Banyak orang Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel) mengenalkan sejarah lokal sejak dini kepada generasinya agar mengetahui bagaimana moyang tempo dulu sebagai bahan pelajaran.

Sebagaimana Dewi (32), membawa kedua anaknya Ayesha Rizqia Hafiza (Zaza) dan Annasya Yumna Putri (Nasya) ke situs Candi Agung Amuntai (185 kilometer utara Banjarmasin), ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan (Kalsel), Sabtu (1/1/2022).

"Kita sengaja membawa anak-anak ke Situs Candi Agung, karena di tempat itu paling tidak dua sekaligus yang didapat, pertama nilai sejarah dan kedua juga ada kegiatan wisata," ujar ibu dari dua anak tersebut.

"Perjalanan dengan naik mobil dari Kandangan ke Amuntai yang berjarak lebih kurang 55: kilometer makan waktu sekitar satu jam limabelas menit," lanjut Dewi.

Kedua anaknya yang masih kecil, Zaza baru kelas satu SDN Kandangan Kota 1 (135 kilometer timur laut Banjarmasin), ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) dan Nasya (3) melihat situs Candi Agung Amuntai.

Candi Agung pada masa Kerajaan Negara Dipa yang berdiri lebih kurang Tahun 1380 - 1387 dengan raja pertamanya Ampu Djatmika.

Dari Kerajaan Negara Dipa itu timbul Patih Lambung Mangkurat, serta rakyat Banjar Kalsel tentang Empu Mandastana yang mempunyai dua orang putra Sukmaraga dan Patmaraga, dan Putri Junjung Buih salah raja di kerajaan tersebut.

Dalam ceriteranya mati Sukmaraga dan Patmaraga mati dibunuh Patih Lambung Mangkurat diduga karena cemburu, sebab Putri Junjung Buih jatuh cinta dengan anak babangsa (orang sederhana) yang ditandai pemberian Bunga Margasari oleh Sang Putri.

Kerajaan Negara Dipa merupakan cikal bakal Kerajaan Banjar dengan raja yang pertama memeluk Islam, Pangeran Samudera kemudian berganti nama Sultan Suriansyah.

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022