Banjarmasin, (AntaranewsKalsel) - Pemerintah Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, bersama PT Antang Gunung Meratus (AGM) sedang membangun kawasan konservasi ekowisata Bekantan dan hutan galam yang diharapkan akan mampu menarik wisatawan dalam negeri maupun mancanegara.
Peneliti hutan rawa dan satwa bekatan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Yoyo di Tapin Senin mengatakan, kawasan ekowisata Bekantan di Desa Lawahan, Sungai Muning, Kecamatan Tapin Selatan, selain menjadi kawasan konservasi juga menjadi kawasan wisata terbatas.
"Artinya, nantinya ekowisata ini akan menjadi tempat wisata edukasi atau pendidikan, dan penelitian dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, bahkan mancanegara," katanya.
Konsep wilayah konservasi tersebut, kata dia, mirip dengan wilayah konservasi di IPB, yang kini juga menjadi pusat penelitian dari berbagai perguruan tinggi dunia.
Memasuki kawasan konservasi yang dicadangkan seluas 90 hektare tersebut, membuat rombongan wartawan yang tergabung dalam Komunitas Jurnalis Pena Hijau takjub.
Jalan yang berdebu saat masuk ke wilayah konservasi, menjadi tidak berarti, saat melihat keindahan alam tempat tinggal kelompok kera bekantan (nasalis larvatus).
Saat menyusuri sungai yang membelah wilayah konservasi tersebut, wisatawan akan menyaksikan puluhan hewan berhidung panjang tersebut sedang bergelantungan, atau sedang menikmati dedaunan dari pohon-pohon yang ada di sekitar wilayah konservasi.
Walaupun akibat kemarau panjang, pohon-pohon tersebut mengering, namun seiring dengan tibanya musim hujan, diyakini kawasan tersebut akan kembali menghijau, sehingga akan menambah indahnya kawasan yang kini sedang dalam proses penanaman pohon.
Sungai yang berkelok dan bersih, angin yang semilir, membuat para wartawan enggan meninggalkan pondok dan aula yang dibangun oleh PT AGM.
"Kawasan ini nanti, saya yakin akan menjadi sebuah kawasan wisata pendidikan andalah di provinsi ini," kata Yoyo.
Pembangunan kawasan ekowisata, tambah dia, bukan hanya untuk melindungi bekantan dan ekosistem lainnya, tetapi juga diupayakan menambah pendapatan masyarakat, melalui pengembangan berbagai sektor peternakan, perikanan, pertanian, dan ekonomi kreatif bagi warga yang tinggal di perbatasan wilayah konservasi.
"Diperbatasan tersebut, akan kita bangun perikanan khas Kalsel, peternakan sapi dan susu, pertanian, karajinan dan lainnya, yang akan diintegrasikan dengan wilayah konservasi," katanya.
Sehingga, wisatawan yang berkunjung, akan mendapatkan paket komplit saat datang ke Tapin atau ke daerah konservasi.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Tapin Zain Arifin mengatakan, mendukung pengembangan wilayah konservasi tersebut, Bupati Tapin H Arifin Arpan membuat kebijakan untuk perlindungan atau konservasi bagi hewan endemik khas Kalimantan, Bekantan.
"Hal itu sudah ditetapkan dengan Keputusan Bupati Tapin Nomor 188.45/060/KUM/2014 tentang Penetapan Kawasan Bernilai Penting Bagi Konservasi Spesies Bekantan," katanya.
Wilayah konservasi tersebut, menjadi kawasan yang memiliki nilai esensial dan penting. Kawasan ekowisata yang menjadi tanggungjawab pemerintah daerah dan pembangunannya didukung penuh oleh PT AGM.
Menurut dia, ekowisata Bekantan rencananya di bangun di atas lahan seluas 90 hektare, dan dalam waktu dekat, seluruh lahan untuk ekowisata Bekantan itu, sudah bisa dibebaskan,� katanya.
Pemkab Tapin, katanya, sudah menyiapkan lahan sepanjang 12 kilometer untuk akses masuk ke kawasan ekowisata Bekantan.
"Semoga pada 2016, pembangunan fisik jalan itu, sudah bisa dimulai. Kawasan ekowisata awalnya adalah hutan rawa dan banyak ditumbuhi galam," katanya.
Diungkapkannya, berdasarkan hasil penelitian dan identifikasi Institut Pertanian Bogor (IPB), sudah tercatat sekitar 248 Bekantan yang berkeliaran di kawasan ekowisata tersebut.
Deputy Eksternal Affair PT AGM Budi Karya mengatakan, PT AGM sangat konsisten terhadap upaya-upaya perbaikan kondisi lingkungan.
