Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai rencana BUMN dan anak usaha BUMN masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum saham perdana atau IPO, akan memperkuat daya saing perusahaan pelat merah tersebut.
"Tentunya, ini akan menambah ramai emiten-emiten yang berasal dari BUMN dan bertujuan untuk mampu berkompetisi di era saat ini," ujar Herditya saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Berdasarkan data Kementerian BUMN, sebanyak 14 BUMN dan anak usaha BUMN dari berbagai klaster akan melantai di bursa.
Sebanyak 14 perusahaan tersebut adalah PT Pertamina International Shipping, PT Pertamina Geothermal Energi, PT Pertamina Hulu Energi, PT Pertamina Hilir, dan PT Pembangkit Listrik Tenaga Uap.
Selanjutnya, PT Indonesia Healthcare Corporation (Persero), PT Bio Farma (Persero), PT EDC and Payment Gateway (Persero), PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Dayamitra Telekomunikasi, PT Telkom Data Center, PT Inalum Operating, PT MIND ID (Persero), dan PT Logam Mulia.
Dua perusahaan, PT Pertamina Geothermal Energi dan PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel, disebutkan paling berpeluang untuk IPO pada tahun ini.
"Untuk prospek diperkirakan akan menarik, terlebih pembangunan dan pengembangan infrastruktur yang saat ini terus berjalan. Seperti yang kita ketahui bersama Mitratel menguasai bisnis menara telekomunikasi," kata Herditya.
PT Pertamina Geothermal Energi atau PGE adalah anak BUMN PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang pemanfaatan energi panas bumi.
Sedangkan PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel adalah anak BUMN PT Telkom Indonesia Tbk yang bergerak di bidang infrastruktur dan menara telekomunikasi.
IPO kedua perusahaan tersebut diperkirakan akan meraup dana triliunan rupiah. IPO Mitratel disebut-sebut akan menjadi IPO terbesar hingga menembus satu miliar dolar AS atau setara Rp14,5 triliun.
Dengan kebutuhan mobilitas data dan telekomunikasi saat ini yang semakin meningkat sejak pandemi, dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan oleh perseroan guna mengoptimalkan kinerja ke depan.
Sementara itu, dari IPO PGE diperkirakan akan terkumpul dana hingga 500 juta dolar AS atau setara Rp7,25 triliun.
PGE kini dalam tahap konsolidasi aset dengan PT PLN Gas & Geothermal dan PT Geo Dipa Energi (Persero) sebelum masuk ke bursa.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, hingga kini belum ada perusahaan BUMN dan anak usaha BUMN yang masuk dalam pipeline IPO.
Sampai dengan 28 April 2021, terdapat 22 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI yang saat ini masih menjalani proses evaluasi BEI.
"Dari seluruh pipeline IPO saham tersebut, belum terdapat perusahaan yang merupakan unicorn dan BUMN dan entitas anak," ujar Nyoman.
Berdasarkan klasifikasi asetnya, terdapat enam perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp50 miliar), 10 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp50 miliar-Rp250 miliar), dan enam perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp250 miliar).
Adapun rincian sektornya adalah dua perusahaan dari sektor barang baku, dua perusahaan dari sektor perindustrian, satu perusahaan dari sektor transportasi dan logistik, tiga perusahaan dari sektor barang konsumen primer, enam perusahaan dari sektor barang konsumen non primer, dua perusahaan dari sektor properti dan real estat, dua perusahaan dari sektor teknologi, satu perusahaan dari sektor kesehatan, dua perusahaan dari sektor energi, dan satu perusahaan dari sektor keuangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
"Tentunya, ini akan menambah ramai emiten-emiten yang berasal dari BUMN dan bertujuan untuk mampu berkompetisi di era saat ini," ujar Herditya saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Berdasarkan data Kementerian BUMN, sebanyak 14 BUMN dan anak usaha BUMN dari berbagai klaster akan melantai di bursa.
Sebanyak 14 perusahaan tersebut adalah PT Pertamina International Shipping, PT Pertamina Geothermal Energi, PT Pertamina Hulu Energi, PT Pertamina Hilir, dan PT Pembangkit Listrik Tenaga Uap.
Selanjutnya, PT Indonesia Healthcare Corporation (Persero), PT Bio Farma (Persero), PT EDC and Payment Gateway (Persero), PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Dayamitra Telekomunikasi, PT Telkom Data Center, PT Inalum Operating, PT MIND ID (Persero), dan PT Logam Mulia.
Dua perusahaan, PT Pertamina Geothermal Energi dan PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel, disebutkan paling berpeluang untuk IPO pada tahun ini.
"Untuk prospek diperkirakan akan menarik, terlebih pembangunan dan pengembangan infrastruktur yang saat ini terus berjalan. Seperti yang kita ketahui bersama Mitratel menguasai bisnis menara telekomunikasi," kata Herditya.
PT Pertamina Geothermal Energi atau PGE adalah anak BUMN PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang pemanfaatan energi panas bumi.
Sedangkan PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel adalah anak BUMN PT Telkom Indonesia Tbk yang bergerak di bidang infrastruktur dan menara telekomunikasi.
IPO kedua perusahaan tersebut diperkirakan akan meraup dana triliunan rupiah. IPO Mitratel disebut-sebut akan menjadi IPO terbesar hingga menembus satu miliar dolar AS atau setara Rp14,5 triliun.
Dengan kebutuhan mobilitas data dan telekomunikasi saat ini yang semakin meningkat sejak pandemi, dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan oleh perseroan guna mengoptimalkan kinerja ke depan.
Sementara itu, dari IPO PGE diperkirakan akan terkumpul dana hingga 500 juta dolar AS atau setara Rp7,25 triliun.
PGE kini dalam tahap konsolidasi aset dengan PT PLN Gas & Geothermal dan PT Geo Dipa Energi (Persero) sebelum masuk ke bursa.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, hingga kini belum ada perusahaan BUMN dan anak usaha BUMN yang masuk dalam pipeline IPO.
Sampai dengan 28 April 2021, terdapat 22 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI yang saat ini masih menjalani proses evaluasi BEI.
"Dari seluruh pipeline IPO saham tersebut, belum terdapat perusahaan yang merupakan unicorn dan BUMN dan entitas anak," ujar Nyoman.
Berdasarkan klasifikasi asetnya, terdapat enam perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp50 miliar), 10 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp50 miliar-Rp250 miliar), dan enam perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp250 miliar).
Adapun rincian sektornya adalah dua perusahaan dari sektor barang baku, dua perusahaan dari sektor perindustrian, satu perusahaan dari sektor transportasi dan logistik, tiga perusahaan dari sektor barang konsumen primer, enam perusahaan dari sektor barang konsumen non primer, dua perusahaan dari sektor properti dan real estat, dua perusahaan dari sektor teknologi, satu perusahaan dari sektor kesehatan, dua perusahaan dari sektor energi, dan satu perusahaan dari sektor keuangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021