Banjarmasin, (Antaranews Kalsel)- Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih, Kota banjarmasin, tak lagi mengkhawatirkan kadar garam Sungai Martapura, karena kadar keasinannya tinggal sedikit.
Humas PDAM Bandarmasih, M Nur Wakhid kepada pers di Banjarmasin, Kamis mengakui tainya kadar garam sungai Martapura sempat 800 miligram per liter, padahal baku mutunya hanya 250 miligram per liter.
Tetapi setelah adanya hujan di beberapa lokasi kawasan sungai bagian hulu menyebakan kadar keasinan itu turun dan sekarang hanya tinggal 17 miligram per liter atau jauh di bawah ambang batas.
Menurut Nur Wakhid, kendati sempat tinggi kadar garamnya tetapi air baku itu dicampur dengan dengan air di boster Pramuka, sehingga masih bisa dimanfaatkan untuk produksi air bersih perusahaanya.
Tetapi jika kondisi kadar garam tersebut kembali terus meningkat maka tak tertutup kemungkinan intake di Sungai Bilu tersebut akan di stop, lagi tambahnya.
Namun berdasarkan ramalan BMG cuaca akan kembali hujan, setidaknya bulan Oktober ini, sehingga kadar garam akibat intrusi air laut bisa terkendali, tambahnya.
Biasanya kalau kadar garam tinggi Sungai Martapura, maka yang paling terdampak intake Sungai Bilu, sementara intake Sungai Tabuk kurang berpengaruh.
Intake Sungai Tabuk masih berada jauh di hulu Sungai Martapura, dan kemungkinan kecil terkena intrusi air laut dan intake itulah yang menjadi andalan air baku perusahaanya yang kapasitasnya mencapai 4500 meterkubik per jam.
Intake Sungai Tabuk ini jarang terkena intrusi air laut lantaran jaraknya yang jauh agak ke hulu, tetapi wilayah ini bisa saja terintrusi pada siklus kemarau lima tahunan, dimana kemarau bisa mencapai enam bulan per tahun.
Masuknya air laut ke Sungai Martapura itu diduga lantaran tekanan air sungai ke hilir melemah saat kemarau, sehingga air laut masuk ke sungai, hal itu akibat kawasan resapan air di kawasan hulu sungai sudah rusak sehingga persediaan air berkurang dari tahun ke tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Humas PDAM Bandarmasih, M Nur Wakhid kepada pers di Banjarmasin, Kamis mengakui tainya kadar garam sungai Martapura sempat 800 miligram per liter, padahal baku mutunya hanya 250 miligram per liter.
Tetapi setelah adanya hujan di beberapa lokasi kawasan sungai bagian hulu menyebakan kadar keasinan itu turun dan sekarang hanya tinggal 17 miligram per liter atau jauh di bawah ambang batas.
Menurut Nur Wakhid, kendati sempat tinggi kadar garamnya tetapi air baku itu dicampur dengan dengan air di boster Pramuka, sehingga masih bisa dimanfaatkan untuk produksi air bersih perusahaanya.
Tetapi jika kondisi kadar garam tersebut kembali terus meningkat maka tak tertutup kemungkinan intake di Sungai Bilu tersebut akan di stop, lagi tambahnya.
Namun berdasarkan ramalan BMG cuaca akan kembali hujan, setidaknya bulan Oktober ini, sehingga kadar garam akibat intrusi air laut bisa terkendali, tambahnya.
Biasanya kalau kadar garam tinggi Sungai Martapura, maka yang paling terdampak intake Sungai Bilu, sementara intake Sungai Tabuk kurang berpengaruh.
Intake Sungai Tabuk masih berada jauh di hulu Sungai Martapura, dan kemungkinan kecil terkena intrusi air laut dan intake itulah yang menjadi andalan air baku perusahaanya yang kapasitasnya mencapai 4500 meterkubik per jam.
Intake Sungai Tabuk ini jarang terkena intrusi air laut lantaran jaraknya yang jauh agak ke hulu, tetapi wilayah ini bisa saja terintrusi pada siklus kemarau lima tahunan, dimana kemarau bisa mencapai enam bulan per tahun.
Masuknya air laut ke Sungai Martapura itu diduga lantaran tekanan air sungai ke hilir melemah saat kemarau, sehingga air laut masuk ke sungai, hal itu akibat kawasan resapan air di kawasan hulu sungai sudah rusak sehingga persediaan air berkurang dari tahun ke tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018