Warga masyarakat Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan (Kalsel) menyatakan, atas pertolongan Allah SWT, banjir yang dua kali terakhir di wilayah tersebut tidak separah Januari lalu.

"Padahal secara kasat mata, potensi air banjir yang bersumber dari Pegunungan Meratus - hulu Kali Benawa HST sama atau lebih besar dari bencana banjir Januari lalu," ujar Muhran (62), warga Desa Aluan Mati (173 kilometer timur laut Banjarmasin), di sela-sela banjir, Kamis (28/11).

Karena informasi kerabatnya di Kecamatan Hantakan, HST, waktu kejadian banjir, 8 dan 28 November 2021 pontensi banjirnya sama atau bahkan bisa melebihi bencana serupa yang melanda sebagian besar atau hampir seluruh wilayah Kalsel yang terdiri atas 13 kabupaten/kota, Januari lalu.

"Namun air yang gemuruh dari kawasan Pegunungan Meratus itu ketika sampai di Manggasang, Kecamatan Hantakan banyak berkurang atau seakan menghilang, kendati Desa Hantakan dan Desa Alat yang berada di hulu sudah terendam cukup tinggi," kutipnya.

"Sebab dari pengalaman bencana banjir Januari 2021, kalau Desa Hantakan yang merupakan dataran tinggi terendam, maka keadaan di hilirnya labih parah," lanjutnya.

Sebagai contoh bencana banjir Januari 2021, ketinggian air di Desa Hantakan sekitar satu meter, maka di bagian hilir aliran Kali Benawa seperti Desa Aluan Mati Kecamatan Batu Benawa tinggi air bisa satu setengah meter atau masuk rumah.
Keadaan banjir di Desa Aluan Mati (173 kilometer timur laut Banjarmasin) Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan (Kalsel) sedang banjir karena luapan Kali Benawa, Ahad (28/11). (Syamsuddin Hasan)

"Apalagi Barabai (165 kilometer timur laut Banjarmasin), ibukota HST seperti bencana banjir Januari lalu pada kawasan tertentu ketinggian air mencapai dua meter sebagaimana halnya di Bulau," ujar pensiunan pegawai negeri/guru agama tersebut.

"Namun dengan pertolongan Allah SWT, potensi banjir besar 8 dan 28 November 2021 'tertelan: hilang atau berkurang di Manggasang Hantakan, sehingga bencananya tidak seperti Januari lalu," lanjutnya.

Kakek dari empat cucu itu tidak mengetahui pasti penyebab berkurangnya potensi banjir besar tersebut ketika sudah berada di hilir Manggasang (sekitar 11 kilometer dari"kota apam" Barabai yang pada masa Presiden Soekarno mendapat julukan "Bandung Kalimantan" dan masa Hindia Belanda mereka juluki "Bandung van Borneo" tersebut.

"Apakah hal itu ada hubungannya dengan doa dan zikir bersama di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Muhibbin Kitun Kampung Qadhi Barabai yang dipimpin Pimpinan Ponpes tersebut, Tuan Guru Haji Ahmad Bahit," demikian Muhran.

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021