Kotabaru, (Antaranews Kalsel) - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan H Cipta Waspada menyatakan, kasus penderita penyakit yang diduga Demam Berdarah Dengue naik sekitar 80 persen dari tahun sebelumnya.
"Banyak faktor yang menyebabkan naiknya jumlah penderita penyakit demam berdarah di Kotabaru," kata Cipta dengan tidak menyebutkan jumlah penderita DBD di Kotabaru secara rinci, Jumat.
Salah satu faktor penyebab naiknya penderita DBD, tingginya mobilitas masyarakat Kotabaru, baik yang berada di perkotaan dan pedesaan.
"Beberapa tahun lalu, kasus penderita DBD hanya bisa dijumpai di daerah tertentu saja. Akan tetapi saat ini hampir semua daerah ada ditemukan penderita yang diduga terjangkit penyakit demam berdarah," tutur dia.
Sulitnya menerapkan program Menguras, Menutup, dan Mengubur (3M), terutama untuk menguras air yang ditemukan jentik nyamuk karena selama musim kemarau, masyarakat Kotabaru kesulitan untuk mendapatkan air bersih, sehingga mereka berhemat untuk menggunakan air bersih, dan tidak mungkin menguras air yang sudah disimpan.
"Program pengasapan atau fogging tidak bisa diandalkan untuk membebaskan masyarakat dari serangan penyakit demam berdarah. Karena nyamuk yang mati karena asap hanya nyamuk dewasa, sementara yang masih berupa jentik masih tetap hidup di tempat-tempat yang bersih," terangnya.
Meski mengalami kendala dalam menekan angka penderita DBD, Dinas Kesehatan Kotabaru bersama satuan kerja perangkat daerah yang lainnya meningkatkan koordinasi untuk melakukan sosialisasi atau yang lainnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi III DPRD Kotabaru Denny Hendro Kurnianto, meminta SKPD terkait untuk fokus dalam mengangani masalah penyebaran penyakit demam berdarah.
"Melihat kondisi di lapangan, penyebaran penyakit DBD di "Bumi Saijaan" sudah menghawatirkan, karena penyakit tersebut sudah menelan korban," jelas dia.
Dikatakan, hingga pertengahan Januari 2016, sedikitnya terdapat 59 pasien positif terserang DBD, dan tiga orang meninggal dunia yang rata-rata masih anak-anak.
Periode 2015 terdapat 104 kasus atau pasien yang positif terkena DBD, namun dari jumlah tersebut terdapat satu korban jiwa (meninggal).
Masih menurut Denny, keberadaan pasien DBD saat ini tersebar di Kecamatan Kelumpang Hulu, Kelumpang Hilir, Pulau Laut Utara dan Sungai Durian. Artinya, tidak terfokus pada satu kawasan saja, tapi sudah menyebar di beberapa daerah.
Dari kondsi tersebut, legislatif menilai sudah menjadi satu kejadian yang luar biasa yang dapat mengancam keselamatan masyarakat, oleh karenanya perlu dilakukan langkah konkret SKPD terkait bersama para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menanggulanginya.
"Bersamaan itu, kami juga mengapresiasi kepada jajaran Dinas Kesehatan yang terus secara intens melakukan pencegahan dan penanggulangan, diantaranya penyemprotan atau fogging ke daerah-daerah yang dinilai rawan menyebarnya nyamuk penyebab DBD," ujar Denny.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
"Banyak faktor yang menyebabkan naiknya jumlah penderita penyakit demam berdarah di Kotabaru," kata Cipta dengan tidak menyebutkan jumlah penderita DBD di Kotabaru secara rinci, Jumat.
Salah satu faktor penyebab naiknya penderita DBD, tingginya mobilitas masyarakat Kotabaru, baik yang berada di perkotaan dan pedesaan.
"Beberapa tahun lalu, kasus penderita DBD hanya bisa dijumpai di daerah tertentu saja. Akan tetapi saat ini hampir semua daerah ada ditemukan penderita yang diduga terjangkit penyakit demam berdarah," tutur dia.
Sulitnya menerapkan program Menguras, Menutup, dan Mengubur (3M), terutama untuk menguras air yang ditemukan jentik nyamuk karena selama musim kemarau, masyarakat Kotabaru kesulitan untuk mendapatkan air bersih, sehingga mereka berhemat untuk menggunakan air bersih, dan tidak mungkin menguras air yang sudah disimpan.
"Program pengasapan atau fogging tidak bisa diandalkan untuk membebaskan masyarakat dari serangan penyakit demam berdarah. Karena nyamuk yang mati karena asap hanya nyamuk dewasa, sementara yang masih berupa jentik masih tetap hidup di tempat-tempat yang bersih," terangnya.
Meski mengalami kendala dalam menekan angka penderita DBD, Dinas Kesehatan Kotabaru bersama satuan kerja perangkat daerah yang lainnya meningkatkan koordinasi untuk melakukan sosialisasi atau yang lainnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi III DPRD Kotabaru Denny Hendro Kurnianto, meminta SKPD terkait untuk fokus dalam mengangani masalah penyebaran penyakit demam berdarah.
"Melihat kondisi di lapangan, penyebaran penyakit DBD di "Bumi Saijaan" sudah menghawatirkan, karena penyakit tersebut sudah menelan korban," jelas dia.
Dikatakan, hingga pertengahan Januari 2016, sedikitnya terdapat 59 pasien positif terserang DBD, dan tiga orang meninggal dunia yang rata-rata masih anak-anak.
Periode 2015 terdapat 104 kasus atau pasien yang positif terkena DBD, namun dari jumlah tersebut terdapat satu korban jiwa (meninggal).
Masih menurut Denny, keberadaan pasien DBD saat ini tersebar di Kecamatan Kelumpang Hulu, Kelumpang Hilir, Pulau Laut Utara dan Sungai Durian. Artinya, tidak terfokus pada satu kawasan saja, tapi sudah menyebar di beberapa daerah.
Dari kondsi tersebut, legislatif menilai sudah menjadi satu kejadian yang luar biasa yang dapat mengancam keselamatan masyarakat, oleh karenanya perlu dilakukan langkah konkret SKPD terkait bersama para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menanggulanginya.
"Bersamaan itu, kami juga mengapresiasi kepada jajaran Dinas Kesehatan yang terus secara intens melakukan pencegahan dan penanggulangan, diantaranya penyemprotan atau fogging ke daerah-daerah yang dinilai rawan menyebarnya nyamuk penyebab DBD," ujar Denny.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016