Bank sampah Anggrek di Kelurahan Sulingan Kabupaten Tabalong membagikan uang nasabah dari hasil penjualan sampah selama satu tahun.
Direktur Bank sampah Anggrek Tuti Mardiani mengatakan pembagian uang nasabah rutin dibagikan tiap bulan ramadhan kepada nasabah yang aktif menabung hasil penjualan berbagai jenis sampah.
Baca juga: Kalsel perbanyak bank sampah lestarikan Sungai Martapura
"Tahun ini omset bank sampah mencapai Rp800 ribu dan kita bagikan kepada 17 nasabah yang aktif," jelas Tuti di Tabalong, Minggu.
Uang yang diterima nasabah memang tidak terlalu besar mulai dari Rp80 ribu hingga Rp250 ribu namun ini satu upaya mengurangi volume sampah anorganik di lingkungan permukiman.
Mulai dari botol bekas, kaleng, kardus, minyak jelantah hingga aneka sampah lainnya secara rutin dikirim para nasabahnya untuk dijual ke pengumpul.
Baca juga: PT BGN berdayakan masyarakat terkait bank sampah
Untuk minyak jelantah kini harganya mencapai Rp4.000 per liter, botol dan kaleng bekas cat Rp3.000 per kilonya.
"Kita juga menerima kiriman sampah dari para siswa sekitar bank sampah dan langsung kita bayar," tambah Tuti.
Untuk para nasabah bank sampah yang mulai eksis mengelola barang bekas sejak 2016 selain menerima uang hasil penjualan selama satu tahun, juga menerima paket sembako.
Bank sampah yang dikelola Tuti bersama pengurus lainnya merupakan binaan Yayasan Adaro Bangun Negeri dan menjadi bagian dalam penilaian atas konsistensi dan komitmen tinggi dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan oleh Pemprov Kalsel serta penilaian adipura.
Bank sampah kini bekerjasama dengan pihak pengumpul KBH Permata selaku bank sampah induk untuk menjual sampah yang sudah dipilah.
Baca juga: Pemkab Tabalong beri penghargaan bank sampah terbaik
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
Direktur Bank sampah Anggrek Tuti Mardiani mengatakan pembagian uang nasabah rutin dibagikan tiap bulan ramadhan kepada nasabah yang aktif menabung hasil penjualan berbagai jenis sampah.
Baca juga: Kalsel perbanyak bank sampah lestarikan Sungai Martapura
"Tahun ini omset bank sampah mencapai Rp800 ribu dan kita bagikan kepada 17 nasabah yang aktif," jelas Tuti di Tabalong, Minggu.
Uang yang diterima nasabah memang tidak terlalu besar mulai dari Rp80 ribu hingga Rp250 ribu namun ini satu upaya mengurangi volume sampah anorganik di lingkungan permukiman.
Mulai dari botol bekas, kaleng, kardus, minyak jelantah hingga aneka sampah lainnya secara rutin dikirim para nasabahnya untuk dijual ke pengumpul.
Baca juga: PT BGN berdayakan masyarakat terkait bank sampah
Untuk minyak jelantah kini harganya mencapai Rp4.000 per liter, botol dan kaleng bekas cat Rp3.000 per kilonya.
"Kita juga menerima kiriman sampah dari para siswa sekitar bank sampah dan langsung kita bayar," tambah Tuti.
Untuk para nasabah bank sampah yang mulai eksis mengelola barang bekas sejak 2016 selain menerima uang hasil penjualan selama satu tahun, juga menerima paket sembako.
Bank sampah yang dikelola Tuti bersama pengurus lainnya merupakan binaan Yayasan Adaro Bangun Negeri dan menjadi bagian dalam penilaian atas konsistensi dan komitmen tinggi dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan oleh Pemprov Kalsel serta penilaian adipura.
Bank sampah kini bekerjasama dengan pihak pengumpul KBH Permata selaku bank sampah induk untuk menjual sampah yang sudah dipilah.
Baca juga: Pemkab Tabalong beri penghargaan bank sampah terbaik
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023