Amuntai, (Antaranews Kalsel) -Dinas Perikanan Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan mencoba bangkitkan kembali sebagian usaha budidaya keramba yang mati suri akibat harga pakan ikan mahal dan cuaca ekstrem.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Hulu Sungai Utara, Ismarlita di Amuntai, Kamis mengatakan, nelayan pembudidaya ikan di keramba yang terhenti produksinya akan mendapat bantuan bibit dan pakan ikan dari dana alokasi khusus.
"Ada empat kelompok pembudidaya keramba yang mendapat bantuan dana DAK berupa bibit dan pakan ikan, diharapkan bisa kembali menggeliatkan usaha keramba mereka," ujar Ismarlita.
Ismarlita mengatakan, nelayan yang mendapat bantuan bibit dan pakan yakni masih memiliki sarana dan prasarana budidaya ikan seperti keramba, jala apung dan sebagainya.
Dikatakan, banyak proposal dari kelompok nelayan yang masuk ke Dinas Perikanan memohon bantuan sarana dan prasarana termasuk bibit dan pakan ikan.
Dinas Perikanan akan meninjau lebih dulu fasilitas yang dimiliki kelompok nelayan untuk menentukan jenis bantuan dan besarannya.
Diakuinya, sebagian pembudidaya ikan di keramba berhenti beroperasi bahkan ada yang alih profesi. Ia membenarkan harga pakan ikan terus meningkat mencapai Rp460 ribu per lima puluh kilogram. Banyak petani keramba 'angkat tangan' untuk melanjutkan usahanya karena keuntungan yang diraih tidak signifikan.
Bantuan bibit dan pakan, katanya hanya bersifat stimulan diharapkan bisa meningkatkan swadaya anggota kelompok agar bisa mandiri dalam penyediaan pakan ikan dan bibit ikan.
Bantuan pakan dan bibit ikan ini, lanjutnya juga disalurkan pada kelompok pembudidaya Ikan kolam sebanyak lima kelompok melalui anggaran dari APBD Kabupaten HSU 2019.
Menurut Ismarlita, bantuan mesin pakan juga terkait erat dengan ketersediaan bahan bakunya, motivasi petaninya dan jumlah unit usaha yang banyak untuk efesiensi.
Ismarlita mengatakan, Diskan Hulu Sungai Utara (HSU) sebenarnya memotivasi petani untuk memanfaatkan lahan rawa untuk budidaya kolam melalui sistem jala/net karena lebih rendah biaya produksi dan menguntungkan.
"Namun sebagian petani kita memang masih tertarik membudidayakan ikan dikeramba, mungkin karena pertimbangan lain," terangnya.
Selain itu, katanya sudah menjadi sifat masyarakat mencontoh usaha baru yang dinilai lebih menguntungkan. Kemungkinan petani keramba belum melihat prospek dari budidaya ikan dikolam rawa yang baru diujicobakan dibeberapa desa.
Padahal kata Ismarlita melalui budidaya ikam dirawa melalui sistem net atau fishpen pakan ikam tersedia secara alami di alam berupa plankton, tanaman kecil dan sebagainya.
Dikatakan Ismarlita, selain masalah fluktuasi harga pakan yang tidak menentu, penyebab lain terhentinya usaha budidaya keramba karena cuaca yang agak ekstrem mengakibatkan banyak ikan yang mati.
Kondisi alam ini sebenarnya kurang berpengaruh untuk budidaya di kolam rawa karena pembudidaya kolam ikan yang banyak di jumpai di Kecamatan Haur Gading tetap berproduksi saat kemarau maupun penghujan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Pelaksana tugas Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Hulu Sungai Utara, Ismarlita di Amuntai, Kamis mengatakan, nelayan pembudidaya ikan di keramba yang terhenti produksinya akan mendapat bantuan bibit dan pakan ikan dari dana alokasi khusus.
"Ada empat kelompok pembudidaya keramba yang mendapat bantuan dana DAK berupa bibit dan pakan ikan, diharapkan bisa kembali menggeliatkan usaha keramba mereka," ujar Ismarlita.
Ismarlita mengatakan, nelayan yang mendapat bantuan bibit dan pakan yakni masih memiliki sarana dan prasarana budidaya ikan seperti keramba, jala apung dan sebagainya.
Dikatakan, banyak proposal dari kelompok nelayan yang masuk ke Dinas Perikanan memohon bantuan sarana dan prasarana termasuk bibit dan pakan ikan.
Dinas Perikanan akan meninjau lebih dulu fasilitas yang dimiliki kelompok nelayan untuk menentukan jenis bantuan dan besarannya.
Diakuinya, sebagian pembudidaya ikan di keramba berhenti beroperasi bahkan ada yang alih profesi. Ia membenarkan harga pakan ikan terus meningkat mencapai Rp460 ribu per lima puluh kilogram. Banyak petani keramba 'angkat tangan' untuk melanjutkan usahanya karena keuntungan yang diraih tidak signifikan.
Bantuan bibit dan pakan, katanya hanya bersifat stimulan diharapkan bisa meningkatkan swadaya anggota kelompok agar bisa mandiri dalam penyediaan pakan ikan dan bibit ikan.
Bantuan pakan dan bibit ikan ini, lanjutnya juga disalurkan pada kelompok pembudidaya Ikan kolam sebanyak lima kelompok melalui anggaran dari APBD Kabupaten HSU 2019.
Menurut Ismarlita, bantuan mesin pakan juga terkait erat dengan ketersediaan bahan bakunya, motivasi petaninya dan jumlah unit usaha yang banyak untuk efesiensi.
Ismarlita mengatakan, Diskan Hulu Sungai Utara (HSU) sebenarnya memotivasi petani untuk memanfaatkan lahan rawa untuk budidaya kolam melalui sistem jala/net karena lebih rendah biaya produksi dan menguntungkan.
"Namun sebagian petani kita memang masih tertarik membudidayakan ikan dikeramba, mungkin karena pertimbangan lain," terangnya.
Selain itu, katanya sudah menjadi sifat masyarakat mencontoh usaha baru yang dinilai lebih menguntungkan. Kemungkinan petani keramba belum melihat prospek dari budidaya ikan dikolam rawa yang baru diujicobakan dibeberapa desa.
Padahal kata Ismarlita melalui budidaya ikam dirawa melalui sistem net atau fishpen pakan ikam tersedia secara alami di alam berupa plankton, tanaman kecil dan sebagainya.
Dikatakan Ismarlita, selain masalah fluktuasi harga pakan yang tidak menentu, penyebab lain terhentinya usaha budidaya keramba karena cuaca yang agak ekstrem mengakibatkan banyak ikan yang mati.
Kondisi alam ini sebenarnya kurang berpengaruh untuk budidaya di kolam rawa karena pembudidaya kolam ikan yang banyak di jumpai di Kecamatan Haur Gading tetap berproduksi saat kemarau maupun penghujan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019