Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, melalui Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Dispopar) akan mempercantik dan menambah sarana prasarana di kawasan situs purbakala Candi Agung untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Kepala seksi Destinasi Pariwisata dan Kemitraan Subeli di Amuntai Kamis mengatakan, tersedia alokasi anggaran sebesar Rp2 miliar bantuan pemerintah pusat bagi pengembangan pariwisata di daerah.
"Anggaran untuk pengembangan pariwisata di daerah tersebut kita gunakan untuk mengembangan kawasan situs Candi Agung, karena merupakan pusat wisata unggulan yang selama ini memberi masukan pendapatan asli daerah," ujar Subeli.
Subeli mengatakan, pengembangan kawasan Candi Agung baru bisa dimulai 2020 dimana Pemkab HSU sudah mendapat konfirmasi resmi akan mendapat alokasi anggaran Rp2 miliar.
Ia mengatakan, anggaran untuk pengembangan pariwisata di daerah, sebenarnya juga disalurkan pemerintah pusat kebeberapa daerah provinsi kabupaten/kota pada 2018-2019 namun Pemkab HSU belum mendapatkannya.
Berdasarkan proposal yang diajukan Pemkab HSU, anggaran pengembangan pariwisata digunakan untuk pembangunan sarana taman, penambahan tempat parkir, pembangunan pendopo untuk pentas seni di dalam komplek candi.
"Parbaikan dan pengecatan ulang pagar candi juga akan dilakukab agar semakin menarik dipandang pengunjung dan wisatawan yang datang," jelas Subeli.
Ditambahkan, Pemkab HSU juga akan menyediakan lebih banyak bangku peristirahatan didalam kawasan candi dan lampu-lampu hias, termasuk tempat bermain anak sehingga pengunjung lebih betah berlama-lama di dalam kawasan candi.
Menjabat sekaligus sebagai kepala UPT Candi Agung Subeli berharap peningkatan kunjungan wisatawan dapat menambah pemasukan pendapatan dari retribusi pengunjung.
"Pemasukan retribusi tahun 2018 kemaren sebesar Rp140 juta setahun, melebihi target yang ditetapkan Rp135 juta," katanya.
Dinas pendapatan memasang target sebesar Rp200 juta untuk 2019 padahal menurut Subeli peningkatan jumlah pengunjung dan wisatawan ke Candi Agung tidak begitu besar, kadang turun jumlahnya.
Sementara tarif pengunjung masih sama dalam beberapa tahun terakhir yakni sebesar Rp4000 bagi satu pengunjung dewasa dan Rp2000 untuk anak-anak.
"Idealnya tarif dinaikan agar target pemasukan retribusi bisa lebih mudah dicapai," katanya.
Subeli menerangkan, Dispopar sudah memiliki Rancangan Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDa) yang secara bertahap akan mengembangkan beberapa destinasi wisata lain seperti susur sungai dan susur rawa.
"Saat ini andalan wisata Hulu Sungai Utara hanya Candi Agung dan beberapa wisata teligi seperti Mesjid Sungai Banar, Mesjid Pandulangan yang sering dikunjungi penziarah, termasuk makam Sayyid Sulaiman di Desa Pakacangan," terangnya.
Jangka panjang, lanjutnya Destinasi yang dipersiapkan adalah wisata lomba renang kerbau rawa. Jenis wisata ini pernah dikembangkan namun terhenti karena masih kurang ditunjang sarana infrastruktur wisata yang memadai.
Subeli mengatakan, HSU memiliki memiliki keunikan pada Fauna dan produk budayanya hanya saja kurang terekspose secara optimal.
Sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang Pariwisata juga masih kurang. Bisa dikatakan Kabupaten HSU berada pada posisi pariwisata dikelas Ekpolarsi diman Jumlah turis kecil, tempat wisata utama berupa alam dan budaya.
"Bidang pariwisata belum memiliki arti ekonomi atau sosial bagi penduduk setempat," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Kepala seksi Destinasi Pariwisata dan Kemitraan Subeli di Amuntai Kamis mengatakan, tersedia alokasi anggaran sebesar Rp2 miliar bantuan pemerintah pusat bagi pengembangan pariwisata di daerah.
"Anggaran untuk pengembangan pariwisata di daerah tersebut kita gunakan untuk mengembangan kawasan situs Candi Agung, karena merupakan pusat wisata unggulan yang selama ini memberi masukan pendapatan asli daerah," ujar Subeli.
Subeli mengatakan, pengembangan kawasan Candi Agung baru bisa dimulai 2020 dimana Pemkab HSU sudah mendapat konfirmasi resmi akan mendapat alokasi anggaran Rp2 miliar.
Ia mengatakan, anggaran untuk pengembangan pariwisata di daerah, sebenarnya juga disalurkan pemerintah pusat kebeberapa daerah provinsi kabupaten/kota pada 2018-2019 namun Pemkab HSU belum mendapatkannya.
Berdasarkan proposal yang diajukan Pemkab HSU, anggaran pengembangan pariwisata digunakan untuk pembangunan sarana taman, penambahan tempat parkir, pembangunan pendopo untuk pentas seni di dalam komplek candi.
"Parbaikan dan pengecatan ulang pagar candi juga akan dilakukab agar semakin menarik dipandang pengunjung dan wisatawan yang datang," jelas Subeli.
Ditambahkan, Pemkab HSU juga akan menyediakan lebih banyak bangku peristirahatan didalam kawasan candi dan lampu-lampu hias, termasuk tempat bermain anak sehingga pengunjung lebih betah berlama-lama di dalam kawasan candi.
Menjabat sekaligus sebagai kepala UPT Candi Agung Subeli berharap peningkatan kunjungan wisatawan dapat menambah pemasukan pendapatan dari retribusi pengunjung.
"Pemasukan retribusi tahun 2018 kemaren sebesar Rp140 juta setahun, melebihi target yang ditetapkan Rp135 juta," katanya.
Dinas pendapatan memasang target sebesar Rp200 juta untuk 2019 padahal menurut Subeli peningkatan jumlah pengunjung dan wisatawan ke Candi Agung tidak begitu besar, kadang turun jumlahnya.
Sementara tarif pengunjung masih sama dalam beberapa tahun terakhir yakni sebesar Rp4000 bagi satu pengunjung dewasa dan Rp2000 untuk anak-anak.
"Idealnya tarif dinaikan agar target pemasukan retribusi bisa lebih mudah dicapai," katanya.
Subeli menerangkan, Dispopar sudah memiliki Rancangan Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDa) yang secara bertahap akan mengembangkan beberapa destinasi wisata lain seperti susur sungai dan susur rawa.
"Saat ini andalan wisata Hulu Sungai Utara hanya Candi Agung dan beberapa wisata teligi seperti Mesjid Sungai Banar, Mesjid Pandulangan yang sering dikunjungi penziarah, termasuk makam Sayyid Sulaiman di Desa Pakacangan," terangnya.
Jangka panjang, lanjutnya Destinasi yang dipersiapkan adalah wisata lomba renang kerbau rawa. Jenis wisata ini pernah dikembangkan namun terhenti karena masih kurang ditunjang sarana infrastruktur wisata yang memadai.
Subeli mengatakan, HSU memiliki memiliki keunikan pada Fauna dan produk budayanya hanya saja kurang terekspose secara optimal.
Sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang Pariwisata juga masih kurang. Bisa dikatakan Kabupaten HSU berada pada posisi pariwisata dikelas Ekpolarsi diman Jumlah turis kecil, tempat wisata utama berupa alam dan budaya.
"Bidang pariwisata belum memiliki arti ekonomi atau sosial bagi penduduk setempat," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019