Ratusan kepala keluarga yang tinggal di pinggiran Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan dalam seminggu terakhir hidupnya memprihatinkan lantaran pemukiman mereka terisolasi akibat banjir.
Hasil pemantauan wartawan ANTARA Biro Kalsel, Kamis melaporkan kawasan yang sempat dikunjungi dan kondisinya memprihatinkan tersebut seperti di Sungai Biuku, Kelurahan Sungai Andai terdapat 50 KK di kawasan tersebut yang rumahnya terendam, dan akses ke lokasi tersebut terkendala akibat tingginya rendaman air akibat banjir.
Selain itu ratusan KK lagi ada di Sungai Gampa, kelurahan Sungai Jingah, karena jalan ke sana tak bisa lagi dengan jalan darat hanya bisa dijangkau melalui angkutan sungai seperti perahu atau sampan akibat tingginya debit air. Sungai Biuku warganya tetap bertahan di rumah masing-masing, dengan berbagai cara agar bisa tidur di rumah mereka, ada yang berisi perahu lalu tidur di perahu, ada pula yang membuat tempat tidur darurat yang penting tidak terendam air, bahkan para pemudanya memasang hammock, atau alat tidur gantung terbuat dari kain yang biasa digunakan anak muda bermalam di tempat wisata alam.
Sedangkan di Sungai Gampa, sebagian besar mereka mengungsi ke mesjid, sekolahan dan tempat yang lebih tinggi, dan hampir semua warga tak bisa bekerja lagi selama banjir, sehingga kehidupan mereka mengharapkan uluran tangan dermawan.
Menurut warga bantuan memang sudah ada tetapi tak mampu memenuhi keperluan mereka, seperti sembako, obat-obatan dan pakaian.
Mereka mengharapkan bantuan lagi dari siapaun yang peduli agar kehidupan mereka tidak lebih menyedikan, karena sudah delapan hari banjir melanda kampung mereka. Seorang tetuha warga Sungai Biuku mengaku selama hidupnya yang sudah berusia 77 tahun tak pernah mengalami musibah banjir seperti sekarang, karena itu ia mempertanyakan "ada apa dengan alam sekarang?
Banjir sekarang memang diduga akibat perpaduan dari air pasang laut dengan datangnya air dari hulu hulu sungai setelah satu menunggu terjadi hujan secara terus menerus mengakibatkan banjir besar di perkampungan pegunungan dan kawasan hulu, dan airnya sekarang numpuk di muara sungai seperti di Banjarmasin, ditambah air laut pasang maka terjadinya banjir yang lama.
"Dulu sering juga dalam, tetapi saat air pasang naik, setelah air laut pandit, maka kampung kering, dan biasa itu, sekarang terus menerus selama sepekan lebih air menggenangi kampung setinggi pinggang orang dewasa," tutur seorang tetuha kampung Sungai Biuku.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Hasil pemantauan wartawan ANTARA Biro Kalsel, Kamis melaporkan kawasan yang sempat dikunjungi dan kondisinya memprihatinkan tersebut seperti di Sungai Biuku, Kelurahan Sungai Andai terdapat 50 KK di kawasan tersebut yang rumahnya terendam, dan akses ke lokasi tersebut terkendala akibat tingginya rendaman air akibat banjir.
Selain itu ratusan KK lagi ada di Sungai Gampa, kelurahan Sungai Jingah, karena jalan ke sana tak bisa lagi dengan jalan darat hanya bisa dijangkau melalui angkutan sungai seperti perahu atau sampan akibat tingginya debit air. Sungai Biuku warganya tetap bertahan di rumah masing-masing, dengan berbagai cara agar bisa tidur di rumah mereka, ada yang berisi perahu lalu tidur di perahu, ada pula yang membuat tempat tidur darurat yang penting tidak terendam air, bahkan para pemudanya memasang hammock, atau alat tidur gantung terbuat dari kain yang biasa digunakan anak muda bermalam di tempat wisata alam.
Sedangkan di Sungai Gampa, sebagian besar mereka mengungsi ke mesjid, sekolahan dan tempat yang lebih tinggi, dan hampir semua warga tak bisa bekerja lagi selama banjir, sehingga kehidupan mereka mengharapkan uluran tangan dermawan.
Menurut warga bantuan memang sudah ada tetapi tak mampu memenuhi keperluan mereka, seperti sembako, obat-obatan dan pakaian.
Mereka mengharapkan bantuan lagi dari siapaun yang peduli agar kehidupan mereka tidak lebih menyedikan, karena sudah delapan hari banjir melanda kampung mereka. Seorang tetuha warga Sungai Biuku mengaku selama hidupnya yang sudah berusia 77 tahun tak pernah mengalami musibah banjir seperti sekarang, karena itu ia mempertanyakan "ada apa dengan alam sekarang?
Banjir sekarang memang diduga akibat perpaduan dari air pasang laut dengan datangnya air dari hulu hulu sungai setelah satu menunggu terjadi hujan secara terus menerus mengakibatkan banjir besar di perkampungan pegunungan dan kawasan hulu, dan airnya sekarang numpuk di muara sungai seperti di Banjarmasin, ditambah air laut pasang maka terjadinya banjir yang lama.
"Dulu sering juga dalam, tetapi saat air pasang naik, setelah air laut pandit, maka kampung kering, dan biasa itu, sekarang terus menerus selama sepekan lebih air menggenangi kampung setinggi pinggang orang dewasa," tutur seorang tetuha kampung Sungai Biuku.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021