Pandemi COVID-19 banyak memukul sektor ekonomi di Tanah Air. Namun ternyata kondisi ini tak berlaku pada komoditas sawit. Seperti diakui Ricca Susana (37 tahun), pengepul Tandan Buah Segar (TBS) sawit asal Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Di tengah pandemi, omzet bisnisnya justru melonjak. Angkanya tumbuh hingga miliaran per bulan di tengah pandemi. "Rp2,5 miliar per bulan. Kalau dulu kan masih sedikit-sedikit. Selama pandemi ini harga sawit itu naik banget," kata Ricca, Selasa (20/4/2021).

Ricca bercerita, sudah sekitar 10 tahunan menjadi pengusaha TBS. Lebih tepatnya memulai usaha sejak 2010 di bawah naungan CV QUEENT. 

Usaha tersebut ia rintis bersama sang suami dengan modal awal Rp200 juta. Sebelumnya, Ricca sempat menjajal bisnis kredit barang, dengan modal awal Rp50 juta.

Namun kemudian, Ricca berubah pikiran ingin beralih menjadi pengusaha TBS saja. Pemikiran timbul lantaran melihat sifat sawit yang berkelanjutan dan bisa replanting kembali. 

Apalagi daerah di Kalimantan didominasi perkebunan kelapa sawit, sehingga kesempatan untuk berusaha TBS sangat terbuka lebar.

“Dulu pemikiran saya di sawit itu  untuk bisnis permanen, maksudnya berkelanjutan karena di sini sektornya sawit. Kalau tambang batubara itu ada masa habisnya, tapi sawit itu begitu sudah tidak produktif lagi ya nanti replanting lagi bisa diperbaharui. Jika tambang tidak bisa diperbaharui,” ungkapnya.

Awalnya ia masih menumpang surat perintah kerja (SPK) kepada orang lain. Seiring berjalannya waktu Ricca akhirnya memiliki SPK sendiri.

Ricca bercerita, berbisnis TBS sangat menguntungkan pada saat ini akibat harganya yang sedang bagus.

“Omset semakin tinggi karena harga sawit sekarang tinggi banget sudah sampai Rp2.000--Rp2.200 per kg, naiknya harga sawit per kg selama pandemi mencapai 30-40 persen tidak sampai 50 persen. Kalau dulu kan masih Rp1.000 per kg, sekarang tinggi banget,” ujar dia.

Dalam sehari ia mampu menyuplai TBS ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sampai 300 ton per hari. Dengan pemasaran penjualan TBS ke PKS di sekitar Pangkalan Bun dan kota Waringin Lama. 

Untuk pengepulan TBS, Ricca tidak terjun langsung melainkan mengandalkan kerjasama dengan petani. Dia membawahi sekitar 50-80 pengepul.

"Saya berdua saja dengan suami sama ponakan untuk bantu-bantu karena tidak begitu susah. Bukan saya yang langsung terjun ke lapangan tapi kita kerjasama dengan pengepul dan petani, jadi mereka yang kirim buah dari situ nanti kita bayar," kata Ricca.

Bantuan Modal

Ternyata, kesuksesan Ricca tidak terlepas dari bantuan modal. Adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI yang bersedia membantunya. 

Dirinya sudah 3 kali mengajukan pinjaman modal ke BRI. Pertama sebesar Rp50 juta untuk modal bisnis kredit barang. 

"Tapi sebelum di TBS pun saya sudah di support sama BRI namun bidang usaha lain, namanya ibu rumah tangga usaha kredit-kredit barang," jelas dia.

Berlanjut, dia mengajukan pinjaman modal kedua kali senilai Rp200 juta saat memulai bisnis TBS. Karan melihat hasil yang baik, dia memberanikan mengajukan pinjaman lebih besar lagi hingga Rp3,5 miliar masih untuk mengembangkan bisnis TBS.

Dari bantuan modal inilah, dia mengaku usahanya bisa semakin berkembang. 

"Saya sangat terbantu sekali, karena bunga pinjamannya rendah sekali. Terus untuk proses akadnya dipercepat tidak lama, mudah. Sejauh ini saya menjadi nasabah BRI tidak mengalami kesulitan dalam hal meminjam, Alhamdulillah lancar-lancar saja," ungkapnya.

Dukungan dari BRI bukan tanpa sebab. Ricca tercatat memiliki rekam jejak pembayaran yang baik dan lancar. Dengan selalu menggunakan transaksi melalui di BRI, seperti fasilitas Giro, tabungan dan lainnya.

 

Pewarta: Sukarli

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021