Bukit Matang Keladan yang berada di Desa Tiwingan, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan merupakan salah satu situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional.
 
Situs yang dianggap "Menara" untuk memandang keindahan alam di wilayah Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam yang dibawahnya tergambar danau indah.
 
Danau yang merupakan sebuah waduk buatan yang salah satunya berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga air diresmikan pada tahun 1973.
 
Keindahan alam perbukitan dan pegunungan juga bisa diliat jelas dari Matang Keladan yang menjadi salah satu situ dari 54 situs Geopark Pegunungan Meratus yang ditetapkan menjadi Geopark "Tanam Bumi" Nasional pada 2018.
 
Matang Keladan jadi bagian untuk diajukan ke UNESCO Global Geopark (UGGp), karenanya kini dikelola dengan serius.
 
Badan Pengelola Geopark Pegunungan Meratus dan Pemprov Kalsel serta Pemerintah Kabupaten Banjar memberikan perhatian tinggi untuk kelestarian alam di Bukit Matang Keladan.
 
Bukit Matang Keladan yang kini cukup dikenal masyarakat tersebut, ditetapkan sebagai situs Geopark Pegunungan Meratus dari sisi Timur.
 
Rute Timur Geopark Pegunungan Meratus ini bertema "Pelayaran mengesankan menembus sejarah bumi dan manusia".
Pemandangan dari bukit Matang Keladan, situs Geopark Pegunungan Meratus. (ANTARA/HO-BP Geopark Meratus)
 
Jadi Objek Wisata
 
Bukit Matang Keladan kini cukup dikenal masyarakat, hingga banyak yang ingin berkunjung ke sana.
 
Bukit Matang Keladan tidak begitu jauh dari Ibu Kota Provinsi Kalsel, Kota Banjarbaru, yakni, sekitar 28 kilometer.
 
Berwisata ke Bukit Matang Keladan bisa ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak, atau menggunakan jasa ojek yang dikelola masyarakat sekitar.
 
Bahkan kini, objek wisata Bukit Matang Keladan tersebut dikelola oleh swadaya masyarakat, yakni, melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
 
Menurut salah satu pengurus Pokdarwis Matang Keladan H Amat, objek wisata Bukit Matang Keladan dirintis sekitar 10 tahun yang lalu.
 
"Masyarakat yang membuka objek wisata itu awalnya," ujarnya.
 
Membuat jalan untuk bisa menuju ke arah bukit itu, termasuk menentukan titik-titik terbaik untuk memandang keindahan alam dan swafoto.
 
Perkembangan selanjutnya, perhatian pemerintah terhadap kemajuan objek wisata Bukit Matang Keladan diberikan, yakni, adanya beberapa tempat santai atau gazebo dibangunkan.
 
"Ada lima gazebo di sana dari bantuan pemerintah provinsi," ujar H Amat.
 
Sedangkan hotspot untuk bisa memandang keindahan alam dan swafoto di sana ada sekitar 10 titik.
 
Menurut dia, wisatawan bisa berpetualang berjalan kaki untuk menguji lokasi itu sekitar 30 menit atau menggunakan jasa ojek sekitar 10 menit sampai dengan harga Rp20 ribu sekali jalan.
 
"Untuk biaya masuk ke lokasi wisata itu dipungut Rp10 ribu per orang, ini bagian dari pendapatan desa," ujarnya.
 
Dia menyampaikan, bahwa tempat wisata tersebut dijaga dengan baik masyarakat, karena sadar adanya wisata ini memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat juga kemajuan desa.
 
Apalagi Bukit Matang Keladan sudah ditetapkan salah satu situs Geopark Meratus, hingga pengawasan kelestariannya ditingkatkan.
 
Tentunya yang terpenting itu masyarakat atau pengunjung menjaga kebersihan, tidak melakukan hal-hal yang merusak lingkungan, juga tetap berprilaku sopan atau tidak melakukan hal yang tercela.
 
Harapannya dengan sudah ditetapkannya Bukit Matang Keladan menjadi salah satu situs Geopark Pegunungan Meratus ini, pemerintah selalu membantu kemajuan pariwisata tersebut untuk dipromosikan secara nasional.
Pemandangan dari bukit Matang Keladan, situs Geopark Pegunungan Meratus. (ANTARA/HO-BP Geopark Meratus)
 
Geopark
 
Keindahan dan kekayaan alam pegunungan Meratus merupakan suatu gambaran lukisan yang sangat indah.
 
Maratus adalah suatu gugusan pegunungan yang terbentuk Timurlaut--Baratdaya, serta menjadi bagian dari atap Kalimantan dan Kalimantan Selatan.
 
Kawasan ini menjadi surga keragaman hayati (flora dan fauna yang unik dan khas) seperti tempat tumbuh tanaman hutan hujan tropis yang berfungsi sebagai paru-paru dunia.
 
Serta menyerap karbon dan menghasilkan oksigen, serta menjadi hulu atau mata air ratusan sungai di Kalimantan Selatan. 
 
Pegunungan Meratus juga sumber kehidupan suku Dayak di pedalaman dan suku Banjar di kaki pegunungan Meratus dengan kearifan kebudayaan yang tinggi.
 
Pegunungan Meratus terbentuk pada kisaran umur 150--200 juta tahun lalu atau sekitar zaman Jura sampai Kapur Awal/Bawah.
 
Batu-batuan yang hadir di kawasan ini seperti uraian penjelasan buku sejarah yang siap untuk dibaca dan dipelajari.
 
Lukisan bentangan yang sangat indah diwujudkan dengan keragaman geologi yang menghasilkan keindahan alam yang luar biasa.
 
Hutan hujan tropis yang masih asri sangat berperan dalam menjaga stabilitas iklim baik lokal, nasional maupun internasional.
 
Keindahan keanekaragaman biologi yang lengkap serta kehadiran spesies endemik yang ditemui ditempat lain di dunia.
 
Geopark Pegunungan Meratus telah ditetapkan menjadi Geopark Nasional pada 29 November 2018 dan menjadi Geopark pertama di Kalimantan, karena memiliki keanekaragaman warisan geologi, budaya dan sosial yang bernilai nasional internasional.
 
Kawasan pegunungan Maratus mempunyai luas sekitar 9,113.48 km2 (25 persen luas wilayah daratan Kalimantan Selatan) dengan puncak tertinggi sekitar 1.901 mdpl (meter di atas permukaan laut).
 
Geopark Meratus menyimpan berbagai cerita, mitos dan legenda misteri besar dan unik.
 
Tradisi dan budaya masyarakat setempat, suku Banjar dan Dayak merupakan dua saudara yang melebur dalam simponi yang indah.
 
Balutan tradisi Pasar Terapung dan keseharian masyarakat Banjar, ritual magis suku Dayak dilakukan di balai adat mereka. Mereka tetap teguh melestarikan bumi dan keanekaragamannya.
Pemandangan dari bukit Matang Keladan, situs Geopark Pegunungan Meratus. (ANTARA/HO-BP Geopark Meratus)
 
 
 

Pewarta: Sukarli

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023