Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meminta Bulog Devisi Regional Kalimantan Selatan tidak lagi mengambil beras sejahtera (restra) yang sebelumnya disebut beras miskin (raskin) dari Sulawesi Selatan karena membuat biaya operasional membengkak.

"Saya meminta mulai tahun depan Bulog Kalsel tidak lagi mengambil beras dari Sulawesi Selatan, karena membuat biaya operasional, terutama biaya angkut membengkak," kata Amran di Banjarmasin Rabu.

Menurut dia, Kalimantan Selatan kini telah mampu surplus beras, sehingga seharusnya tidak ada alasan bagi Bulog untuk mendatangkan beras dari daerah lain.

"Manajemen Bulog untuk penghimpunan beras petani harus dibenahi, sehingga petani memilih menjual gabahnya ke Bulog dari pada ke tengkulak," katanya.

Apalagi, tambah dia, Kalsel kini juga menyuplai beras untuk dua provinsi lainnya, yaitu Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, sehingga Bulog harus bisa meningkatkan penghimpunan beras petani di daerah sendiri.

Misalnya saja, tambah dia, Bulog membeli dan menggiling sendiri gabah dari petani, sehingga harga yang diberikan tidak terlalu jauh dengan harga dari pedagang atau tengkulak.

"Kalau Kalsel kini telah surplus produksi beras, sehingga tidak perlu mengambil beras dari daerah lain, berbeda dengan Kaltim, yang memang minus produksi padinya," katanya.

Kepala Dinas Pertanian Kalimantan Selatan Fathurrahman mengatakan, tahun 2016 ini, diperkirakan Kalsel akan surplus beras hingga 800 ribu ton, atau naik dibanding tahun sebelumnya sebesar 700 ribu ton.

Surplus beras tersebut, tambah dia, setelah pihaknya menaikkan target produksi padi pada 2016 nebhadu 2,38 juta ton naik dibanding 2015 yang hanya sekitar 2 juta ton.

"Saya optimistis, target tahun ini tercapai, karena hingga kini produksi kita telah mencapai 2,32 juta ton," katanya.

Kedatangan menteri Pertanian ke Kalimantan Selatan, dalam rangka menghadiri rapat koordinasi pengembangan produksi pertanian padi, jagung dan kedelai, Kalimantan Selatan di Aula Korem 101 Antasari Banjarmasin.

Menurut Andi, potensi lahan pertanian di Kalimantan masih cukup besar, sehingga harus terus dikembangkan dengan berbagai cara dan sistem yang tepat.

"Seperti di Kalimantan Selatan, terdapat lahan seluas 150 ribu hektare, yang kini masih panen satu kali dalam satu tahun, dan potensi tersebut akan kita genjot menjadi dua kali satu tahun," katanya.

Menurut Amran, saat ini, Sumatera Selatan telah mampu meningkatkan produksi padi hingga satu juta ton, setelah seluruh pihak terkait fokus untuk mengembangkan sektor ini.

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016