Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Pemilihan calon Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) periode 2018-2022 telah memasuki babak baru. Dimana mengerucut pada dua nama yang berpeluang paling besar merebut kursi orang nomor satu di perguruan tinggi negeri terkemuka dan kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan itu, yakni Prof DR H Sutarto Hadi dan Prof DR Zairin Noor.
Sedangkan Prof DR HM Hadin Muhjad yang hanya meraih 9 suara Senat ULM dirasa sulit bersaing untuk bisa merebut suara terbanyak pada tahap pemungutan suara berikutnya Senat bersama Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Sementara Prof DR Husaini dipastikan tereliminasi lantaran hanya dapat 1 suara.
Ketika penyampaian visi misi dan program kerja bakal calon rektor periode 2018-2022 di Aula Rektorat lantai satu, Zairin menargetkan akreditasi institusi dari B menjadi A pada tahun 2019.
"Saya juga ingin ULM secepatnya bisa menjadi Badan Layanan Umum (BLU), sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan seperti tunjangan guru besar dan sebagainya," ucap Dekan Fakultas Kedokteran ULM itu.
Zairin juga ingin ULM memiliki riset center yang terintegrasi, sehingga tidak terjadi pemborosan jika satu alat yang mahal misalnya bisa digunakan banyak fakultas atau Program Studi.
"Segala terobosan ini sudah saya lakukan di Fakultas Kedokteran dan jika diamanahi menjadi rektor, saya target ULM bisa tembus peringkat 45 terbaik di Indonesia," tegas Zairin yang memperoleh 17 suara Senat.
Sementara Sutarto Hadi mengaku akan lebih fokus pada penguatan inovasi menghadapi era destruktif, dimana dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0.
"Kalau tidak mengantisipasi maka kita akan ditinggalkan. Maka dari itu, pentingnya membuat program unggulan yang spesifik seperti pusat unggulan iptek di bidang lingkungan lahan basah, karena ULM ciri khasnya itu," jelasnya.
Sutarto juga berupaya ULM bisa masuk 30 besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia, sehingga dapat unggul di level nasional dan juga regional Asia Tenggara.
"Kalau perguruan tinggi besar seperti UI, UGM, ITB, mereka itu sudah menjadi world class university. Sedangkan ULM tidak usah muluk-muluk, kita bisa fokus di level regional Asia Tenggara dan sejajar dengan perguruan tinggi terkemuka lainnya di luar Pulau Jawa seperti Unhas Makassar atau Universitas Andalas Padang dan sebagainya," papar Guru Besar Pendidikan Matematika itu.
Untuk bisa berbicara banyak di tingkat regional tersebut, ungkap Sutarto, dirinya berusaha memperbanyak mahasiswa asing belajar di ULM.
"Sementer depan ada 10 mahasiswa Filipina yang saya berikan beasiswa untuk kuliah di ULM. Semoga ini menjadi cikal bakal semakin banyaknya mahasiswa asing belajar di sini dan ini menjadi program unggulan agar ULM dikenal luas masyarakat dunia khususnya kawasan regional Asia Tenggara," pungkas calon rektor incumbent itu.
Di sisi lain, Ketua Panitia Pemilihan Rektor ULM periode 2018-2022 Dr drg Rosihan Adhani mengungkapkan, ketiga kandidat calon rektor masih memiliki peluang untuk terpilih.
"Menteri memiliki 31 suara atau 35 persen berbanding 65 persen Senat atau 58 suara, sehingga total suara diperebutkan kandidat sebanyak 89 suara. Itu artinya, seorang kandidat minimal harus meraih 45 suara agar terpilih," tandasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Sedangkan Prof DR HM Hadin Muhjad yang hanya meraih 9 suara Senat ULM dirasa sulit bersaing untuk bisa merebut suara terbanyak pada tahap pemungutan suara berikutnya Senat bersama Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Sementara Prof DR Husaini dipastikan tereliminasi lantaran hanya dapat 1 suara.
Ketika penyampaian visi misi dan program kerja bakal calon rektor periode 2018-2022 di Aula Rektorat lantai satu, Zairin menargetkan akreditasi institusi dari B menjadi A pada tahun 2019.
"Saya juga ingin ULM secepatnya bisa menjadi Badan Layanan Umum (BLU), sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan seperti tunjangan guru besar dan sebagainya," ucap Dekan Fakultas Kedokteran ULM itu.
Zairin juga ingin ULM memiliki riset center yang terintegrasi, sehingga tidak terjadi pemborosan jika satu alat yang mahal misalnya bisa digunakan banyak fakultas atau Program Studi.
"Segala terobosan ini sudah saya lakukan di Fakultas Kedokteran dan jika diamanahi menjadi rektor, saya target ULM bisa tembus peringkat 45 terbaik di Indonesia," tegas Zairin yang memperoleh 17 suara Senat.
Sementara Sutarto Hadi mengaku akan lebih fokus pada penguatan inovasi menghadapi era destruktif, dimana dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0.
"Kalau tidak mengantisipasi maka kita akan ditinggalkan. Maka dari itu, pentingnya membuat program unggulan yang spesifik seperti pusat unggulan iptek di bidang lingkungan lahan basah, karena ULM ciri khasnya itu," jelasnya.
Sutarto juga berupaya ULM bisa masuk 30 besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia, sehingga dapat unggul di level nasional dan juga regional Asia Tenggara.
"Kalau perguruan tinggi besar seperti UI, UGM, ITB, mereka itu sudah menjadi world class university. Sedangkan ULM tidak usah muluk-muluk, kita bisa fokus di level regional Asia Tenggara dan sejajar dengan perguruan tinggi terkemuka lainnya di luar Pulau Jawa seperti Unhas Makassar atau Universitas Andalas Padang dan sebagainya," papar Guru Besar Pendidikan Matematika itu.
Untuk bisa berbicara banyak di tingkat regional tersebut, ungkap Sutarto, dirinya berusaha memperbanyak mahasiswa asing belajar di ULM.
"Sementer depan ada 10 mahasiswa Filipina yang saya berikan beasiswa untuk kuliah di ULM. Semoga ini menjadi cikal bakal semakin banyaknya mahasiswa asing belajar di sini dan ini menjadi program unggulan agar ULM dikenal luas masyarakat dunia khususnya kawasan regional Asia Tenggara," pungkas calon rektor incumbent itu.
Di sisi lain, Ketua Panitia Pemilihan Rektor ULM periode 2018-2022 Dr drg Rosihan Adhani mengungkapkan, ketiga kandidat calon rektor masih memiliki peluang untuk terpilih.
"Menteri memiliki 31 suara atau 35 persen berbanding 65 persen Senat atau 58 suara, sehingga total suara diperebutkan kandidat sebanyak 89 suara. Itu artinya, seorang kandidat minimal harus meraih 45 suara agar terpilih," tandasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018