Berawal dari melihat kondisi pembudidaya itik di desa, tim SMKN 2 Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), termotivasi merangkai alat yang dapat memudahkan memproduksi pakan ternak berkualitas.

Melalui inovasi teknologi tepat guna (TTG), tm SMKN 2 Amuntai yang terdiri dari seorang guru pembibing dan dua siswa, membuat alat parut paya tenaga surya atau mereka namakan Parubaya.

Parubaya tim SMKN 2 Amuntai juga membuat mereka berhasil menjuarai lomba TTG tingkat kabupaten yang dilaksanakan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) HSU tahun 2024. Bukan hanya itu saja, pada ajang yang sama untuk tingkat Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), alat Parubaya ini berhasil menyabet gelar juara harapan pertama.

Deni Purwosari yang merupakan guru pembimbing dalam tim pembuat Parubaya, menyampaikan, pembuatan alat ini bagian dari program dari sekolah mereka untuk masyarakat. “Nama programnya SMK membangun desa, dimana salah satunya terkait tentang teknologi tepat guna,” ujarnya.

Sementara terkait munculnya ide membuat Parubaya ini, Deni menyebut berawal dari pengalamannya yang melihat langsung bagaimana pembudidaya itik dalam membuat pakan ternak.

“Waktu itu saya sepulang memancing ada melihat warga yang budidaya itik dan untuk prosesnya dilakukan secara manual,” katanya, Kamis (18/4) sore.

Selama ini peternak membuat pakan ternak itiknya, dengan memanfaatkan hasil alam berupa batang pohon rumbia yang memang mudah ditemui di daerah rawa. Batang pohon rumbia dicacah kasar warga biasa menyebutnya dengan paya lalu dicampur dengan ikan yang sudah dikeringkan.

Proses dilakukan secara manual karena lokasi pembudidaya itik tersebut memang cukup jauh dari perkampungan dan terkendala jaringan listrik. Dari situlah, kemudian memunculkan ide bagaimana caranya bisa membuat alat pembuat pakan yang bisa digunakan di daerah yang masih minim suplai jaringan listrik.

“Makanya kami membuat dengan menggunakan penerapan panel surya, berupa alat parut paya tenaga surya,” katanya.

Dalam mengembangkan teknologi tepat guna parut paya tenaga surya ini, lanjutnya, juga tidak lepas dari ketersedian bahan baku dan onderdil yang ada di pasaran. Ini untuk memudahkan proses pembuatan dan dalam persoalan biaya juga tidak memberatkan atau masih sangat terjangkau.

“Untuk proses pembuatan awal kemarin memakan waktu sekitar 15 hari dan setelah dua kali percobaan langsung bisa berhasil,” katanya.

Pewarta: Ragil Darmawan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024