Amuntai, (Kalsel.Antaranews) - Mulai terbukanya perdagangan bebas di 10 Negara ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ternyata belum dirasakan dampaknya oleh perajin dan pelaku usaha kecil menegah di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan.


Pelaku usaha Kelompok Usaha Bersama (KUB) Kembang Ilung di Desa Banyu Hirang, Supian Noor justru masih meraup untung dengan adanya pesanan produk kerajinan dari Provinsi Bali yang masih mengalir.

"Tapi ke depan kami dari perajin tidak bisa memprediksi kelangsungan usaha kerajinan yang kami miliki karena terbukanya perdagangan bebas ASEAN," ujar Supian Noor di Amuntai, Rabu.

Supian mengatakan, KUB Kembang Ilung membawahi beberapa kelompok perajinan ilung (eceng gondok) dan anyaman purun yang menjadi binaannya pada kluster Anpulung, namun belum ada keluhan dari para perajin terkait berlakunya pasar bebas ASEAN.

Meski demikian, katanya, perajin berharap pemerintah daerah sudah menyiapkan solusi berupa kebijakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya dampak MEA terhadap kerajinan daerah dan sektor UMKM lainnya.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Hulu Sungai Utara Kaberi mengatakan, kendala perajin dan pelaku UMKM masih berkisar pada permodalan.

"Meski dampak MEA belum dirasakan perajin, namun kita mempersiapkan sektor riil agar kokoh terutama mulai kuat secara permodalan dan pemasaran," katanya.

Aspek permodalan, katanya, juga mendapat perhatian dari Lembaga Penyalur Dana Bergulir (LPDB) yang akan mengucurkan dana bantuan permodalan bagi koperasi dan UMKM di kabupaten/kota termasuk HSU.

Bagi koperasi, paparnya, mendapatkan bantuan permodalan Rp100 juta perkoperasi dan Rp50 juta per-UMKM yang sudah didata dan diusulkan pemda masing-masing melalui Diskoperindag.

"Saat ini kami masih melakukan pendataan, koperasi dan UMKM yang akan diusulkan kepada LPDB untuk mendapatkan bantuan permodalan," kata Kaberi.

Bagi UMKM. lanjutnya juga diberi kemudahan akses mendapatkan pinjaman permodalan keperbankan asal memiliki izin usaha yang bisa diperoleh melalui kantor kecamatan.

Kendala permodalan, terangnya, mengakibatkan perajin sulit menerapkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan studi banding ke luar daerah selama ini.

Kaberi berharap, terbukanya MEA tidak hanya menjadi tantangan bagi perajin dan pelaku UMKM, namun juga bisa menjadi peluang yang membuka kesempatan pemasaran produk yang lebih luas hingga ekspor.

"Kita juga terus berupaya meningkatkan kualitas produk kerajinan dengan memberikan pelatihan dan memotivasi perajin," tuturnya.

Tenaga instruktur didatangkan dari Yogyakarta dan Jawa Barat secara berkala untuk melatih para perajin di Kabupaten HSU./A

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Eddy Abdillah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016