Petani di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, akhir-akhir ini kesulitan mendapatkan pupuk urea bersubsidi.

"Pupuk bersubsidi di kios di Kotabaru kosong, yang tersedia pupuk urea nonsubsidi," kata seorang petani Abah Khoirunnisa, Minggu.

Pupuk urea non subsidi, kata petani tersebut seharga Rp350 ribu per zak, sementara harga pupuk urea bersubsidi Rp95 ribu per zak.

Selisih harga yang terlalu tinggi membuat para petani tidak mampu membeli pupuk urean non subsidi. "Kami terpaksa menunda memupuk kebun sawit kami," ujarnya.

Akibat tertundanya pemberian pupuk, sebagian daun tanaman kelapa sawit terlihat hijau kekuning-kuningan.

Pemilik kios Pertanian di Kotabaru H Jatmiko, membenarkan, bahwa dalam beberapa bulan ini pupuk jenis urea bersubsidi kosong.

"Kekosongan buykan disebabkan lambatnya distribusi, akan tetapi petani sendiri enggan membuat Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok. (RDKK)," jelanya.

Menurut Jatmiko, berapapun permintaan akan pupuk urea, asal ada RDKK-nya pihak distributor akan mengirimkan permintaan.

Akan tetapi sebaliknya, apabila tidak ada RDKK, distributor tidak akan mensuplai pupuk urea.

Lain lagi dengan pupuk jenis yang lain, misalkan, TSP atau SP36.

Pihak distributor masih tetap akan mengirimkan pupuk TSP atau SP36 meski petani tidak membuat RDKK.

Sebagai gantinya pupuk urea, ujar Jatmiko, kiosnya tetap menyediakan pupuk urea non subsidi seharga Rp350 ribu per zak isi 50 kg.

Meski sedikit lebih mahal, papar Jatmiko, hasil pemupukan dengan urea non subsidi jauh lebih baik dibandingkan dengan urea bersubsidi.

Kepala Dinas Pertanian Kotabaru H Zuhairil Anwar hingga saat ini belum berhasil dikonfirmasi terkait kelangkaan pupuk urean bersubsidi.C

Pewarta:

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012