Hari itu, menjadi hari yang bersejarah bagi Arif Wibowo wisudawan dari STT Migas Balikpapan jurusan Teknik Instrumentasi dan Elektronika STT Migas Balikpapan.

Rasa syukur dan bahagia selalu terucap, saat dimintai tanggapan tentang perasaannya setelah lulus dengan IPK yang 3,58.

Sebagai putra tukang mebel dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, putra pasangan dari Sudirman dan Supriati ini, mengaku tidak pernah menyangka bisa berhasil meraih gelar pendidikan Ahli Madya (AMD), di salah satu perguruan tinggi bergengsi di Balikpapan.

Arif mengaku, awalnya ingin mengubur dalam-dalam cita-citanya untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi, karena melihat kondisi ekonomi keluarga dan nasib ke dua adiknya, bila dia harus memaksakan diri untuk kuliah.

Setelah lulus SMK, Arif telah menetapkan hati, untuk mencari pekerjaan apa saja, untuk meringankan beban ekonomi kedua orang tuanya, dan membantu ke dua adiknya untuk melanjutkan pendidikan.

Namun ternyata sang ayah, memiliki harapan lain, sebagaimana anak pertama, kedua orangtuanya berharap, dia bisa melanjutkan kuliah sesuai impiannya.

Dalam kondisi hati yang bimbang dan bingung, tiba-tiba dia mendapatkan informasi tentang beasiswa bidik mis yang kini disebut beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.

Awalnya, tidak percaya dengan beasiswa tersebut, apakah benar ada dan bisa, serta benar-benar gratis.

Karena kemauan yang kuat untuk mewujudkan harapan kedua orang tuanya, akhrinya dia pun berjuang mencari informasi kebenaran program tersebut. 

"Ternyata benar, saya mendapatkan beasiswa Bidik Misi, dari semester awal hingga akhir perkuliahan, tanpa dipungut biaya sama sekali," katanya terharu.

Rasa syukur, bahagia dan bangga, kata dia, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata saat dia mengikuti wisuda mahasiswa STT MIgas Balikpapan.

"Setelah ini, saya bisa pulang dengan bangga, dengan titel dibelakang nama saya, sebagaimana harapan kedua orang tua," katanya.

Selanjutnya, dia akan berjuang untuk mendapatkan pekerjaan terbaik sesuai dengan yang diinginkan, di Pertamina, SKK migas maupun lainnya.

"Saya juga ingin membuka lapangan kerja untuk anak-anak lainnya," katanya.

Jangan takut kuliah

Perasaan haru, bahagia dan rasa syukur juga dirasakan Rismarayani wisudawan Pengolahan Migas, Mutiasis dari Teknik Instrumentasi dan Elektronika  dan Muhammad Septian Firmansyah jurusan teknik kimia STT Migas.

Perjuangannya untuk mencapai cita-cita melanjutkan kuliah kini telah membuahkan hasil yang memuaskan.

Bukan hanya kuliah gratis, tetapi mereka juga mampu mendapatkan cumlaude. Seperti nilai yang didapatkan Mutia Azis, putri dari Abdul Aziz suplier makanan untuk pekerja dicamp perusahaan.

Dia mengaku sangat bahagia, di saat kondisi ekonomi keluarganya yang tidak menentu, karena ayahnya, satu-satunya tulang punggung pencari nafkah keluarga dirumahkan akibat COVID-19, dia bisa tetap bisa melanjutkan kuliah dengan tenang.

Menurut dia, sejak SMA dia telah mendapatkan program bidik misi dan berlanjut hingga kuliah, setelah menyelesaikan berbagai prosedur yang harus dilengkapi.

Setelah mendapatkan program ini, sejak semester awal hingga akhir, Mutia mengaku tidak pernah mengeluarkan biaya sepeserpun.

"Kecuali saat masuk, saya harus membayar setengah dari biaya masuk pertama. Waktu itu, saya membayar Rp22 juta. Karena penerima bidik misi saya waktu itu membayar Rp10 juta," katanya.

Uang tersebut, kata dia, hanya untuk jaminan saja dan akan dikembalikan setelah lulus.

Pernyataan yang sama juga disampaikan Rismalayani. Berkat program bidik misi dia bisa menyelesaikan kuliah tanpa biaya sepeserpun. 

"Bayar pada saat saya harus mengikuti kuliah kerja lapangan, nilainya kurang dari Rp2 juta," katanya.

Penerima program bidik misi lainnya, Muhammad Septian Firmansyah putra Sudirman TU salah satu sekolah dasar di Balikpapan.

Firman juga mengaku bersyukur, karena bisa menyelesaikan kuliah dengan tanpa pusing memikirkan biaya kuliah setelah mendapatkan program bidik misi.

"Awalnya memang ada yang harus dibayar, tetapi setelah itu, kuliah saya gratis," katanya.

Dari pengalaman para wisudawan tersebut, mereka meminta, agar seluruh generasi muda, yang memiliki kesulitan ekonomi, tidak patah semangat untuk mengejar cita-citanya.

"Jangan takut untuk kuliah, karena pemerintah telah menyiapkan seluruh biaya yang diperlukan. Ayo kita kejar-kejar cita-cita, demi masa depan yang lebih baik," kata mereka.

Seeprti yang selalu dipesankan Kepala LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan Prof Udiansyah, tidak boleh ada anak yang putus kuliah, karena tidak punya uang.

Menurut Prof Udiansyah, sebagaimana arahan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Prof Nizam, anak-anak Indonesia tidak boleh pupus kuliah karena alasan tidak bisa bayar.

"Tidak boleh anak-anak Indonesia pupus harapannya untuk kuliah, karena tidak bisa bayar kuliah. Pemerintah harus hadir," kata Prof Nizam dalam setiap kesempatan, mengingatkan agar seluruh pihak terkait peka terhadap kondisi anak-anak bangsa.

Berdasarkan arahan tersebut, Prof Udiansyah meminta agar seluruh PTS di Kalimantan untuk bergerak dan hadir mengulurkan tangan untuk memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bisa melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.

Pewarta: .

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021