Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan Mahrus Aryadi mengatakan 235 hektare kawasan konservasi terbakar sehingga berimbas kepada habitat satwa liar yang hidup di hutan.
"Sekecil apapun kebakaran hutan di kawasan konservasi tentu berimbas kepada habitat satwa yang hidup di kawasan tersebut, terutama jika terjadi pada blok perlindungan," ungkapnya dikonfirmasi ANTARA di Rantau, Senin.
Baca juga: BKSDA Kalsel : Perkebunan sawit gerus habitat Beruang Madu di Tapin
Mahrus mengungkapkan sepanjang musim kemarau ini kawasan hutan yang terbakar itu yakni di Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Bumbu.
Dari semua catatan ini, kata Mahrus, terparah peristiwa kebakaran di Cagar Alam Teluk Kelumpang, Tanah Bumbu, area yang terbakar seluas 70 hektare dan di kawasan Suaka Margasatwa Pleihari Sebuhur seluas 40 hektare.
Baca juga: Buru Beruang Madu lain di Tapin, BKSDA Kalsel tetap pasang perangkap
Ia katakan, jika dibandingkan luas hutan konservasi di Kalimantan Selatan angka 235 hektare tersebut terbilang masih kecil, namun demikian tetap menjadi perhatian serius karena menyangkut keberlangsungan satwa liar dilindungi.
Baca juga : Hutan konservasi terbakar, BPBD Tapin-Kalsel: Tak ada bekantan mati
"Luas kawasan konservasi di Kalimantan Selatan mencapai 95 ribu hektare lebih. Tetapi ini (kebakaran) harus menjadi perhatian karena berdampak pada habitat dan satwa di dalamnya," ungkap Mahrus.
Keseriusan BKSDA dalam penanganan kebakaran ini, kata Mahrus, yakni pihaknya menguatkan sinergitas dengan berbagai pihak, misalnya masyarakat peduli api (MPA).
Terang Mahrus, BKSDA yang memiliki konsentrasi khusus untuk bekantan (Nasalis larvatus) dalam waktu dekat akan melakukan pengecekan ke lokasi konservasi bekantan yang dikelola PT Antang Gunung Meratus (AGM) yang baru ini terdampak kebakaran.
Baca juga: BKSDA Kalsel kembangkan temuan 22 ekor "Cukakah" rentan punah
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
"Sekecil apapun kebakaran hutan di kawasan konservasi tentu berimbas kepada habitat satwa yang hidup di kawasan tersebut, terutama jika terjadi pada blok perlindungan," ungkapnya dikonfirmasi ANTARA di Rantau, Senin.
Baca juga: BKSDA Kalsel : Perkebunan sawit gerus habitat Beruang Madu di Tapin
Mahrus mengungkapkan sepanjang musim kemarau ini kawasan hutan yang terbakar itu yakni di Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Bumbu.
Dari semua catatan ini, kata Mahrus, terparah peristiwa kebakaran di Cagar Alam Teluk Kelumpang, Tanah Bumbu, area yang terbakar seluas 70 hektare dan di kawasan Suaka Margasatwa Pleihari Sebuhur seluas 40 hektare.
Baca juga: Buru Beruang Madu lain di Tapin, BKSDA Kalsel tetap pasang perangkap
Ia katakan, jika dibandingkan luas hutan konservasi di Kalimantan Selatan angka 235 hektare tersebut terbilang masih kecil, namun demikian tetap menjadi perhatian serius karena menyangkut keberlangsungan satwa liar dilindungi.
Baca juga : Hutan konservasi terbakar, BPBD Tapin-Kalsel: Tak ada bekantan mati
"Luas kawasan konservasi di Kalimantan Selatan mencapai 95 ribu hektare lebih. Tetapi ini (kebakaran) harus menjadi perhatian karena berdampak pada habitat dan satwa di dalamnya," ungkap Mahrus.
Keseriusan BKSDA dalam penanganan kebakaran ini, kata Mahrus, yakni pihaknya menguatkan sinergitas dengan berbagai pihak, misalnya masyarakat peduli api (MPA).
Terang Mahrus, BKSDA yang memiliki konsentrasi khusus untuk bekantan (Nasalis larvatus) dalam waktu dekat akan melakukan pengecekan ke lokasi konservasi bekantan yang dikelola PT Antang Gunung Meratus (AGM) yang baru ini terdampak kebakaran.
Baca juga: BKSDA Kalsel kembangkan temuan 22 ekor "Cukakah" rentan punah
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023