Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan Wagimin mengatakan pihaknya siap memenuhi kebutuhan ekspor produk cabai rawit hiyung apabila ada permintaan.
"Produk siap untuk di MoU kan," ujarnya, kepada ANTARA di Banjarmasin, dilaporkan, Sabtu.
Produk turunan hasil pertanian yang diolah dari Rumah Produksi Cabai Rawit Hiyung ini, berupa abon dan sambel beraneka ragam rasa.
Pada 2021 lalu, tercatat per sekali musim hasil panen sudah mencapai 1.324 ton dari luas tanam 202 hektar, sedangkan rata-rata produktivitas setiap hektar 69 ton.
Era kepemimpinan Bupati Tapin Arifin Arpan hingga sekarang ini pertanian cabai rawit hiyung memang mendapatkan perhatian khusus, hal itu terlihat dari luas tanam dan panen terus meningkat sejak 2013 yang hanya ada 28 hektar.
Dengan capaian produksi, kesiapan petani serta adanya program pemerintah kabupaten untuk memperluas lahan produktif setiap tahun, membuat Wagimin yakin, pihaknya sanggup apabila ada permintaan ekspor itu.
Terbaru ini, dikabarkan ada dari Jepang dan Portugal yang meminta sampel abon cabai rawit hiyung dan sudah dikirim hampir satu tahun lalu. Meskipun belum pasti pertanian Tapin tetap menindaklanjuti itu, misalnya melengkapi syarat sertifikasi lahan.
"Sertifikasi kebun adalah tempat bertanam tidak berpindah-pindah, tidak menggunakan bahan kimia, produksi berkelanjutan, dan lainnya," terangnya.
Ketua Kelompok Tani Karya Baru Junaidi mengatakan sementara ini hasil panen cabai rawit hiyung dipasarkan ke dalam dan luar Kalsel.
"Selama ini pemasaran ada yang ke Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur. Jumlah kirim tidak tentu," ujarnya.
Karena memiliki pamor sebagai cabai terpedas di Indonesia, rawit hiyung memiliki harga yang lebih bagus dibandingkan dengan cabai rawit lainnya.
"Selisih harga Rp5.000-Rp10 ribu," ujarnya.
Perluasan pasar, kata dia, masih terbuka, selain dari dua negara tersebut, juga ada permintaan pengiriman sampel cabai kering oleh perusahaan di Bekasi.
"Kita kirim satu kg untuk sampel uji laboratorium, nanti kalau sudah lulus uji dia minta cabai kering nya 100 kilo per bulan. Masih menunggu kabar," ujarnya.
Sekedar informasi, dibawa oleh Bank Indonesia perwakilan Kalsel saat ini produk olahan cabai rawit hiyung tengah mengikuti pameran bergengsi.
Pameran itu merupakan program akselerasi UMKM berorientasi ekspor (Pamor) Borneo 2022, diselenggarakan 24-28 Agustus di Grand Atrium Mall, Jakarta.
"Bisa ikut di sana, karena cabai rawit hiyung sejak 2015 sudah menjadi binaan BI," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
"Produk siap untuk di MoU kan," ujarnya, kepada ANTARA di Banjarmasin, dilaporkan, Sabtu.
Produk turunan hasil pertanian yang diolah dari Rumah Produksi Cabai Rawit Hiyung ini, berupa abon dan sambel beraneka ragam rasa.
Pada 2021 lalu, tercatat per sekali musim hasil panen sudah mencapai 1.324 ton dari luas tanam 202 hektar, sedangkan rata-rata produktivitas setiap hektar 69 ton.
Era kepemimpinan Bupati Tapin Arifin Arpan hingga sekarang ini pertanian cabai rawit hiyung memang mendapatkan perhatian khusus, hal itu terlihat dari luas tanam dan panen terus meningkat sejak 2013 yang hanya ada 28 hektar.
Dengan capaian produksi, kesiapan petani serta adanya program pemerintah kabupaten untuk memperluas lahan produktif setiap tahun, membuat Wagimin yakin, pihaknya sanggup apabila ada permintaan ekspor itu.
Terbaru ini, dikabarkan ada dari Jepang dan Portugal yang meminta sampel abon cabai rawit hiyung dan sudah dikirim hampir satu tahun lalu. Meskipun belum pasti pertanian Tapin tetap menindaklanjuti itu, misalnya melengkapi syarat sertifikasi lahan.
"Sertifikasi kebun adalah tempat bertanam tidak berpindah-pindah, tidak menggunakan bahan kimia, produksi berkelanjutan, dan lainnya," terangnya.
Ketua Kelompok Tani Karya Baru Junaidi mengatakan sementara ini hasil panen cabai rawit hiyung dipasarkan ke dalam dan luar Kalsel.
"Selama ini pemasaran ada yang ke Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur. Jumlah kirim tidak tentu," ujarnya.
Karena memiliki pamor sebagai cabai terpedas di Indonesia, rawit hiyung memiliki harga yang lebih bagus dibandingkan dengan cabai rawit lainnya.
"Selisih harga Rp5.000-Rp10 ribu," ujarnya.
Perluasan pasar, kata dia, masih terbuka, selain dari dua negara tersebut, juga ada permintaan pengiriman sampel cabai kering oleh perusahaan di Bekasi.
"Kita kirim satu kg untuk sampel uji laboratorium, nanti kalau sudah lulus uji dia minta cabai kering nya 100 kilo per bulan. Masih menunggu kabar," ujarnya.
Sekedar informasi, dibawa oleh Bank Indonesia perwakilan Kalsel saat ini produk olahan cabai rawit hiyung tengah mengikuti pameran bergengsi.
Pameran itu merupakan program akselerasi UMKM berorientasi ekspor (Pamor) Borneo 2022, diselenggarakan 24-28 Agustus di Grand Atrium Mall, Jakarta.
"Bisa ikut di sana, karena cabai rawit hiyung sejak 2015 sudah menjadi binaan BI," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022