Sekretaris Daerah Kabupaten Barito Kuala (Sekda Batola), Kalimantan Selatan H Zulkipli Yadi Noor menyatakan, hasil survei Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) Januari 2024 stunting Batola berada di angka 10,39 persen atau dibawah target pemerintah pusat Tahun 2024 yakni, 14 persen.
"Jika dibandingkan dengan angka Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 Batola berada di angka 33,6 persen," ujar Sekda saat Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan Rembuk Stunting Kabupaten Batola, di Banjarmasin, dilaporkan Selasa.
Menurut dia, survei EPPGBM tidak "apple to apple" dengan SSGI yang jadi patokan pemerintah pusat.
"Namun, kita tidak berbicara data lagi. Tapi lebih fokus apa kita lakukan dan perbaikan ke depan," ucapnya.
Teori intervensi sensitif dan spesifik, telah dipahami tapi masih ada yang perlu dikuatkan, sehingga penurunan stunting di Batola terjadi seperti yang diharapkan.
"Menghadapi bonus demografi di mana jumlah penduduk Indonesia 70 persennya dalam usia produktif dan Indonesia Emas Tahun 2045, memacu seluruh pemangku kebijakan tidak terkecuali Pemkab Batola untuk bekerja keras menghasilkan generasi sehat bebas dari stunting," tegasnya.
Zulkipli selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) memaparkan, data rekap stunting per kecamatan hingga data alokasi anggaran kegiatan posyandu tingkat desa/kelurahan berkaitan erat dengan fasilitas kesehatan.
Dia meminta, Tim Penurunan Stunting (TPS) tingkat kecamatan harus lebih bergerak dan meningkatkan kepedulian terhadap penanganan di posyandu.
Selain itu, dia juga apresiasi capaian penimbangan tertinggi posyandu di Kecamatan Anjir Pasar dan Anjir Muara.
"Mengutip ungkapan Albert Einstein insanity : doing the same thing over and over again and expecting different results," tandasnya.
Dalam acara tersebut, Zulkipli juga memotivasi Satgas TPPS terus mengupayakan perbaikan dan mengevaluasi apa yang sudah dilakukan untuk meraih keberhasilan penurunan stunting di Batola.
Dalam acara tersebut, Kepala Diskominfo Batola Hery Sasmita menyampaikan perkembangan penggunaan aplikasi pemantauan stunting 'Lantingkuu Batola' telah digunakan 387 kader posyandu untuk pelaporan data pemeriksan anak.
"Harapannya aplikasi Lantingkuu Batola digunakan dalam rangka kemudahan pemantauan angka stunting melalui handphone, sehingga siapa saja tahu perkembangan stunting," ujarnya.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Batola Furqan mengatakan, Pemkab Batola terus melaksanakan rembuk stunting di 17 kecamatan, dilaksanakan dari Februari hingga Maret Tahun 2024.
Furqan menjelaskan, rembuk stunting dilaksanakan untuk membangun kesepakatan dan komitmen bersama antara Pemkab Batola, stakeholder dan masyarakat dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Pada rapat koordinasi tersebut juga dihadiri Asisten, Staf Ahli, Kepala SKPD, Camat, Kepala Puskesmas, Kepala KUA, Baznas dan penyuluh KB se-Kabupaten Batola.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024
"Jika dibandingkan dengan angka Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 Batola berada di angka 33,6 persen," ujar Sekda saat Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan Rembuk Stunting Kabupaten Batola, di Banjarmasin, dilaporkan Selasa.
Menurut dia, survei EPPGBM tidak "apple to apple" dengan SSGI yang jadi patokan pemerintah pusat.
"Namun, kita tidak berbicara data lagi. Tapi lebih fokus apa kita lakukan dan perbaikan ke depan," ucapnya.
Teori intervensi sensitif dan spesifik, telah dipahami tapi masih ada yang perlu dikuatkan, sehingga penurunan stunting di Batola terjadi seperti yang diharapkan.
"Menghadapi bonus demografi di mana jumlah penduduk Indonesia 70 persennya dalam usia produktif dan Indonesia Emas Tahun 2045, memacu seluruh pemangku kebijakan tidak terkecuali Pemkab Batola untuk bekerja keras menghasilkan generasi sehat bebas dari stunting," tegasnya.
Zulkipli selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) memaparkan, data rekap stunting per kecamatan hingga data alokasi anggaran kegiatan posyandu tingkat desa/kelurahan berkaitan erat dengan fasilitas kesehatan.
Dia meminta, Tim Penurunan Stunting (TPS) tingkat kecamatan harus lebih bergerak dan meningkatkan kepedulian terhadap penanganan di posyandu.
Selain itu, dia juga apresiasi capaian penimbangan tertinggi posyandu di Kecamatan Anjir Pasar dan Anjir Muara.
"Mengutip ungkapan Albert Einstein insanity : doing the same thing over and over again and expecting different results," tandasnya.
Dalam acara tersebut, Zulkipli juga memotivasi Satgas TPPS terus mengupayakan perbaikan dan mengevaluasi apa yang sudah dilakukan untuk meraih keberhasilan penurunan stunting di Batola.
Dalam acara tersebut, Kepala Diskominfo Batola Hery Sasmita menyampaikan perkembangan penggunaan aplikasi pemantauan stunting 'Lantingkuu Batola' telah digunakan 387 kader posyandu untuk pelaporan data pemeriksan anak.
"Harapannya aplikasi Lantingkuu Batola digunakan dalam rangka kemudahan pemantauan angka stunting melalui handphone, sehingga siapa saja tahu perkembangan stunting," ujarnya.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Batola Furqan mengatakan, Pemkab Batola terus melaksanakan rembuk stunting di 17 kecamatan, dilaksanakan dari Februari hingga Maret Tahun 2024.
Furqan menjelaskan, rembuk stunting dilaksanakan untuk membangun kesepakatan dan komitmen bersama antara Pemkab Batola, stakeholder dan masyarakat dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Pada rapat koordinasi tersebut juga dihadiri Asisten, Staf Ahli, Kepala SKPD, Camat, Kepala Puskesmas, Kepala KUA, Baznas dan penyuluh KB se-Kabupaten Batola.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024