Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan mengklaim kasus angka kematian ibu (AKI) di daerah banua enam mengalami penurunan hingga saat ini tersisa 25 kasus.
"Angka kematian ibu di daerah banua enam terjadi penurunan cukup signifikan, ini kemajuan yang luar biasa," ucap Kabid Pelayanan Kesehatan Diskes Provinsi Nor Ali Purnama, Jumat.
Menurut dia, penemuan kasus angka kematian ibu di daerah Banua Enam yang meliputi Kabupaten Tapin sebanyak 5 kasus, Hulu Sungai Selatan (HSS) 4 kasus, Hulu Sungai Tengah (HST) 4 kasus, Hulu Sungai Utara (HSU) 2 kasus, Tabalong 5 kasus, dan Balangan 5 kasus.
"Yang sangat signifikan mengalami penurunan kasusnya ini adalah di daerah Hulu Sungai Utara, bisanya tertinggi hingga melebih 10 kasus pertahunnya," kata Nor Ali.
Menurut dia, dengan digiatkannya program keselamatan ibu dan bayi saat persalinan di daerah Banua Enam ini oleh pemerintah, cukup menimbulkan bukti positif bagi penurunan kasusnya.
Hal ini juga terjadi di daerah lainnya, kata dia, di mana tahun ini hingga Oktober menunjukkan penurunan kasus dari tahun-tahun sebelumnya, yakni, sebanyak 79 kasus, sedangkan 2014 sebanyak 120 kasus, dan 2013 sebanyak 105 kasus.
Tercatat, ungkap Nor Ali, daerah yang cukup banyak mengalami kematian ibu saat melahirkan tahun ini terdapat di daerah Barito Kuala dengan 11 kasus dan Banjarmasin 10 kasus.
Sementara itu, untuk kasus kejadian kematian bayi saat dilahirkan ini secara provinsi sebanyak 598 kasus, dan kejadian ini menurun dari tahun 2014 sebanyak 851 kasus dan 2013 sebanyak 727 kasus.
"Kalau untuk kematian bayi ini urutan pertamanya terjadi di kabupaten Banjar sebanyak 85 kasus, Hulu Sungai Selatan 68 kasus, Hulu Sungai Utara 66 kasus, dan Batola 63 kasus," paparnya.
Menurut dia, upaya yang dilakukan Dinkes untuk terus menurunkan angka kematian ibu dan bayi ini bekerjasama dengan melakukan kerjasama seperti unsur pendidikan, kementerian agama, bahkan kepolisian dan TNI untuk mensosialisasikan program keselamatan ibu dan bayi melahirkan ini.
"Termasuk meminimalisir perkawinan di bawah umur, karena ini rentan terjadinya kecelakaan saat persalinan," ujarnya.
Sebagaimana yang diketahui, ujar dia, penyebab kematian ibu dan bayi ini masih didominasi karena pendarahan dan eklamsia, di mana proses hidup sehat kurang dijaga sang ibu saat hamil hingga hendak bersalin.
"Lagian pula, masih banyak ibu yang mau melahirkan tidak di tempat bidan yang ditugaskan pemerintah, malah masih menggunakan jasa bidan dukun dan melahirkan di rumah," ujarnya.
Dinyatakan dia, saat ini Diskes menggandeng bidan kampung atau bidan dukun untuk bekerjasama dengan bidan yang ditugaskan di wilayahnya, agar keselamatan ibu dan bayi saat melahirkan lebih terjaga.
"Setiap seorang ibu yang dibawa bidan kampung keposkesmas atau tempat bidan praktek di daerah itu, dia dapat insentif sebesar Rp200 ribu perkelahiran," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015
"Angka kematian ibu di daerah banua enam terjadi penurunan cukup signifikan, ini kemajuan yang luar biasa," ucap Kabid Pelayanan Kesehatan Diskes Provinsi Nor Ali Purnama, Jumat.
Menurut dia, penemuan kasus angka kematian ibu di daerah Banua Enam yang meliputi Kabupaten Tapin sebanyak 5 kasus, Hulu Sungai Selatan (HSS) 4 kasus, Hulu Sungai Tengah (HST) 4 kasus, Hulu Sungai Utara (HSU) 2 kasus, Tabalong 5 kasus, dan Balangan 5 kasus.
"Yang sangat signifikan mengalami penurunan kasusnya ini adalah di daerah Hulu Sungai Utara, bisanya tertinggi hingga melebih 10 kasus pertahunnya," kata Nor Ali.
Menurut dia, dengan digiatkannya program keselamatan ibu dan bayi saat persalinan di daerah Banua Enam ini oleh pemerintah, cukup menimbulkan bukti positif bagi penurunan kasusnya.
Hal ini juga terjadi di daerah lainnya, kata dia, di mana tahun ini hingga Oktober menunjukkan penurunan kasus dari tahun-tahun sebelumnya, yakni, sebanyak 79 kasus, sedangkan 2014 sebanyak 120 kasus, dan 2013 sebanyak 105 kasus.
Tercatat, ungkap Nor Ali, daerah yang cukup banyak mengalami kematian ibu saat melahirkan tahun ini terdapat di daerah Barito Kuala dengan 11 kasus dan Banjarmasin 10 kasus.
Sementara itu, untuk kasus kejadian kematian bayi saat dilahirkan ini secara provinsi sebanyak 598 kasus, dan kejadian ini menurun dari tahun 2014 sebanyak 851 kasus dan 2013 sebanyak 727 kasus.
"Kalau untuk kematian bayi ini urutan pertamanya terjadi di kabupaten Banjar sebanyak 85 kasus, Hulu Sungai Selatan 68 kasus, Hulu Sungai Utara 66 kasus, dan Batola 63 kasus," paparnya.
Menurut dia, upaya yang dilakukan Dinkes untuk terus menurunkan angka kematian ibu dan bayi ini bekerjasama dengan melakukan kerjasama seperti unsur pendidikan, kementerian agama, bahkan kepolisian dan TNI untuk mensosialisasikan program keselamatan ibu dan bayi melahirkan ini.
"Termasuk meminimalisir perkawinan di bawah umur, karena ini rentan terjadinya kecelakaan saat persalinan," ujarnya.
Sebagaimana yang diketahui, ujar dia, penyebab kematian ibu dan bayi ini masih didominasi karena pendarahan dan eklamsia, di mana proses hidup sehat kurang dijaga sang ibu saat hamil hingga hendak bersalin.
"Lagian pula, masih banyak ibu yang mau melahirkan tidak di tempat bidan yang ditugaskan pemerintah, malah masih menggunakan jasa bidan dukun dan melahirkan di rumah," ujarnya.
Dinyatakan dia, saat ini Diskes menggandeng bidan kampung atau bidan dukun untuk bekerjasama dengan bidan yang ditugaskan di wilayahnya, agar keselamatan ibu dan bayi saat melahirkan lebih terjaga.
"Setiap seorang ibu yang dibawa bidan kampung keposkesmas atau tempat bidan praktek di daerah itu, dia dapat insentif sebesar Rp200 ribu perkelahiran," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015