Banjarmasin, (Antaranews Kalsel ) - Wali Kota Banjarmasin H Ibnu Sina melakukan pengecekan Rumah Susun Sewa (Rusunawa) lama yang terletak di Jalan Tembus Mantuil RT 22 Kelurahan Kelayan Selatan, Selasa.
Ibnu melihat langsung kamar-kamar yang dikunci dan dibiarkan kosong lantaran rusak. Tembok yang kusam dan kotor oleh coret-coretan usil. Sampah yang menumpuk di teras.
Kepada wali kota, penghuni juga mengeluhkan sejumlah hal. Seperti rembesan air dari atap. Satpol PP juga diminta rutin berpatroli ke sana untuk menjaga keamanan penghuni.
“Kalau tidak direhab, terutama rusunawa pertama dan kedua, berpotensi menjadi permukiman kumuh baru,” kata Ibnu.
Rusunawa I dan II di sini dibangun dengan Tipe 21. Model paling sederhana. Begitu pintu depan dibuka, kamar tidur dan dapur langsung terpampang. Tanpa sekat sama sekali antara ruang tamu dan ruang pribadi.
"Rusunawa III dengan Tipe 24 jauh lebih baik. Jangan lagi ada Tipe 21 dibangun di Banjarmasin. Tidak manusiawi," tegasnya.
Dia berjanji, Rusunawa Ganda Maghfirah akan mendapat sentuhan anggaran pada tahun 2019. Namun, rehab baru sebatas pengecatan ulang. Penghuni Rusunawa masih harus bersabar untuk menunggu renovasi fisik bangunan.
Menurut Ibnu Sina, tujuannya ke Rusunawa lama tersebut untuk mempelajari pembangunan Rusunawa baru bantuan pusat di Muara Kelayan.
"Saya sudah lama mau kemari. Tapi baru sekarang kesampaian. Saya ingin belajar dari yang sudah-sudah. Yang jelek-jelek dari sini jangan terbawa ke Rusunawa baru,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Banjarmasin, Ahmad Fanani Saifudin mengatakan, pekerjaan rusunawa di Muara Kelayan sudah menginjak lantai tiga.
“Insya Allah sebelum akhir Desember sudah rampung,” ujarnya.
Rusunawa di Muara Kelayan punya model yang lebih baik, tipe 36. Sekalipun jumlah kamar huniannya lebih sedikit, hanya tersedia 56 kamar. Bandingkan dengan Ganda Maghfirah yang punya 99 kamar.
Dengan tinggi empat lantai, lantai dasar dikosongkan. Agar bisa dipakai untuk usaha kecil-kecilan penghuni Rusunawa seperti membuka warung kelontongan. Sekalipun faktanya lantai dasar itu lebih sering dibiarkan kosong.
“Sumber daya kita memang belum mampu mengelolanya,” akunya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Ibnu melihat langsung kamar-kamar yang dikunci dan dibiarkan kosong lantaran rusak. Tembok yang kusam dan kotor oleh coret-coretan usil. Sampah yang menumpuk di teras.
Kepada wali kota, penghuni juga mengeluhkan sejumlah hal. Seperti rembesan air dari atap. Satpol PP juga diminta rutin berpatroli ke sana untuk menjaga keamanan penghuni.
“Kalau tidak direhab, terutama rusunawa pertama dan kedua, berpotensi menjadi permukiman kumuh baru,” kata Ibnu.
Rusunawa I dan II di sini dibangun dengan Tipe 21. Model paling sederhana. Begitu pintu depan dibuka, kamar tidur dan dapur langsung terpampang. Tanpa sekat sama sekali antara ruang tamu dan ruang pribadi.
"Rusunawa III dengan Tipe 24 jauh lebih baik. Jangan lagi ada Tipe 21 dibangun di Banjarmasin. Tidak manusiawi," tegasnya.
Dia berjanji, Rusunawa Ganda Maghfirah akan mendapat sentuhan anggaran pada tahun 2019. Namun, rehab baru sebatas pengecatan ulang. Penghuni Rusunawa masih harus bersabar untuk menunggu renovasi fisik bangunan.
Menurut Ibnu Sina, tujuannya ke Rusunawa lama tersebut untuk mempelajari pembangunan Rusunawa baru bantuan pusat di Muara Kelayan.
"Saya sudah lama mau kemari. Tapi baru sekarang kesampaian. Saya ingin belajar dari yang sudah-sudah. Yang jelek-jelek dari sini jangan terbawa ke Rusunawa baru,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Banjarmasin, Ahmad Fanani Saifudin mengatakan, pekerjaan rusunawa di Muara Kelayan sudah menginjak lantai tiga.
“Insya Allah sebelum akhir Desember sudah rampung,” ujarnya.
Rusunawa di Muara Kelayan punya model yang lebih baik, tipe 36. Sekalipun jumlah kamar huniannya lebih sedikit, hanya tersedia 56 kamar. Bandingkan dengan Ganda Maghfirah yang punya 99 kamar.
Dengan tinggi empat lantai, lantai dasar dikosongkan. Agar bisa dipakai untuk usaha kecil-kecilan penghuni Rusunawa seperti membuka warung kelontongan. Sekalipun faktanya lantai dasar itu lebih sering dibiarkan kosong.
“Sumber daya kita memang belum mampu mengelolanya,” akunya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018