Belakangan ini banyak warga Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, yang antusias mengembangkan tanaman porang, karena secara ekonomi dinilai memiliki potensi untuk mensejahterakan petani setempat.
Seorang petani porang, Rumaidi yang tinggal di Desa Panggung, Kecamatan Paringin Selatan, kepada Antara Kalsel melalui WA, Rabu mengakui sekarang ini berdasarkan data sedikitnya 410 orang warga Balangan sudah terlibat kembangkan porang.
Dari jumlah petani yang mengembangkan porang tersebut sudah menyita lahan setempat bagi komoditi baru tersebut seluas sekitar 120 hektare, kata Rumaidi.
Menurut Rumaidi antusias menanam porang itu terlihat dari tanaman tersebut yang banyak ditanam bukan hanya skala kebun tetapi juga skala pekarangan, bahkan jadi tanaman sela kebun karet dan galangan di persawahan. Tanaman semacam keladi keladian tersebut dikenal di kalangan masyarakat yang mata pencarian menyadap karet tersebut sejak tahun 2016 lalu, namun sayang belum ada pembinaan yang lebih intensip bagi petani setempat dalam upaya usaha baru itu.
Mengenai harga porang disebutkannya umbi berukuran 0,5 kilogram seharga Rp8 ribu per kilogram, sementara yang berupa katak (buah yang tempel di dahan) bisa senilai Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per kilogram. Tetapi kalau dijual bongkah atau ubi porang berupa cip (ubi kering seperti kripik) bisa senilai Rp60 ribu per kilogram.
Sementara pembelinya begitu banyak, kurang produksi saja, bahkan ada pembeli yang datang dari Kalimantan Timur.
Konon kedepan porang berupa cip kian laku saja karena banyaknya permintaan dari negera Jepang, tambah Rumaidin seraya menguraikan kalau menanam porang selama enam bulan sudah bisa berproduksi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Seorang petani porang, Rumaidi yang tinggal di Desa Panggung, Kecamatan Paringin Selatan, kepada Antara Kalsel melalui WA, Rabu mengakui sekarang ini berdasarkan data sedikitnya 410 orang warga Balangan sudah terlibat kembangkan porang.
Dari jumlah petani yang mengembangkan porang tersebut sudah menyita lahan setempat bagi komoditi baru tersebut seluas sekitar 120 hektare, kata Rumaidi.
Menurut Rumaidi antusias menanam porang itu terlihat dari tanaman tersebut yang banyak ditanam bukan hanya skala kebun tetapi juga skala pekarangan, bahkan jadi tanaman sela kebun karet dan galangan di persawahan. Tanaman semacam keladi keladian tersebut dikenal di kalangan masyarakat yang mata pencarian menyadap karet tersebut sejak tahun 2016 lalu, namun sayang belum ada pembinaan yang lebih intensip bagi petani setempat dalam upaya usaha baru itu.
Mengenai harga porang disebutkannya umbi berukuran 0,5 kilogram seharga Rp8 ribu per kilogram, sementara yang berupa katak (buah yang tempel di dahan) bisa senilai Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per kilogram. Tetapi kalau dijual bongkah atau ubi porang berupa cip (ubi kering seperti kripik) bisa senilai Rp60 ribu per kilogram.
Sementara pembelinya begitu banyak, kurang produksi saja, bahkan ada pembeli yang datang dari Kalimantan Timur.
Konon kedepan porang berupa cip kian laku saja karena banyaknya permintaan dari negera Jepang, tambah Rumaidin seraya menguraikan kalau menanam porang selama enam bulan sudah bisa berproduksi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021