Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan menyebutkan, provinsi ini masih mengimpor kebutuhan sekitar 23 ribu ekor sapi potong setiap tahunnya.

"Kebutuhan sapi potong di provinsi  ini sekitar 50 ribu ekor pertahunnya," kata Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel Suparmi, Rabu.

Menurut dia, peternakan sapi potong di Kalsel dari beberapa kabupaten, seperti Tanah Laut, Barito Kuala, Kabupaten Banjar dan sebagian dari daerah banua enam, hanya sekitar 27 ribu ekor pertahun.

Untuk mengurangi kebutuhan sapi potong impor dari pula Jawa atau dari Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), Pemprov Kalsel mulai menggalakkan penggembalaan sapi di lahan sawit.

Dikatakan Suparmi, ini merupakan program Penerapan Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma atau disingkat Siska Ku Intip.

Di mana program yang sudah mulai berjalan ini didukung para perusahaan besar swasta maupun perusahaan besar negara di sektor perkebunan sawit di daerah ini.

"Bahkan mereka sudah menandatangani kesepakatan di hadapan pa Gubernur kita untuk mendukung program Siska Ku Intip ini," ungkap Suparmi.

Menurut dia, dukungan ini sebagai upaya Kalsel bisa mewujudkan swasembada sapi potong hingga 2024.

Sejauh ini, kata dia, program Siska Ku Intip sudah berjalan di sebanyak tujuh tempat perkebunan sawit, semuanya dikelola petani peternak sapi atau masyarakat.

"Saat ini yang sudah berjalan rata-rata 100 ekor sapi satu titik kluster di perkebunan sawit," ujarnya.

Kedepannya, ujar Suparmi, menjadikan kluster-kluster desa Siska Ku Intip di perkebunan sawit dengan target per kluster menggembala sebanyak 1.000 ekor sapi.
 

Pewarta: Sukarli

Editor : Nurul Aulia Badar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022