Kandangan, (Antaranews Kalsel) - Dodol Kandangan merupakan kuliner khas dan lezat dari Kota Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan,.

Terdapat Lima Puluhan orang pengusaha Dodol Kandangan yang terpusat di Desa Telaga Bidadari, Sungai Raya, Kandangan.

Sepanjang  jalan provinsi yang melewati kota Kandangan dan sekitarnya akan ditemui banyak papan nama ataupun spanduk di  kios, warung ataupun rumah makan yang menawarkan kuliner dodol asli Kandangan sekaligus nama pengusaha yang memproduksinya.

Salah satu sentra pengolahan dodol Kandangan yaitu "Dodol Mama Alfi" yang beralamat di RT. 1 RW. 2 Kecamatan Sungai Raya, merupakan usaha keluarga yang diwariskan turun temurun sejak tahun 1988, sentra ini memperkerjakan 28 orang yang merupakan kerabat dan warga sekitar.

Pemilik sentra pengolahan dodol Kandangan "Mama Alfi" Hamdanah menuturkan, sudah beragam rasa dodol yang dibuat disentra miliknya seperti dodol kacang, kelapa, kasirat atau kelapa goreng ataupun durian yang terjamin kualitas rasa dan kesehatannya karena diulah dengan bahan alami tanpa bahan pengawet.

"Dodol dijual  dengan harga terjangkau dari harga Rp2 ribu, Rp4 ribu hingga yang paling besar bentuknya Rp9 ribu dipasarkan untuk konsumsi warga lokal hingga ke Kalimantan Timur",ujarnya.

Ada pembeli yang langsung mengambil ke sentra, sementara untuk pesanan di luar daerah biasanyan diantarkan., Permintaan dodol Kandangan biasanya meningkat ketika tahun baru, hari raya Islam ataupun liburan nasional, penjualan di sentra ini mencapai omset puluhan juta rupiah per bulan.

Diungkapkanya, rahasia kelezatan dan kekhasan dodol asli Kandangan tak terlepas dari bahan alami yang digunakan seperti kelapa, ketan, gula aren atau merah dan gulla pasir, untuk bahan buah kelapa juga tidak boleh terlalu tua agar didapat lebih banyak santannya.

"Buah kelapa didatangkan juga dari Sampit karena kurangnya pasokan dari buah lokal, makin banyak santannya tentu rasanya lebih enak dan tidak menggunakan banyak tepung agar kekhasan rasa tidak berubah",ujarnya.

Selain bahan baku alami pembuatan dodol yang dijaga keasliannya proses pembuatan dodol ternyata juga membutuhkan waktu lama, ketekunan dan kesabaran karena proses panjang mulai dari pengolahan buah kelapa termasuk pemarutan, peremasan santan yang membutuhkan waktu dua jam, proses memasak dodol yang membutuhkan waktu per kawah 4 jam  hingga pengemasannya.

Produksi disentra ini rata-rata perhari mengolah dodol sebanyak tiga kawah, satu kawah menghasilkan kurang lebih 50 kilo dodol atau total 150 kilo dengan upah masak per kawah Rp50 Ribu, bila permintaan meningkat pada waktu tertentu misal hari raya bisa mencapai 4 hingga 5 kawah per hari produksi.

Hj Hamdanah mengharapkan, agar ada bantuan mesin pengadok dodol baik dari Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindagkop) dan UKM HSS, menurutnya bantuan ini penting untuk membantu para pembuat dodol dalam pengolahan yang lebih efektif dan hemat biaya.

Ditambahkannya mesin pengaduk dodol pernah dilihatnya sudah ada di Rantau,  Kabupaten Tapin dan pihaknya sudah mencoba kemudahan dan kepraktisan alat dimaksud, pihaknya bermaksud meminjam mesin tersebut untuk diuji cobakan membuat dodol kandangan namun tidak dijinkan pemilik mesin.

Sementara itu, Kabid UKM Disperindagkop dan UKM HSS Sumarsono menjelaskan memang pernah ada masukan permintaan bantuan alat pengaduk bahan dodol, namun , ada perbedaan khas dodol Kandangan dengan dodol di daerah lain ,karena gula aren yang digunakan maka ketika masak dodol akan tetap basah serta untuk menjaga kekhasan rasa lebih baik dimasak atau diolah secara tradisional.

"Sesuai arahan pimpinan dan menjaga keaslian rasa dan kekhasannya kita tetap menyarankan dimasak secara tradisional," katanya.

Contoh dodol Garut hasil akhir olahannya kering karena menggunakan susu dan gula pasir sementara dodol kandangan akan tetap  basah dan memiliki rasa yang khas karena dari  kelapa, gula aren atau gula merah kalau pola masak berubah tentu akan mempengaruhi kekhasan rasa dodol.

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016