Paringin, (Antaranews Kalsel) - Hidup sendiri di sebuah gubuk yang menjadi istananya pada usia senja, dengan mengidap penyakit asma yang sudah cukup parah, Nenek Kasrah (70) atau dikenal dengan Ma Sidah, menghembuskan nafas terakhirnya, Selasa (24/7), tanpa ada yang menemani.

Nenek Kasrah yang merupakan salah satu dari sekian banyak sahabat organisasi sosial Sahabat Balangan Centre (SBC), Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, ditemukan tetangga sekitar yang biasa menjenguknya pagi-pagi sekali sebelum ke kebun karet, duduk bersimpuh sudah tidak bernyawa, dan kaki berdarah akibat tergores sesuatu.

Meninggalnya Nenek Kasrah diberitahukan warga Desa Gampa, Kecamatan Paringin Selatan, kepada Ketua SBC, Dewi Purwanti dan langsung menyebar kepada para anggota SBC yang meliputi berbagai komunitas, organisasi, dan instansi.

Diantaranya BPJS, Humas Pemkab Balangan, Bidang Bina Marga Dinas PU Balangan, Humas Polres Balangan, Group FB BISK, Habar Balangan, Balangannews, Balangan Peduli, Tagana, Rescue 304, ARJB, Para Kontraktor dan Pengusaha Muda, para Kepala Desa, Anggota Sanggar Kariwaya, Jurnalis Balangan, anggota DPRD Balangan dan lainnya.

Bahkan Ketua DPRD Balangan, H Abdul Hadi dan Isteri, Srie Huriyati, yang juga merupakan Anggota DPRD sekaligus anggota SBC, menghentikan kesibukan dan kegiatannya di Gedung DPRD Balangan, saat mendengar kabar meninggalnya Nenek Kasrah.

Tiba di lokasi selepas Sholat Djuhur, warga pun selesai memandikan jenazah Nenek Kasrah, anggota SBC bergantian bedatangan ke lokasi, untuk menjenguk hari terakhir sahabat mereka, Nenek Kasrah serta medoakan jenazah beliau. Nenek Kasrah dikebumikan di pemakaman umum oleh warga sekitar.

Baca juga: Cerita dhuafa yang sempat tidak makan berhari-hari

Semasa hidup, dalam kehidupan sehari-hari di istananya dengan satu buah penerangan listrik bantuan dari tetangga, Nenek Kasrah mengaku tawakkal kepada Allah SWT. Bahkan ketika ia sempat tidak bisa memasak beberapa hari lamanya dikarenakan kekurangan persediaan air.

Kebutuhan air sehari-harinya tutur Almarhumah Nenek Kasrah, hanya mengandalkan air tadah hujan, serta bantuan tetangga. Karena memang ia sudah tidak bertenaga lagi untuk mengangkut air, ditambah penyakit asmanya yang sering kambuh.

"Sempat beberapa hari tidak bisa memasak dan makan, karena menghemat cadangan air yang hanya cukup untuk minum. Dimana pada saat itu para tetangga sedang mudik, dan sedang musim kemarau, jadi cadangan air terus menipis," ungkapnya semasa hidup.

Oleh SBC pada awal Juli 2018, selain sembako dan bantuan lainnya yang terus dijalankan, Almarhumah Nenek Kasrah sempat dibantu dua buah Galon Air Minum, yang akan dikontrol oleh tim SBC untuk memastikan kebutuhan air minumnya terpenuhi.

Baca juga: Sahabat Balangan Centre lanjutkan kegiatan sosial

Selanjutnya upaya menyuplay air bersih untuk kebutuhannya memasak dan lain sebagainya, diprogramkan dengan bantuan pemasangan PDAM yang bulanannya juga dibayarkan oleh anggota SBC.

Selain itu, untuk kesehatannya Nenek Kasrah dibuatkan Kartu JKN-KIS program BPJS, serta dikontrol oleh seorang Dokter dan tim kesehatan, langsung ke istana tempat tinggalnya.

Belum sebulan, Nenek Kasrah akhirnya meninggal dunia, dengan air galon yang baru separo dimanfaatkan, air PDAM yang belum sempat sebulan digunakan, sembako dan kebutuhannya pun masih banyak, sehingga menimbulkan kesedihan bagi para anggota SBC.

Baca juga: Video - Sahabat Balangan Centre gotong royong bantu sesama

"Segala apapun yang kita dapati dan miliki, tak akan menjadi manfaat jika kita tidak mampu untuk meyerapnya, lalu membagikannya kepada orang lain, baik itu harta, ilmu, tenaga, dan lain sebagainya," menyadur salah satu filosopi yang pernah diungkapkan anggota DPRD Balangan sekaligus anggota SBC, Srie Huriyati.  

Pewarta: Roly Supriadi

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018