Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengapresiasi langkah cepat dan nyata PLN yang sudah mampu memproduksi "Green Hydrogen" melalui Green Hydrogen Plant (GHP) pertama di Indonesia.
 
Berlokasi di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang, Jakarta. Bahkan GHP yang dikembangkan melalui "subholding" PLN Nusantara Power mampu memproduksi hingga 51 juta ton hidrogen per tahun.

Baca juga: PLN wujudkan "senyum" satu desa di Tabalong
 
Keterangan tertulis Humas PT PLN UID Kalselteng di Banjarbaru, Senin, apresiasi tersebut disampaikan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi saat peresmian GHP.
 
"PLN miliki cara paling cepat untuk menghasilkan green hydrogen dan kehadiran GHP menjadi sebuah inisiasi yang baik untuk mendukung upaya pengembangan energi bersih di Indonesia," ujar Yudo.
 
Menurut Yudo, awalnya berpikir untuk bisa menghasilkan hidrogen hijau butuh waktu lama, memakai panas bumi, solar panel, ternyata inovasi yang dilakukan PLN mampu mempercepat produksi "green hydrogen" di Indonesia.
 
Yudo menjelaskan hidrogen hijau merupakan "game changer" terhadap tantangan transisi energi. Ke depan, penggunaan hidrogen hijau sebagai bahan bakar alternatif tentunya akan dibutuhkan banyak industri.
 
Disebutkan Yudo, pemerintah tahun ini lewat Kementerian ESDM tengah merampungkan peta jalan hidrogen nasional. Lewat langkah akseleratif PLN dalam membuat GHP pertama itu menjadi bukti dan penguat dari peta jalan strategi hidrogen nasional.

"Tahun ini kita finalisasi nasional hydrogen strategy. Semoga bisa segera kita keluarkan. Alhamdulillah PLN sudah mendahului strategi ini. Sebelum bukunya keluar, sudah ada buktinya dulu," tutur Yudo.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan peresmian GHP pertama di Indonesia adalah buah komitmen PLN mendukung upaya pemerintah dalam melakukan transisi energi dan ke depan, green hydrogen menjadi energi alternatif.

Baca juga: PLN imbau masyarakat tidak bermain layang-layang dekat kabel listrik bertegangan
 
"Hari ini menjadi bukti, we walk the talk bahwa komitmen diwujudkan dalam bentuk nyata. Ke depan GHP akan dikembangkan di pembangkit pembangkit khususnya yang sejenis, sehingga produksinya bisa semakin besar," ucap Darmawan.
 

Darmawan menambahkan GHP yang dikembangkan PLN Nusantara Power (NP) merupakan hasil inovasi PLN dalam menjawab tantangan transisi energi dengan memaksimalkan aset yang ada. Inovasi terus akan dilakukan untuk menghasilkan nilai tambah bagi negara dan perusahaan.
 
"Kami melihat potensi hydrogen plant yang bisa menghasilkan green hydrogen mampu memberikan nilai tambah dan prospek pengembangan bisnis ke depan," ujar Darmawan.
 
Direktur Utama PLN NP Ruly Firmansyah merinci korporasinya telah menghasilkan grey hydrogen dari hydrogent plant yang telah beroperasi. Namun, penggunaan solar PV dan didukung Renewable Energy Certificate (REC), PLN NP memiliki GHP pertama di Indonesia.
 
Memanfaatkan beberapa electrolyzer dengan konsumsi daya 2.795 Megawatt Hour (MWh) per tahun, PLN NP mampu menghasilkan 100 persen hidrogen hijau sebesar 51 ton per tahun.
 
"Melalui pemanfaatan PLTS yang telah terpasang di PLTGU Muara Karang, kami menjadikan hidrogen ini berjenis hijau dan bebas emisi CO2, jadi hidrogen hijau ini murni 100 persen dari EBT," tegas Rully.
 
Dikatakan, melalui upaya itu, PLN NP mampu menghasilkan bahan baku alternatif bagi sektor industri yang bergerak ke arah industri hijau dan PLN NP juga akan mengembangkan "green hydrogen storage" yang bisa menyimpan hasil hidrogen hijau ini sehingga bermanfaat.

Baca juga: PLN gandeng Bank BSI tingkatkan kualitas pelayanan pelanggan
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo (kiri), Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yudo Dwinanda Priaadi dan Direktur Utama PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah memutar valve sebagai tanda diresmikannya Green Hydrogen Plant pertama di Indonesia. (ANTARA/HO-PLN UID Kalselteng)

Pewarta: Yose Rizal

Editor : Taufik Ridwan


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023