Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Achmad Rudiansjah menyatakan, belum ada daerah yang diberi status Kejadian Luar Biasa (KLB) serangan nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD).
"Sampai sekarang, belum ada daerah yang dinyatakan KLB DBD, meski sudah ada korban jiwanya akibat DBD ini di sejumlah daerah," ujarnya, di Banjarmasin, Jumat.
Diutarakan dia, sepanjang bulan Januari ini sudah delapan orang yang meninggal dunia akibat DBD, yakni, tiga orang di Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Banjar, Tapin, Barito Kuala (Batola), Tanah Laut (Tala), Tanah Bumbu (Tanbu) yang masing-masing satu orang.
Rudiansjah mengungkapkan, wabah DBD yang dijangkitkan nyamuk Aedes aegypti ini terus diupayakan penanganannya, di mana pihak petugas kesehatan di 13 kabupaten/kota di provinsi ini melakukan langkah intensif turun kelapangan untuk meminta masyarakat waspada.
Utamanya para petugas Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang diminta melakukan intensif sosialisasi pencegahan DBD, termasuk memberikan bubuk abate secara gratis kemasyarakat, paparnya.
Dikatakan dia, masyarakat diminta waspada terhadap DBD ini, utamanya di daerah yang sudah banyak ditemukan kasusnya, yakni, di daerah Hulu Sungai Selatan (HSS) yang mencapai 106 kasus dan Hulu Sungai Tengah (HST) sebanyak 74 kasus.
Kita minta, kalau ada keluarganya yang mengalami demam tinggi, segeralah dibawa ke puskesmas atau rumah sakit, sehingga pertolongan tidak terlambat, " paparnya.
Dan masyarakat, lanjut dia, agar melaporkan kepihak dinas kesehatan setempat kalau daerahnya telah diserang nyamuk demam berdarah, agar bisa dilakukan pembasmian, bisa dengan pogging atau pengasapan.
"Tapi kalau tidak ada kasusnya di daerah itu tidak bisa dilakukan pogging, ini harus diketahui juga oleh masyarakat, sebab bisa membuat kebal nyamuknya nanti, peraturannya kalau positif ada yang diserang baru bisa, terang Rudiansjah.
Dia mengapresiasi ibu kota provinsi, Banjarmasin, yang mengalami penurunan korban DBD sejauh ini, sebab dari laporannya baru warga yang terjangkit DBD itu hanya empat orang.
"Kalau daerah lainnya, itu rata-rata sudah puluhan orang sejauh ini laporannya, ini harus menjadi kewaspadaan bagi daerah yang indemik," paparnya
Selain HSS dan HST, ungkap dia, yang juga cukup tinggi korban DBD itu sesuai data pada 18 Januari 2016 lalu adalah Kotabaru sebanyak 59 kasus, Batola sebanyak 51 kasus, Tanah Laut sebanyak 45 kasus, Tanah Bumbu sebanyak 33 kasus, Tabalong sebanyak 32 kasus.
Selanjutnya, kata dia, Kabupaten Balangan sebanyak 31 kasus, Kota Banjarbaru sebanyak 29 kasus, Kabupaten Banjar sebanyak 25 kasus, Tapin sebanyak 19 kasus, Hulu Sungai Utara (HSU) sebanyak 17 kasus.
"Memang tren peningkatan kasus DBD ini kebiasaan pada Januari hingga Maret di mana terjadi musim hujan yang banyak menimbulkan genangan sebagai tempat berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti ini," terangnya.
Tentunya, kata Rudiansjah, kejadian pada 2015 lalu jangan sampai terulang kembali di tahun ini, di mana kasus DBD di 13 kabupaten/kota jumlahnya mencapai 3.589 kasus, yang memilukannya sebanyak 40 orang menjadi korban jiwa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
"Sampai sekarang, belum ada daerah yang dinyatakan KLB DBD, meski sudah ada korban jiwanya akibat DBD ini di sejumlah daerah," ujarnya, di Banjarmasin, Jumat.
Diutarakan dia, sepanjang bulan Januari ini sudah delapan orang yang meninggal dunia akibat DBD, yakni, tiga orang di Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Banjar, Tapin, Barito Kuala (Batola), Tanah Laut (Tala), Tanah Bumbu (Tanbu) yang masing-masing satu orang.
Rudiansjah mengungkapkan, wabah DBD yang dijangkitkan nyamuk Aedes aegypti ini terus diupayakan penanganannya, di mana pihak petugas kesehatan di 13 kabupaten/kota di provinsi ini melakukan langkah intensif turun kelapangan untuk meminta masyarakat waspada.
Utamanya para petugas Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang diminta melakukan intensif sosialisasi pencegahan DBD, termasuk memberikan bubuk abate secara gratis kemasyarakat, paparnya.
Dikatakan dia, masyarakat diminta waspada terhadap DBD ini, utamanya di daerah yang sudah banyak ditemukan kasusnya, yakni, di daerah Hulu Sungai Selatan (HSS) yang mencapai 106 kasus dan Hulu Sungai Tengah (HST) sebanyak 74 kasus.
Kita minta, kalau ada keluarganya yang mengalami demam tinggi, segeralah dibawa ke puskesmas atau rumah sakit, sehingga pertolongan tidak terlambat, " paparnya.
Dan masyarakat, lanjut dia, agar melaporkan kepihak dinas kesehatan setempat kalau daerahnya telah diserang nyamuk demam berdarah, agar bisa dilakukan pembasmian, bisa dengan pogging atau pengasapan.
"Tapi kalau tidak ada kasusnya di daerah itu tidak bisa dilakukan pogging, ini harus diketahui juga oleh masyarakat, sebab bisa membuat kebal nyamuknya nanti, peraturannya kalau positif ada yang diserang baru bisa, terang Rudiansjah.
Dia mengapresiasi ibu kota provinsi, Banjarmasin, yang mengalami penurunan korban DBD sejauh ini, sebab dari laporannya baru warga yang terjangkit DBD itu hanya empat orang.
"Kalau daerah lainnya, itu rata-rata sudah puluhan orang sejauh ini laporannya, ini harus menjadi kewaspadaan bagi daerah yang indemik," paparnya
Selain HSS dan HST, ungkap dia, yang juga cukup tinggi korban DBD itu sesuai data pada 18 Januari 2016 lalu adalah Kotabaru sebanyak 59 kasus, Batola sebanyak 51 kasus, Tanah Laut sebanyak 45 kasus, Tanah Bumbu sebanyak 33 kasus, Tabalong sebanyak 32 kasus.
Selanjutnya, kata dia, Kabupaten Balangan sebanyak 31 kasus, Kota Banjarbaru sebanyak 29 kasus, Kabupaten Banjar sebanyak 25 kasus, Tapin sebanyak 19 kasus, Hulu Sungai Utara (HSU) sebanyak 17 kasus.
"Memang tren peningkatan kasus DBD ini kebiasaan pada Januari hingga Maret di mana terjadi musim hujan yang banyak menimbulkan genangan sebagai tempat berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti ini," terangnya.
Tentunya, kata Rudiansjah, kejadian pada 2015 lalu jangan sampai terulang kembali di tahun ini, di mana kasus DBD di 13 kabupaten/kota jumlahnya mencapai 3.589 kasus, yang memilukannya sebanyak 40 orang menjadi korban jiwa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016