Produksi batu bara Koperasi Unit Desa (KUD) Gajah Mada, di Kelumpang Hilir, Kotabaru, Kalimantan Selatan beberapa bulan terakhir turun drastis akibat curah hujan didaerah itu cukup tinggi.
"Kami tidak yakin dapat memenuhi target produksi 200 ribu ton perbulan karena akhir-akhir ini curah hujan cukup deras," kata Sekretaris KUD Gajah Mada, I Ketut Yudiana kepada ANTARA di Kotabaru, Rabu.
Sebulan terakhir, kata dia, produksi batu bara yang telah dikerjasamakan dengan PT Jhonline Baratama itu hanya mampu menghasilkan tiga tongkang atau sekitar 24 ribu metrik ton.
Sementara target produksi perbulan rata-rata 200 ribu metrik ton atau sekitar 2,4 juta metrik ton pertahun.
Kendala utama turunnya produksi, menurut Ketut, adalah curah hujan tinggi sehingga alat berat dan truk yang mengangkut batu bara tidak dapat beraktivitas karena kondisi jalan licin dan lokasi tambang penuh air hujan.
Dampak langsung yang dirasakan anggota KUD Gajah Mada akibat turunnya produksi batu bara, ujar Ketut, berkurangnya sisa hasil usaha (SHU) yang dibagikan kepada anggota setiap tiga bulan setelah rapat anggota tahunan (RAT).
Selain itu masih ada dampak tidak langsung yang dirasakan oleh anggota KUD Gajah Mada.
Sementara itu, KUD Gajah Mada yang memiliki beberapa unit usaha itu mulai kembali berproduksi batu bara sekitar Desember 2009, setelah hampir satu tahun tidak ada aktivitas.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kotabaru, Akhmad Rivai, mengatakan, turunnya produksi batu bara menyebabkan turunnya penerimaan sumbangan pihak ketiga (SP3).
"Salah satu yang menjadi kewajiban pengusaha adalah membayar SP3 yang disetor kepada kas daerah, dana tersebut untuk membiayai pembangunan di daerah," katanya.
Ia menjelaskan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 45 tahun 2003 tentang penerimaan bukan pajak, besarnya royalti ditetapkan.
Diantaranya, untuk batu bara kalori di bawah 51 Kkl royaltinya ditetapkan sebesar 3 persen kali harga penjualan, kalori 51-61 Kkl sebesar 5 persen kali harga penjualan dan diatas 61 Kkl sebesar 7 persen kali harga penjualan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2010
"Kami tidak yakin dapat memenuhi target produksi 200 ribu ton perbulan karena akhir-akhir ini curah hujan cukup deras," kata Sekretaris KUD Gajah Mada, I Ketut Yudiana kepada ANTARA di Kotabaru, Rabu.
Sebulan terakhir, kata dia, produksi batu bara yang telah dikerjasamakan dengan PT Jhonline Baratama itu hanya mampu menghasilkan tiga tongkang atau sekitar 24 ribu metrik ton.
Sementara target produksi perbulan rata-rata 200 ribu metrik ton atau sekitar 2,4 juta metrik ton pertahun.
Kendala utama turunnya produksi, menurut Ketut, adalah curah hujan tinggi sehingga alat berat dan truk yang mengangkut batu bara tidak dapat beraktivitas karena kondisi jalan licin dan lokasi tambang penuh air hujan.
Dampak langsung yang dirasakan anggota KUD Gajah Mada akibat turunnya produksi batu bara, ujar Ketut, berkurangnya sisa hasil usaha (SHU) yang dibagikan kepada anggota setiap tiga bulan setelah rapat anggota tahunan (RAT).
Selain itu masih ada dampak tidak langsung yang dirasakan oleh anggota KUD Gajah Mada.
Sementara itu, KUD Gajah Mada yang memiliki beberapa unit usaha itu mulai kembali berproduksi batu bara sekitar Desember 2009, setelah hampir satu tahun tidak ada aktivitas.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kotabaru, Akhmad Rivai, mengatakan, turunnya produksi batu bara menyebabkan turunnya penerimaan sumbangan pihak ketiga (SP3).
"Salah satu yang menjadi kewajiban pengusaha adalah membayar SP3 yang disetor kepada kas daerah, dana tersebut untuk membiayai pembangunan di daerah," katanya.
Ia menjelaskan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 45 tahun 2003 tentang penerimaan bukan pajak, besarnya royalti ditetapkan.
Diantaranya, untuk batu bara kalori di bawah 51 Kkl royaltinya ditetapkan sebesar 3 persen kali harga penjualan, kalori 51-61 Kkl sebesar 5 persen kali harga penjualan dan diatas 61 Kkl sebesar 7 persen kali harga penjualan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2010