Para petani di Kabupaten Hulu Sungai Utara terpaksa harus mengundur jadwal musim tanam kemarau tahun ini akibat curah hujan yang masih cukup tinggi hingga April kemaren.

Plt Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Yuli Hertawan di Amuntai, Selasa (25/5) mengatakan, meski jadwal tanam kemarau diundur, namun secara umum target tanam musim kemarau tahun ini akan tercapai.

"Insya Allah, target luas tanam kemarau tahun ini seluas 18.451 hektar akan tercapai, kita akan bekerja keras untuk mencapainya, " ujar Yuli.

Yuli mengatakan, akibat curah hujan tinggi di musim kemarau ini juga mengakibatkan banyaknya tanaman teratai raksasa (Mimosa Pigra) atau petani menyebutnya 'Susupan Gunung' yang tumbuh menutupi lahan pertanian.

Ia mengatakan, susupan gunung merupakan gulma pengganggu yang hidup di lahan rawa yang perkembangannya sangat cepat dan menutupi lahan pertanian

Dijelaskan, beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan susupan gunung di lahan rawa lebak di Kabupaten  HSU yakni kondisi iklim atau curah hujan.
 
Tanaman liar Putri Malu Raksasa (Mimosa Pigra) atau petani menyebutnya 'Susupan Gunung' tumbuh tinggi menutupi lahan rawa lebak di Kabupaten HSU. (Antaranews Kalsel/Diskominfo HSU/Eddy A)

"Bila kondisi iklim atau curah hujan tinggi maka lahan rawa lebak terutama lebak dalam tidak dapat ditanami pada musim kemarau, sehingga perkembangan gulma susupan gunung ini akan cepat dan memerlukan tenaga dan biaya yang ekstra untuk dibersihkan pada musim tanam," terangnya.

Selain itu juga kebiasaan petani turut memberi andil sulitnya mengatasi susupan gunung, biasanya petani  melakukan pemeliharaan lahan pertanian pada musim hujan atau setelah masa panen biasanya pada Januari - Pebruari. 

Pemelliharaan lahan dilakukan dengan penyemprotan herbisida sehingga pada saat musim tanam, kondisi gulma dilahan pertanian akan sedikit. 

"Nah kebiasaan ini yang mulai berubah di petani kita di Hulu Sungai Utara, rata rata mereka melakukan penyemprotan lahan di bulan April sehingga memerlukan biaya dan tenaga yang lebih banyak karena gulma susupan gunung akan menjadi besar, kalau bisa penyemprotan herbisida dilakukan sedini mungkin ketika gulma masih sedikit," jelas Yuli.

Ia menganjurkan petani menggunakan Herbisida yang sistemik larut dalam air, terutama yang berbahan aktif Isoporpil Amina Glifosat.

Yuli mengaku pihaknya belum menerima hasil studi / riset penelitian terkait manfaat susupan gunung yang diharapkan bisa menjadi solusi dalam penanggulangan tanaman pengganggu ini.

"Sampai saat Ini belum ada  hasil riset manfaat tanaman teratai besar ini, semoga nanti diketahui manfaatnya sehingga justru bisa memberi manfaat bagi petani kita," katanya.

Terkait upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), Yuli mengatakan Dinas Pertanian Kabupaten HSU telah melakukan sosialisasi kepada petani melalui tenaga penyuluh dan spanduk yang dipasang di kantor balai penyuluh di sembilan kecamatan.

"Untuk penanggulangan kebakaran lahan kita juga berkoordinasi dengan pihak pengelola Perkebunan Kepala Sawit khususnya yang ada di Kecamatan Banjang untuk mempersiapkan sarana kebakaran lahan." pungkasnya.

 

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021