Hampir semua warga di bilangan pedalaman Kalimantan Selatan, khususnya warga di kaki, lereng, atau di Pegunungan Meratus pernah mendengar keberadaan macan dahan.

 

Berbagai cerita berbau magis pun kerap kali muncul ditengah masyarakat berkenaan dengan keberadaan binatang yang termasuk jenis kucing besar tersebut.

Macan dahan disebut dan dipercaya sebagai satwa jelmaan setan, macan dahan disebut sebagai satwa yang bisa mengilang, dan berubah-rubah bentuk, bisa berubah menjadi seorang nenek tua, seorang kakek, bisa berubah menjadi kucing biasa, bahkan macan dahan dipercaya bisa berubah menjadi bahan makanan.

Oleh Karena itu jangan heran bila ada sesisir pisang di tengah hutan tak seorang pun berani menjamahnya, ada anggapan bila makanan yang tak jelas di tengah hutan bisa jelmaan seekor macan dahan.

Maka siapa yang berani memakannya diyakini bisa membinasakan yang makan makanan tersebut.

Warga di pedalaman Kalimantan Selatan seperti di kawasan Kabupaten Balangan yang termasuk kaki Pegunungan Meratus, percaya sekali keberadaan macan dahan dengan sejuta cerita tentang keanehan binatang tersebut.

Oleh karena itu, bila ada satu bunyi yang tak pernah didengar sebelumhya ke luar dari hutan atau di perkebunan karet setempat dipercaya pula itu suara macan dahan.

Walau begitu yakin keberadaan macan dahan tetapi hampir dipastikan sebagian besar penduduk setempat tak pernah melihat sosok binatang tersebut.

Sehingga seringkali pula warga yang melihat seekor kucing hutan (kucing liar di hutan) disebut sebagai macan dahan, apalagi jenis kucing liar tersebut punya kulit juga berbelang dan suka di atas pohon pula sebagai layaknya macan dahan.

Sulitnya ditemukan sosok satwa ini lantaran populasinya yang terus berkurang bahkan mendekati kepunahan.

Hanya saja saat tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 melakukan penelitian dan penjelasan di kawasan Pegunungan Meratus dilapori warga adanya penemuan binatang tersebut.

Minggu (10/06) pukul 15.00 WITA, Aliudin (19) warga Kampung Juhu melaporkan keberadaan Macan Dahan kepada Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 di Poskotis Sub Korwil 08/HST Desa Murung B Kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Keberadaan Macan Dahan dilaporkan Aliudin dengan menunjukan beberapa foto yang diambil menggunakan telepon seluler.

"Foto ini saya ambil Hari Minggu (10/6), pakai handpone kakak saya, saya sengaja datang kesini untuk menyampaikannya kepada bapak-bapak� kata Aliudin kepada para tentara dan para peneliti tim ekspedisi khatulistiwa tersebut.

Menurut Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc, dosen pada Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, yang tergabung dalam tim peneliti Ekspedisi Khatulistiwa 2012 Sub Korwil 08/HST mengatakan, foto yang ditunjukan warga Juhu itu merupakan Macan Dahan (Neofelis nebulosa).

Macan dahan tersebut penyebaranya meliputi Pegunungan Himalaya, Cina bagian selatan dan Taiwan ke Selatan menuju semenanjung Malaysia, sedangkan di Indonesia sendiri ada di Sumatera dan Kalimantan, yang ada di foto itu merupakan Macan Dahan sub spesies endemik Kalimantan yang sangat langka dan dilindungi pemerintah.

Macan dahan tersebutmenurut peneliti muda tersebut dengan nama latinnya adalah Neofelis nebulosa diardi.

Selanjutnya dijelaskan Haris,macan dahan adalah jenis kucing terbesar di Kalimantan, sehingga menjadi predator puncak (top predator) di pulau ketiga terbesar di dunia ini.

Karena itu peran ekologisnya sangat penting karena berperan menjaga keseimbangan populasi satwa mangsa seperti Babi Hutan Berjanggut (Sus barbatus), Kijang Muncak (Muntiacus muntjak), Sambar/Payau (Rusa unicolor).

Jenis mangsa lainnya yaitu berbagai jenis primata seperti Lutung (Presbytis cristata), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Kelasi Merah (Presbytis rubicunda).

Macan dahan juga memangsa berbagai jenis satwa pengerat (Rodentia), seperti Landak, Tupai, dan Tikus hutan.

Macan dahan memiliki ukuran tubuh panjang dari ujung hidung sampai ujung ekor 1,5 meter atau lebih.

Warna macan dahan cukup bervariasi dari coklat pasir sangat pucat sampai sangat gelap dan memiliki pola bercak-bercak seperti awan pada sisi tubuh, sehingga disebut Clouded Leopard.

