Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Pemuda asal Gambah Luar Muka, Kota Kandangan, Kabupaten    Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan Mohamad Hanif Wicaksono sang pembudidaya tanaman buah langka asli Kalimantan berhasil meraih anugerah Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards (SIA) 2018.

Hanif satu dari tujuh orang yang keluar sebagai peraih apresiasi gelaran PT Astra International Tbk itu. Dimana tiap kategori meliputi lima bidang dan satu kelompok, yakni bidang kesehatan, pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, teknologi dan kelompok.
 
Untuk Hanif terpilih di bidang lingkungan bersama Franly Aprilano Oley asal Kalimantan Timur yang berdedikasi sebagai penjaga hutan.

"Selamat kepada para pemenang dan ini bukti kalau generasi muda Indonesia memiliki semangat untuk berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa," ucap Presiden Direktur Astra Internasional Prijono Sugiarto di Jakarta.

Keberhasilan pemuda 35 tahun itupun membuat bangga Kalimantan Selatan karena dia merupakan peserta yang mewakili provinsi dan pengiriman keikutsertaannya di ajang SIA 2018 melalui Kantor Berita Antara Biro Kalimantan Selatan.

Seperti diketahui, PT Astra International Tbk menggandeng Perusahaan Umum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara (Perum LKBN Antara) untuk mencari calon penerima anugerah SATU Indonesia Awards 2018.

Memiliki jaringan luas di seluruh Indonesia, Antara pun menugaskan Kantor Biro di daerah untuk bergerak menyaring para pemuda-pemudi yang berpotensi bisa merebut SIA tahun ini.

Kepala Kantor Berita Antara Biro Kalimantan Selatan Nurul Aulia Badar pun mengucapkan selamat dan terima kasih kepada Hanif karena telah membuat bangga daerah.

Perjuangan Hanif tentu tidaklah mudah. Namun dia berhasil meyakinkan juri panelis yang independen, obyektif, serta kompeten di bidangnya masing-masing hingga diyakini bahwa Hanif berhak menerima penghargaan yang memasuki tahun ke-9 tersebut.

"Antara sendiri diminta mengusulkan 1.000 nama atau peserta untuk mengikuti seleksi di tingkat pusat. 
Belum lagi peserta yang mendaftar sendiri atau lewat jalur di luar Antara sehingga total jumlah peserta sebanyak 5.961 orang," ungkap Olly, begitu biasa Aulia Badar disapa.

Olly berharap Hanif yang menjadi aset berharga daerah harus terus dibina dan diberikan perhatian sehingga bisa mengembangkan apa yang selama ini jadi ranah perjuangannya di bidang lingkungan.

Meski kedepannya Hanif mendapat pembinaan kegiatan dari Astra International, namun pemerintah daerah dan stakeholder lainnya juga bisa berperan memberikan support dalam berbagai bentuk yang pada akhirnya meningkatkan ekonomi masyarakat secara luas melalui budidaya.

Perjuangan Hanif berawal dari mendirikan Kelompok Usaha Tunas Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan kegiatan utamanya konservasi tanaman buah asli Kalimantan.

Program Tunas Meratus  mengumpulkan, mendokumentasikan, membibitkan, dan membudidayakan tanaman buah Kalimantan serta mengedukasi masyarakat akan pentingnya pelestarian sumberdaya plasma nutfah Kalimantan. 

Sejak tahun 2012, Hanif mulai melakukan ekplorasi, dokumentasi pembibitan serta edukasi. untuk dokumentasi ada satu bab buku sudah publikasi dengan judul ‘Potret Buah Nusantara Masa Kini’. Sementara 6 draft buku lagi belum publikasi berjudul “Buah Hutan Kalimantan Selatan seri 1-6 (sebuah dokumentasi dan upaya konservasi)”.

Pria kelahiran Blitar lulusan Sarjana Ilmu Komunikasi tersebut ketika pindah dari Jawa Timur ke Kalsel tahun 2011 mengaku menemui berbagai macam buah yang tidak pernah dilihatnya di Jawa. Semakin menarik menurut Hanif ketika ternyata masyarakat lokal Kalsel sendiri banyak yang belum pernah melihat pohon dari buah-buahan tersebut.

Didorong rasa senangnya terhadap tanaman dan bumbu penasaran, mulailah dia menjelajah untuk mencari asal dari buah-buah langka khas Pulau Kalimantan. 

Semakin lama ternyata buah yang  ditemui semakin banyak dan beragam akhirnya dia terfikir untuk mengumpulkan tanaman tersebut hingga saat ini.

Selama lebih dari 5 tahun berjalan program yang dirintisnya hanya pernah mendapat bantuan sekali untuk membuat sebuah nursery dari BPTP Kalsel. Selebihnya berjalan dengan menyisihkan dana pribadi.

"Pembibitan kami lakukan untuk memperbanyak buah Kalimantan dimana ada lebih dari 100 jenis buah endemik yang diperbanyak untuk pelestarian dan sampai saat ini sudah ribuan bibit kami bagikan baik ke masyarakat, instansi maupun kebun raya," tuturnya.

Hanif menegaskan, sumberdaya genetik adalah kekayaan bangsa sekaligus identitas. Contohnya seperti buah kasturi (Mangifera Casturi) adalah flora identitas Kalimantan Selatan akan tetapi di Kalimantan sendiri tidak ada kebun kasturi maupun orang yang mengebunkan kasturi semua dari hasil alam. 

Sedangkan di California, kasturi dan beberapa Mangifera endemik asli Kalimantan dibudidayakan. Belum lagi banyaknya orang-orang luar negeri terutama dari Eropa dan Amerika Selatan yang menghubungi Hanif untuk mendapatkan berbagai benih.

"Buat saya ini aneh sekali dimana buah yang saya dapat banyak yang tidak diketahui masyarakat umum, kalaupun ada itupun dipandang sebelah mata di negeri sendiri tetapi malah jadi target buruan di negeri orang," bebernya menyesalkan.

Persoalan tersebut membuat Hanif semakin ingin mengenalkan buah-buahan lokal ke masyarakat umum secara luas dan tentunya akan berdampak pada sosial dan ekonomi masyarakat yang mau mengembangkanya. 

"Ini adalah kesempatan untuk mengembangkan buah lokal sekaligus  dikelola dengan basis pemberdayaan untuk peningkatan ekonomi masyarakat melalui budidaya," pungkasnya.

Pewarta: Firman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018