Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Pemprov Kalsel) melalui Dinas Perkebunan dan Peternakan Disbunnak) setempat terus mengembangkan empat program prioritas perkebunan dan peternakan di Kalimantan Selatan.
Pada acara sosialisasi program perkebunan dan peternakan yang berlangsung di aula Disbunnak Kalsel Banjarbaru, Selasa, di sampaikan, keberlanjutan program prioritas tersebut, sebagai upaya meningkatkan produktifitas perkebunan dan peternakan dari hulu hingga ke hilir.
Baca juga: Program OVOC Adaro-IPB terapkan biosekuriti peternakan
“Kita berusaha mengembangkan produksi daging sapi, karet, kopi dan itik menjadi program prioritas Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor tahun ini,” kata Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel, Suparmi.
Didampingi Kepala Biro Administrasi Pimpinan (Adpim) Setdaprov Berkatullah dan Kepala Dinas Kominfo Kalsel, M Muslim, Suparmi mengungkapkan langkah pengembangan itu dilakukan mengingat Kalsel menjadi salah satu penyangga pangan untuk Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur.
Lebih lanjut Suparmi menjelaskan, program pertama Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma (SISKA KUINTIP), merupakan program yang digagas Gubernur Sahbirin atau Paman Birin untuk melakukan percepatan swasembada sapi potong di banua.
“Paman Birin sangat konsen untuk Kalsel swasembada sapi potong, implementasi Siska Ku Intip sudah dilaksanakan pada tujuh klaster areal kelapa sawit yang telah menggunakan pagar elektrik, sedangkan yang sudah berkomitmen ada 22 perusahaan perkebunan kelapa sawit,” kata Suparmi.
Suparmi mengakui, Siska Ku Intip kini berkembang pesat dari sebelumnya hanya tujuh klaster, sekarang tumbuh menjadi 32 klaster di banua ini menjadi pusat pengembangan sapi potong dengan target 1.000 ekor sapi.
Sebagaimana diketahui, kata Suparmi, saat ini Program Siska Ku Intip merupakan role model pengembangan sapi potong tingkat nasional dan sudah mendapatkan pengakuan dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI.
Program kedua, intensifikasi dan diversifikasi tanaman karet dengan inovasi Bang Sibon Berkaret. Dalam program ini dilakukan pengembangan perkebunan karet dengan pola jarak tanam ganda dan tumpang Sari dengan tanaman pangan.
Baca juga: Dinas Perkebunan dan Peternakan Tabalong distribusikan bantuan sapi ke wilayah utara
“Kalsel dengan 270 ribu hektar areal kebun karet dan sebagian besar perkebunan rakyat sekitar 90 persen sudah memiliki 229 UPPB (unit pengolahan dan pemasaran bokar),” kata Suparmi.
Keberadaan UPPB untuk meningkatkan kualitas produksi karet sekaligus meningkatkan kesejahteraan pekebun karet, karena harga dan mutu yang terjaga.
Program ketiga, inovasi bang Kodim yaitu pengembangan tanaman kopi terintegrasi. “Kalsel memiliki potensi pengembangan tanaman kopi guna memenuhi kebutuhan akan produksi kopi lokal,” katanya.
Menurut Suparmi, tumbuhnya coffeeshop di banua seperti munculnya jamur di musim hujan.
Kebutuhan kopi sangat tinggi dan saat ini luasan kebun kopi baru 2.800 hektar. Produksi baru 1.500 ton pertahun sedangkan kebutuhanya jauh lebih dari itu.
Program lainnya pengembangan itik di lahan rawa dengan inovasi yang dinamakan “Siti Hawalari”.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
Pada acara sosialisasi program perkebunan dan peternakan yang berlangsung di aula Disbunnak Kalsel Banjarbaru, Selasa, di sampaikan, keberlanjutan program prioritas tersebut, sebagai upaya meningkatkan produktifitas perkebunan dan peternakan dari hulu hingga ke hilir.
Baca juga: Program OVOC Adaro-IPB terapkan biosekuriti peternakan
“Kita berusaha mengembangkan produksi daging sapi, karet, kopi dan itik menjadi program prioritas Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor tahun ini,” kata Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel, Suparmi.
Didampingi Kepala Biro Administrasi Pimpinan (Adpim) Setdaprov Berkatullah dan Kepala Dinas Kominfo Kalsel, M Muslim, Suparmi mengungkapkan langkah pengembangan itu dilakukan mengingat Kalsel menjadi salah satu penyangga pangan untuk Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur.
Lebih lanjut Suparmi menjelaskan, program pertama Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma (SISKA KUINTIP), merupakan program yang digagas Gubernur Sahbirin atau Paman Birin untuk melakukan percepatan swasembada sapi potong di banua.
“Paman Birin sangat konsen untuk Kalsel swasembada sapi potong, implementasi Siska Ku Intip sudah dilaksanakan pada tujuh klaster areal kelapa sawit yang telah menggunakan pagar elektrik, sedangkan yang sudah berkomitmen ada 22 perusahaan perkebunan kelapa sawit,” kata Suparmi.
Suparmi mengakui, Siska Ku Intip kini berkembang pesat dari sebelumnya hanya tujuh klaster, sekarang tumbuh menjadi 32 klaster di banua ini menjadi pusat pengembangan sapi potong dengan target 1.000 ekor sapi.
Sebagaimana diketahui, kata Suparmi, saat ini Program Siska Ku Intip merupakan role model pengembangan sapi potong tingkat nasional dan sudah mendapatkan pengakuan dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI.
Program kedua, intensifikasi dan diversifikasi tanaman karet dengan inovasi Bang Sibon Berkaret. Dalam program ini dilakukan pengembangan perkebunan karet dengan pola jarak tanam ganda dan tumpang Sari dengan tanaman pangan.
Baca juga: Dinas Perkebunan dan Peternakan Tabalong distribusikan bantuan sapi ke wilayah utara
“Kalsel dengan 270 ribu hektar areal kebun karet dan sebagian besar perkebunan rakyat sekitar 90 persen sudah memiliki 229 UPPB (unit pengolahan dan pemasaran bokar),” kata Suparmi.
Keberadaan UPPB untuk meningkatkan kualitas produksi karet sekaligus meningkatkan kesejahteraan pekebun karet, karena harga dan mutu yang terjaga.
Program ketiga, inovasi bang Kodim yaitu pengembangan tanaman kopi terintegrasi. “Kalsel memiliki potensi pengembangan tanaman kopi guna memenuhi kebutuhan akan produksi kopi lokal,” katanya.
Menurut Suparmi, tumbuhnya coffeeshop di banua seperti munculnya jamur di musim hujan.
Kebutuhan kopi sangat tinggi dan saat ini luasan kebun kopi baru 2.800 hektar. Produksi baru 1.500 ton pertahun sedangkan kebutuhanya jauh lebih dari itu.
Program lainnya pengembangan itik di lahan rawa dengan inovasi yang dinamakan “Siti Hawalari”.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023