"Komitmen PT AGM sangat besar. Kami konsisten terhadap pengembangan dan perbaikan ekosistem lingkungan, termasuk perlindungan habitat Bekantan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015
Peneliti hutan rawa dan satwa bekatan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Yoyo di Tapin Senin mengatakan, kawasan ekowisata Bekantan di Desa Lawahan, Sungai Muning, Kecamatan Tapin Selatan, selain menjadi kawasan konservasi juga menjadi kawasan wisata terbatas.
"Artinya, nantinya ekowisata ini akan menjadi tempat wisata edukasi atau pendidikan, dan penelitian dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, bahkan mancanegara," katanya.
Konsep wilayah konservasi tersebut, kata dia, mirip dengan wilayah konservasi di IPB, yang kini juga menjadi pusat penelitian dari berbagai perguruan tinggi dunia.
Memasuki kawasan konservasi yang dicadangkan seluas 90 hektare tersebut, membuat rombongan wartawan yang tergabung dalam Komunitas Jurnalis Pena Hijau takjub.
Jalan yang berdebu saat masuk ke wilayah konservasi, menjadi tidak berarti, saat melihat keindahan alam tempat tinggal kelompok kera bekantan (nasalis larvatus).
Saat menyusuri sungai yang membelah wilayah konservasi tersebut, wisatawan akan menyaksikan puluhan hewan berhidung panjang tersebut sedang bergelantungan, atau sedang menikmati dedaunan dari pohon-pohon yang ada di sekitar wilayah konservasi.
Walaupun akibat kemarau panjang, pohon-pohon tersebut mengering, namun seiring dengan tibanya musim hujan, diyakini kawasan tersebut akan kembali menghijau, sehingga akan menambah indahnya kawasan yang kini sedang dalam proses penanaman pohon.
Sungai yang berkelok dan bersih, angin yang semilir, membuat para wartawan enggan meninggalkan pondok dan aula yang dibangun oleh PT AGM.
"Kawasan ini nanti, saya yakin akan menjadi sebuah kawasan wisata pendidikan andalah di provinsi ini," kata Yoyo.
Pembangunan kawasan ekowisata, tambah dia, bukan hanya untuk melindungi bekantan dan ekosistem lainnya, tetapi juga diupayakan menambah pendapatan masyarakat, melalui pengembangan berbagai sektor peternakan, perikanan, pertanian, dan ekonomi kreatif bagi warga yang tinggal di perbatasan wilayah konservasi.
"Diperbatasan tersebut, akan kita bangun perikanan khas Kalsel, peternakan sapi dan susu, pertanian, karajinan dan lainnya, yang akan diintegrasikan dengan wilayah konservasi," katanya.
Sehingga, wisatawan yang berkunjung, akan mendapatkan paket komplit saat datang ke Tapin atau ke daerah konservasi.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Tapin Zain Arifin mengatakan, mendukung pengembangan wilayah konservasi tersebut, Bupati Tapin H Arifin Arpan membuat kebijakan untuk perlindungan atau konservasi bagi hewan endemik khas Kalimantan, Bekantan.
"Hal itu sudah ditetapkan dengan Keputusan Bupati Tapin Nomor 188.45/060/KUM/2014 tentang Penetapan Kawasan Bernilai Penting Bagi Konservasi Spesies Bekantan," katanya.
Wilayah konservasi tersebut, menjadi kawasan yang memiliki nilai esensial dan penting. Kawasan ekowisata yang menjadi tanggungjawab pemerintah daerah dan pembangunannya didukung penuh oleh PT AGM.
Menurut dia, ekowisata Bekantan rencananya di bangun di atas lahan seluas 90 hektare, dan dalam waktu dekat, seluruh lahan untuk ekowisata Bekantan itu, sudah bisa dibebaskan,� katanya.
Pemkab Tapin, katanya, sudah menyiapkan lahan sepanjang 12 kilometer untuk akses masuk ke kawasan ekowisata Bekantan.
"Semoga pada 2016, pembangunan fisik jalan itu, sudah bisa dimulai. Kawasan ekowisata awalnya adalah hutan rawa dan banyak ditumbuhi galam," katanya.
Diungkapkannya, berdasarkan hasil penelitian dan identifikasi Institut Pertanian Bogor (IPB), sudah tercatat sekitar 248 Bekantan yang berkeliaran di kawasan ekowisata tersebut.
Deputy Eksternal Affair PT AGM Budi Karya mengatakan, PT AGM sangat konsisten terhadap upaya-upaya perbaikan kondisi lingkungan.
"Komitmen PT AGM sangat besar. Kami konsisten terhadap pengembangan dan perbaikan ekosistem lingkungan, termasuk perlindungan habitat Bekantan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015