Macan dahan memiliki kharakteristik khas dibandingkan dengan jenis kucing lainnya (Famili Felidae), yaitu gigi-gigi taring atas relatif sangat besar dibandingkan dengan ukuran tengkoraknya.

Terdapat tiga ras macan dahan yaitu pola umum (foto di Juhu), dimana pola tubuh coklat pasir bercak-bercak seperti awan, kedua warna agak pucak, dan ketiga warna sangat gelap, meskipun dengan pola bercak/loreng yang sama dengan ras pertama dan kedua, jelas Haris.



Hidup soliter

Haris menambahkan, macan dahan aktif terutama malam hari (nocturna l) dan hidup di tajuk-tajuk pohon (arboreal), meskipun juga kadang dijumpai aktif siang hari dan mencari mangsa di lantai hutan.

Habitat utama macan tutul adalah hutan primer, yaitu hutan yang relatif belum terjamah manusia dan memiliki pohon-pohon yang tinggi sebagai tempat berlindungnya (cover).

Macan Dahan hidup soliter dan kadang dijumpai berpasangan, karena itu keberadaan macan dahan sangat tergantung akan adanya hutan primer yang masih sehat, seperti yang ada di Pegunungan Meratus.

Populasi satwa ini sangat langka karena kerusakan habitat, konversi hutan menjadi peruntukan lain (pemukiman, pertanian, pertambangan), serta perburuan liar untuk diambil taring, kulit dan menjadi koleksi/spesiemen.

Macan dahan dilindungi oleh Pemerintah RI berdasarkan PP 7 Tahun 1999, mengenai jenis satwa dan tumbuhan yang dilindungi oleh pemerintah.

Karena itu satwa ini harus dilindungi untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Macan dahan termasuk dalam Appendix I CITES (Convention on International Trade on Endangered Species of Wild Flora and Fauna), dan termasuk dalam Red List IUCN (International Union for Conservation of Nature).

Dengan status itu Macan Dahan tidak boleh diburu, diperdagangkan, baik hidup maupun mati, baik utuh maupun bagian-bagiannya, ujar Haris.

Menyikapi laporan warga tersebut, Wadan Sub Korwil 08/HST Mayor Inf Ardian Triwasana membentuk tim khusus untuk mencari informasi tentang keberadaan Macan Dahan di Kampung Juhu.

Tim khusus yang dibentuk sebanyak 7 personel yaitu Mayor Sus Komaruddin, Kapten Ctp Sumbali, Kapten Chb Suryani, Sertu Agus Alwi, Serda Kusmayadi, Serda Anggi dan Prada Kasim W.

Bertepatan dengan persiapan tim khusus untuk menuju Kampung Juhu, pada Selasa (12/06/2012) pukul 15.00 WITA, Bapak Darmawi (35) warga Kampung Juhu yang telah menangkap Macan Dahan berkunjung ke Poskotis Sub Korwil 08/HST dengan didampingi Aliudin.

Di Poskotis, Darmawi menuturkan kepada tim tentang proses penangkapan macan dahan di Gunung Tabing Palawan.

"Saya dapat binatang itu di Gunung Tabing Palawan, gunung itu antara Batu Perahu dan Kampung Juhu, itu wilayah kami berburu, sekitar 3 (tiga) jam dari Juhu", kata Darmawi.

Selanjutnya ia katakan "Saya ketemu binatang itu hari Minggu (27/05/2012) pagi sekitar jam 05.00 WITA, sewaktu saya mau pulang ke Juhu, setelah dua hari berburu di hutan Tabing Palawan, binatang buas itu saya tombak, saya ikuti sekitar satu pal (1 Km), saya tombak lagi di dalam lubang pohon sampai meninggal, beratnya sekitar 30 Kg, panjang ekornya 1 meter lebih".

"Dari kecil, baru sekarang saya bisa ketemu, dari dulu saya hanya dengar suaranya saja, sekarang juga masih ada suaranya, kadang-kadang ada tiga, tapi pindah-pindah, saya tidak tahu kalau binatang itu tidak boleh ditangkap," tambah Darmawi.

"Sekarang kulit, kepala dan ekor binatang itu saya simpan di rumah untuk kenang-kenangan anak cucu saya nanti", jelas Darmawi.

Sedangkan Wadan Sub Korwil 08/HST berharap agar penduduk tidak menangkap kembali macan dahan yang sudah dilindungi pemerintah.

"Sekarang satwa ini sudah di lindungi pemerintah, kami dari Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 mengajak semua warga di Kawasan Pegunungan Maratus untuk sama-sama menjaga dan melindungi macan ini, sehingga kelestariannya tetap terjaga dan anak cucu kita nanti masih dapat mengetahui hewan-hewan yang ada disekitar kita," kata Wadan Sub Korwil 08/HST Mayor Inf Ardian Triwasana.
/D/B

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012