Sebanyak 19 orang anggota Dangsanak Geopark Meratus mengikuti orientasi singkat tentang Geopark Meratus, guna memahi apa itu geopark Meratus.

Dangsanak Geopark Meratus merupakan organisasi baru dibentuk beberapa bulan ini beranggotakan berbagai kalangan yang diketahui oleh Faried Soufian.

Kedatangan ke Mandiangin untuk melihat geopark yang di kawasan tersebut sekaligus orientasi singkat mengenai geopark, karena beberapa anggota Dangsanak Geopark Meeratus ini belum paham secara detail mengenai geopark itu sendiri makanya perlu pencerahan, kata Faried Soufian, dilokasi oriorientasi, Kamis.

Penjelasan mengenai geopark itu sendiri disampaikan oleh salah satu kepala bidang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Ali Mustopa, dan didampingi unsur Badan Pengelola (BP) geopark Meratus.
Kunjungan anggota Dangsanak Geopark Meratus ke Mandiangin (Antaranews Kalsel/Hasan Z)


Dalam pertemuan di alam terbuka tersebut, Ali Mustofa menuturkan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalsel siap ajukan Geopark Meratus menjadi Geopark Internasional dan terdaftar di Unesco Global Geopark tahun 2022.

Keinginan tersebut muncul setelah adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahli Geologi di Pegunungan Meratus.

“Bahwasanya meratus ini mempunyai warisan yang bernilai tinggi khususnya batuan Ofiolit yang merupakan lantai samudera,” Katanya seraya menunjuk beberapa gambar bebatuan di geopark Meratus tersebut.

Menurut penjelasannya berdasarkan hasil kajian ternyata Pegunungan Meratus sudah ada sejak tahun 180 juta tahun yang lalu, dan menariknya bebatuan geopark Meratus tersebut sebelumnya justru berada di 6.000 meter di kedalaman laut.
Kunjungan anggota Dangsanak Geopark Meratus ke Mandiangin (Antaranews Kalsel/Hasan Z)


Bebatuan ini muncul kepermukaan dan membentuk gunung karena tergencet  akibat pergeseran lempeng bumi saat itu yang sangat kuat, sehingga bebatuan yang tadinya berada di dasar laut justru muncul kepermukaan hingga 2000 meter di atas permukaan laut, seperti Gunung halau-Halau di Loksado.

"Ketika geopark Meratus ini muncul berdasarkan peneltian Pulau Jawa itu belum ada, bahkan kehidupan manusia pun belum ada pula" kata Ali Mustopa.

Banyak bukti yang menyatakan hal tersebut, seperti bebatuan yang ada di Awang Bangkal, batu di Gunung Lamara, batu yang ada di Sungai Kembang, dan beberapa tempat lagi.

Bahkan batu yang ada di puncak Gunung Lamara, setelah diteliti justru terbentuk akibat adanya fosil fosil kehidupan laut, dan ini langka sama hal nya seperti batu yang ada di Pegunungan Australia.

Keunikan-keunikan itulah yang membuat geopark Meratus ini banyak menjadi perhatian ahli dunia untuk datang dan menelitinya lagi secara seksama, tambahnya.

Dari keunikan itupula yang kini Pemprop Kalsel bertekad menjadikan geopark Meratus menjadi geopark internasional yang diakui Unesco. Jika hal tersebut terwujud maka keberadaan geopark ini akan selalu tertera di berbagai media di dunia yang melukiskan keberadaan bumi ini.

"Tentu ini akan menguntungkan, karena akan banyak para ahli, para peniliti, serta wisatawan yang datang ingin menyaksikan geopark kita ini, seperti layaknya geopark internasional lainnya," katanya lagi.


Ali menegaskan ada beberapa persyaratan agar Geopark bisa masuk ke dalam daftar Unesco Global Geopark.

“Kita harus memiliki warisan geologi dan bernilai Internasional seperti batuan Ofiolit yang dimiliki oleh Geopark Meratus serta flora dan fauna , kehidupan tradional yang tercipta berkesesuaian dengan keberadaan alamnya, termasuk budaya yang dilahirkan dari lokasi tersebut,” tegasnya.

Ali berharap dan opitimis bahwa Geopark Meratus ini dapat masuk ke dalam daftar Internasional Unesco Global Geopark, makanya ia berharap dukungan masyarakat, khususnya organisasi Dangsanak Geopark Meratus yang ikut mensosialisasikan kawasan yang menarik ini.

Dalam pertemuan sekitar dua jam tersebut dilanjutkan dengan tanya jawab lalu meninjau berbagai lokasi geopark yang ada di Mandiangin atau Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam, yang belakangan kian terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan tersebut.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022