang memerlukan biaya cukup besar.

Meski belum stabil hasil tangkapannya, nelayan tetap saja turun membagan, karena menjelang Desember hasil tangkapan ikannya meningkat tajam.

Terpisah, Ketua Komisi II DPRD Kotabaru M. Faruk Syahdan, usai kunjungan kerja ke Banyuwangi, akan berkoordinasi dengan para nelayan di daerah itu terkait pemanfaatan drum bekas untuk pelampung bagan.

DPRD akan menganjurkan para nelayan bagan untuk menggunakan drum bekas pengganti tiang bagan yang berupa beton atau kayu bakau karena lebih ekonomis dan efektif.

"Seperti yang dilakukan oleh nelayan bagan di Banyuwangi, Jawa Timur," katanya.

Nelayan di Banyuwangi dalam membangun bagan, tidak lagi menggunakan beton, bahkan kayu, akan tetapi menggunakan pelampung atau drum bekas.

Selain hemat biaya, nelayan juga akan mendapatkan kemudahan dalam menangkap ikan.

"Karena dengan bagan pelampung tersebut bisa dipindah-pindah untuk mencari dimana ikan lebih banyak," paparnya.

  Berbeda dengan bagan yang menggunakan tiang beton ataupun kayu, akan monoton/D.
(T.I022/B/M019/M019) 10-10-2012 07:07:59

Pewarta:

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012